Hangout

Serangan Jantung Bisa Menimpa Siapa Saja, Pentingnya Menguasai CPR

Putri tunggal Elvis Presley, Lisa Marie Presley, meninggal dunia pada Kamis (12/1/2023) petang waktu setempat atau Jumat (13/1/2023) waktu Indonesia, karena masalah jantung. Kasus ini bisa menimpa siapa saja. Tindakan yang dapat membantu adalah dengan melakukan CPR sebagai tindakan pertolongan pertama. Karena itu penguasaan teknik CPR menjadi penting.

Sebelum Lisa Presley, mungkin publik masih ingat Ketua Dewan Pers Prof Azyumardi Azra meninggal dunia di usia ke-67 pada September 2022. Ia juga mengalami serangan jantung acute inferior myocardial infarction atau kondisi darurat medis saat otot jantung mulai mati karena tidak mendapatkan aliran darah yang cukup.

Wali Kota Bandung Oded M Danial juga meninggal dunia pada 10 Desember 2021. Dokter yang memeriksanya menyebut pria 59 tahun itu meninggal terindikasi serangan jantung. Sementara di Seoul, Korea Selatan, sebanyak 151 orang tewas setelah berdesak-desakan di sebuah gang di Itaewon saat menyambut perayaan Halloween pada akhir Oktober 2022 lalu banyak yang diakibatkan henti jantung. Masih banyak lagi orang yang meninggal karena masalah jantung.

Keadaan darurat seperti serangan jantung atau henti jantung (cardiac arrest) merupakan hal yang dapat terjadi kapan saja. Henti jantung merupakan kondisi di mana jantung berhenti karena ada gangguan pada irama jantung, sementara serangan jantung terjadi karena ada sumbatan pada pembuluh darah di jantung. Namun, keduanya merupakan penyakit fatal yang harus diwaspadai.

Kondisi ini dapat terjadi pada orang yang memiliki riwayat penyakit jantung ataupun tidak. Dengan berhentinya kerja jantung tentu akan mengakibatkan hilangnya fungsi jantung, pernapasan dan kesadaran.

Henti jantung yang tidak terselamatkan dapat mengakibatkan kematian secara mendadak akibat tidak adanya aliran darah yang kaya oksigen mengalir di otak sehingga memicu kerusakan. Kondisi tersebut dapat menyebabkan kematian hanya dalam beberapa menit saja.

Untuk membantu orang yang terkena henti jantung, intervensi medis yang cepat mutlak diperlukan. Data menyebutkan bahwa sembilan dari 10 orang yang mengalami henti jantung di luar rumah sakit meninggal dalam hitungan menit. Bahkan persentase kematian mendadak angkanya mencapai 14 hingga 24 persen. Misalnya ada 100 orang kena serangan jantung, 20 orang bisa mati dalam jam-jam pertama.

Tanda-tanda umumnya adalah rasa tidak nyaman di dada, sesak napas, lemas, detak jantung cepat, detak jantung berdebar-debar. Pusing, kelelahan dan jantung berdebar kencang terjadi sesaat sebelum henti jantung.

Sebagian besar henti jantung ataupun serangan jantung terjadi pada mereka yang bahkan tidak menyadari memiliki masalah jantung. Ini adalah penyebab umum kematian pada mereka yang memiliki penyakit jantung koroner, stroke dan kelainan jantung lainnya dan menyumbang lebih dari setengah kematian tersebut.

Institut Jantung, Paru-paru, dan Darah Nasional AS mencatat pemicu masalah berbahaya pada jantung di antaranya penggunaan alkohol berat, pesta minuman keras, stres fisik, penggunaan kokain, amfetamin, atau mariyuana. Bisa juga akibat minum kopi terlalu banyak, stres emosional yang parah, dan flu.

Membantu dengan CPR

Intervensi yang bisa dilakukan untuk membantu mengatasi henti jantung ataupun serangan jantung adalah dengan dengan melakukan resusitasi jantung paru (RJP) atau cardiopulmonary resuscitation (CPR).

CPR merupakan teknik penyelamatan nyawa untuk mengembalikan sirkulasi aliran darah yang kaya oksigen dan organ lainnya sampai datangnya pertolongan medis. Selain untuk masalah jantung, CPR juga dapat membantu orang yang mengalami henti pernapasan.

CPR merupakan tindakan pertolongan pertama yang dilakukan pada orang yang mengalami henti napas dan/atau jantung secara tiba-tiba. Orang yang dapat melakukan CPR harus menguasai dan terlatih untuk mencegah kesalahan fatal saat melakukan CPR.

Lalu bagaimana cara melakukan CPR yang aman dan benar? Ada beberapa langkah yang dilakukan untuk melakukan CPR. Pertama, periksa keamanan tempat kejadian apakah lingkungannya aman bagi orang tersebut. Kenakan alat pelindung apa pun, seperti masker.

Berikutnya, periksa apakah orang tersebut sadar atau tidak sadar. Kemudian cek pernapasan, perdarahan, dan kondisi mengancam jiwa lainnya dengan berteriak, atau menepuk pundaknya. Jika orang tersebut tampak tidak sadarkan diri, panggil namanya atau bapak atau ibu dan tanyakan apakah dia baik-baik saja atau tidak dengan suara yang lantang, apabila masih tidak merespon tepuk atau goyangkan bahunya.

Periksa bagaimana pernapasannya dengan melihat gerakan naik turun dada, serta mendengar dan merasakan napasnya selama 10 detik. Periksa denyut nadi di pergelangan tangannya. Jika orang tersebut tidak merespons atau tidak bernapas dan hanya terengah-engah, hubungi nomor darurat.

Tempatkan orang tersebut dengan bagian punggung pada permukaan yang kokoh dan rata. Berikan 30 kompresi dada dengan kecepatan 100 hingga 120 menit. Berikan bantuan dua kali. Ulangi siklus 30 kompresi dan dua kali napas.

Sementara American Heart Association memberikan pedoman CAB untuk membantu orang mengingat urutan untuk melakukan langkah-langkah CPR. C adalah Compression (kompresi), A yakni Airway (jalan napas), serta B atau Breathing (bernapas).

Kompresi merupakan suatu gerakan menekan bagian dada sedalam 5-6 cm secara konstan. Kompresi membantu untuk mengembalikan aliran darah ke otak dan bagian tubuh lainnya ketika henti jantung.

Caranya, letakkan orang itu dengan posisi punggung di atas permukaan yang kuat. Berlututlah di samping leher dan bahu orang tersebut. Letakkan telapak tangan bagian bawah (tumit) di atas bagian tengah dada orang tersebut, di antara puting susu. Kemudian letakkan tangan Anda yang lain di atas tangan pertama.

Jaga siku tetap lurus dan posisikan bahu tepat di atas tangan. Lalu dorong lurus ke bawah (kompres) dada setidaknya 5 sampai 6 cm. Gunakan seluruh berat badan (bukan hanya lengan) saat melakukan kompresi. Dorong keras dengan kecepatan 100 hingga 120 kompresi per menit. American Heart Association menyarankan untuk melakukan kompresi sesuai irama lagu ‘Stayin’ Alive’. Biarkan dada melompat kembali (mundur) setelah setiap dorongan.

Jika Anda belum terlatih dalam CPR, lanjutkan kompresi dada sampai ada tanda-tanda gerakan atau sampai petugas medis darurat mengambil alih. Jika Anda telah dilatih dalam CPR, lanjutkan dengan membuka jalan napas dan menyelamatkan pernapasan.

Buka jalan napas

Jika sudah terlatih dalam CPR dan Anda telah melakukan 30 kompresi dada, buka jalan napas orang tersebut menggunakan manuver head-tilt, chin-lift. Letakkan telapak tangan Anda di dahi orang tersebut dan memiringkan kepalanya ke belakang dengan lembut. Kemudian dengan tangan yang lain, angkat dagu dengan lembut ke depan untuk membuka jalan napas.

Pernapasan penyelamatan juga dapat dilakukan berupa pernapasan dari mulut ke mulut. Namun saat ini lebih direkomendasikan untuk menggunakan bag-mask dengan filter udara partikulat efisiensi tinggi (HEPA) daripada memberikan pernapasan dari mulut ke mulut langsung.

Caranya, setelah membuka jalan napas, menggunakan manuver head-tilt, chin-lift, tutup lubang hidung untuk bernapas dari mulut ke mulut. Tutup mulut orang tersebut dengan mulut. Bersiaplah untuk memberikan dua napas bantuan. Jika dada naik, berikan napas kedua. Jika dada tidak naik, ulangi manuver head-tilt, chin-lift dan kemudian berikan napas kedua.

Tiga puluh kompresi dada diikuti oleh dua napas bantuan dianggap sebagai satu siklus. Berhati-hatilah untuk tidak memberikan terlalu banyak napas atau bernapas dengan terlalu banyak tenaga. Lanjutkan kompresi dada untuk memulihkan aliran darah.

Serangan jantung atau henti jantung bisa menimpa siapa saja dan di mana saja. Karena itu keterampilan untuk melakukan CPR yang sangat penting tidak hanya bagi tenaga medis. Oleh sebab itu, pelatihan Basic Life Support (BLS) yang mencakup pelatihan CPR merupakan hal yang wajib sehingga dapat menyelamatkan banyak nyawa.

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button