Serapan Gabah Melonjak, Petani dan Pakar Dukung Bos Baru di Perum Bulog


Ketua Umum Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA), Yadi Sofyan Noor optimistis pemimpin anyar di Perum Bulog, mampu menggenjot serapan gabah dari petani.

Kata Yadi, sejak Wakil Menteri Pertanian (Wamentan) Sudaryono ditunjuk sebagai Ketua Dewan Pengawas (Dewas), serta Mayjen TNI Novi Helmy Prasetya ditunjuk sebagai Direktur Utama (Dirut) Perum Bulog pada 9 Februari 2025, terjadi kenaikan atas serapan gabah petani.

“Pergantian Ketua Dewas dan Dirut Bulog membawa angin segar dalam tata kelola serapan gabah nasional,” kata Yadi, Jakarta, dikutip Senin (17/2/2025).

Data pada rentang 1-9 Februari 2025, serapan gabah rata-rata mencapai 2.850 ton per hari. Atau masih di bawah target harian 6.448,86 ton. Bahkan, pada 2 Februari, serapan gabah berada di titik terendah, hanya 152,70 ton.

Namun pada 10 Februari 2025, serapan gabah melonjak ke level 8.858,17 ton, jauh melampaui target harian. Tren positif ini terus berlanjut hingga masuk angka tertinggi sebanyak 7.560,75 ton pada 11 Februari; 8.052,96 ton pada 12 Februari, dan 8.091,85 ton pada 13 Februari.

Atas capaian ini, pakar komunikasi nasional, Effendi Gazali menilai, perubahan kepemimpinan di dewas dan direksi Perum Bulog, membawa dampak positif bagi petani di seluruh Indonesia.

Menurutnya, dengan pengalaman dan pendekatan inovatif mereka, mampu mendorong Bulog untuk lebih responsif terhadap kebutuhan pasar dan petani.

“Misalnya, kebijakan yang diterapkan Sudaryono sebagai Ketua Dewas Bulog berhasil meningkatkan serapan gabah petani, serta memberikan stabilitas harga gabah yang berdampak pada kesejehteraan petani,” kata dia.

Effendi menyatakan, perubahan ini menjadi terobosan yang sangat berarti bagi petani.

“Bulog di bawah Sudaryono sebagai dewas, memulai suatu inovasi sekaligus terobosan. Mereka dengan cepat menyerap aspirasi pemangku-kepentingan utamanya petani. Dengan demikian banyak cara dan upaya yang bisa langsung dirasakan petani,” ujar Effendi.

Selain itu, Effendi menyebut salah satu langkah strategis yang diambil adalah mengoptimalkan jaringan distribusi dan memperbaiki mekanisme pembelian gabah. Selaras dengan komitmen Presiden Prabowo yang menetapkan Harga Pembelian Pemerintah (HPP) untuk gabah kering panen (GKP) Rp6.500/kg.

Program ini, kata dia, memastikan gabah petani tidak hanya diserap dalam jumlah yang lebih banyak, tetapi juga dihargai dengan harga yang lebih layak. Hal ini tentu memberikan keuntungan bagi petani yang sebelumnya sering menghadapi kesulitan menjual hasil panen akibat harga yang rendah dan melimpahnya pasokan.

Di sisi lain, kebijakan ini turut mendukung ketahanan pangan nasional, dengan memastikan stok beras yang lebih terjamin dan pasokan beras yang tetap stabil di pasar.

“Dengan adanya serapan gabah yang meningkat, mereka dapat memperoleh pendapatan yang lebih stabil dan lebih memadai untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari,” katanya.

Dalam menghadapi tantangan komunikasi di era digital yang penuh dengan beragam media, Effendi menekankan pentingnya mendengarkan dan menyerap aspirasi petani sebagai langkah utama dalam menciptakan kebijakan yang efektif.

“Komunikasi adalah hal yang amat penting di era begitu kuatnya campuran media, khususnya media sosial saat ini. Yang paling utama adalah berusaha konsisten mendengar dan menyerap aspirasi petani,” tutur Effendi yang juga peneliti komunikasi lulusan Cornell University dan Universitas Indonesia (UI) itu.

Sebelumnya, Menteri BUMN Erick Thohir menunjuk Wakil Menteri Pertanian (Wamentan) Sudaryono menjadi Kepala Dewas Perum Bulog. Dia menggantikan Arief Prasetyo Adi yang masih menjabat Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas).

Selain itu, Menteri Erick menetapkan Mayjen TNI Novi Helmy Prasetya sebagai Direktur Utama Perum Bulog, menggantikan Wahyu Supardyono yang dilantik pada 10 September 2024.