Hangout

Sering Narsis Berarti Alami Gangguan Kesehatan Mental?

Penyanyi Robbie Williams baru-baru ini mengakui telah mengikuti tes online untuk mengecek apakah dirinya mengidap gangguan narsistik. Gejala gangguan narsistik saat ini mungkin dialami juga pada orang-orang Indonesia pada semua kalangan usia. Anda harus hati-hati kepribadian narsistik ini bisa jadi toxic.

Penyanyi lagu Somethin’ Stupid bersama Nicole Kidman itu juga mengungkapkan hasil tes menunjukkan dirinya memiliki indikasi gangguan ringan kepribadian narsistik. Tapi apa itu narsistik, apakah bisa menjadi masalah bagi dirinya atau orang lain?

Selama ini kita menganggap orang narsistik berarti sering memamerkan dirinya atau flexing di media sosial. Dengan foto-foto selfie, video atau apa yang ia lakukan dan merasa perlu ia perlihatkan kepada orang lain. Namun, ternyata orang narsis tidak selalu doyan selfie lho.

Tetapi tidak semua orang dengan ciri-ciri narsis memiliki gangguan kepribadian. Sementara sifat narsistik mungkin umum pada waktu tertentu, seperti selama masa remaja, sehingga tidak berarti orang akan terus mengembangkan gejala kesehatan mental atau gangguan narsistik.

Sebenarnya narsis berasal dari tokoh mitos Yunani yaitu Narcissus yang sangat terpengaruh oleh obsesi akan dirinya sendiri. Akibatnya ia mengalami kutukan dengan mencintai bayangannya sendiri di atas kolam. Pada suatu ketika tanpa sengaja ia menjulurkan tangannya karena ingin meraih refleksi dirinya. Namun sayangnya ia malah jatuh tenggelam dan tidak mendapatkan bayangan dirinya.

Narsis pertama kali dipopulerkan oleh Sigmund Freud seorang psikolog ternama. Ia menjelaskan, kepribadian seseorang yang mengalami narsistik memiliki tanda mengejar pengakuan dari orang lain atas kekaguman dan kesombongan yang egoistik.

Banyak orang yang terlalu fokus untuk mencari status, kesuksesan, dan kekaguman di tempat kerja atau dalam kehidupan sosialnya. Mereka sangat memperhatikan kebutuhan untuk tampil sempurna, istimewa, atau lebih unggul dari orang lain agar merasa baik-baik saja tentang dirinya sendiri.

Pada akhirnya yang sangat ekstrem, kondisi bisa menjadi gangguan narsistik atau narcissistic personality disorder (NPD) di mana orang bisa menjadi egois, muluk dan destruktif. Gangguan kepribadian ini merupakan masalah kesehatan mental yang berpengaruh buruk dalam kehidupan bila tidak ditangani dengan segera.

Apa Saja Ciri-cirinya?

Gangguan kepribadian narsistik relatif jarang terjadi. Diperkirakan sekitar 1 persen dari populasi memiliki kondisi yang dapat didiagnosis mengalami gangguan ini. Dalam beberapa penelitian, pria cenderung lebih narsis daripada wanita. Namun, tidak ada bukti bahwa anak muda lebih narsis dibandingkan generasi sebelumnya.

Banyak ahli menggunakan kriteria NPD yang ada dalam jurnal Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM-5) untuk mendiagnosis berbagai kondisi mental. Untuk gangguan narsistik ini ciri-cirinya berdasarkan jurnal yang diterbitkan American Psychiatric Association ini di antaranya memiliki rasa kepentingan diri sendiri yang berlebihan.

Juga mengharapkan untuk diakui sebagai seseorang yang superior, bahkan tanpa adanya prestasi. Seringkali juga melebih-lebihkan bakat dan prestasi serta disibukkan oleh fantasi mengenai kesuksesan, kekuatan, kecerdasan, kesempurnaan fisik, atau sebagai pasangan hidup yang sempurna.

Orang yang mengidap gangguan ini juga percaya bahwa dirinya adalah pihak superior dan hanya dapat dimengerti oleh orang-orang yang berkedudukan sama tinggi atau sama spesialnya. Puja-puji juga sangat diharapkan oleh kelompok orang ini, merasa berhak terhadap segala sesuatu serta mengharapkan perlakuan khusus dari semua orang.

Seringkali pula orang yang mengalami gangguan ini mengambil keuntungan dari orang lain untuk mendapatkan apa yang diinginkan. Selain itu memiliki ketidakmampuan atau ketidakinginan untuk mengakui kebutuhan dan perasaan orang lain. Kadang kala muncul cemburu dan iri terhadap orang lain, sekaligus memercayai bahwa orang lain cemburu terhadap dirinya.

Yang paling umum bisa kita lihat dari orang seperti ini adalah berperilaku arogan dan sombong. Ketika status atau superioritasnya ditantang, mereka dapat merespons dengan kemarahan atau meremehkan orang dan pendapat mereka yang ekstrem. Mereka merasa sulit untuk menoleransi pemikiran bahwa mereka mungkin cacat atau memiliki kelemahan.

Penyebab dan Pengobatannya

Belum ada penelitian yang pasti tentang penyebab gangguan kepribadian narsistik. Mungkin ada komponen genetik. Ciri-ciri seperti agresi, regulasi emosi yang buruk dan toleransi yang rendah terhadap tekanan cenderung tinggi pada orang yang didiagnosis dengan gangguan kepribadian narsistik.

Mungkin pula karena pengalaman tertentu di masa kanak-kanak yang cenderung mengarah pada gangguan kepribadian narsistik. Seperti trauma atau penolakan, atau terlalu positif, pujian berlebihan atau terus-menerus diberi tahu bahwa Anda memiliki kemampuan luar biasa. Gaya pengasuhan yang terlalu protektif juga terkait dengan perkembangan narsisme.

Orang dengan gangguan kepribadian narsistik sering memiliki kondisi kesehatan mental lainnya, terutama gangguan mood. Mereka juga memiliki tingkat bunuh diri yang tinggi. Kondisi ini mungkin memiliki penyebab yang sama atau mungkin akibat dari kesulitan orang dengan gangguan kepribadian narsistik dalam interaksi sosial.

Paula Ross, dosen psikologi sesi di Australian Catholic University dan Nicole Lee, profesor di National Drug Research Institute (Melbourne), Curtin University mengungkapkan di The Conversation, gangguan kepribadian narsistik adalah kondisi seumur hidup yang dianggap dapat dikelola tetapi tidak dapat disembuhkan. Tidak ada pengobatan standar atau perawatan psikologis untuk gangguan kepribadian narsistik.

Perawatan psikologis bertujuan untuk mengurangi keparahan gejala, memperbaiki suasana hati, mengelola impuls, dan membangun keterampilan komunikasi dan hubungan. Salah satu tujuan utama terapi adalah untuk mengembangkan harapan yang lebih realistis dari orang lain.

Obat-obatan yang membantu masalah kesehatan mental lainnya seperti kecemasan, depresi , dan gangguan bipolar biasanya diberikan untuk membantu mengurangi beberapa gejala. Orang lebih cenderung mencari bantuan untuk kondisi kesehatan mental lainnya, seperti depresi. Mendapatkan perawatan untuk kondisi ini juga dapat berdampak positif pada gejala gangguan kepribadian.

Bagaimana jika seseorang yang Anda kenal menderita NPD? Mengutip Verywellmind, ada beberapa hal yang dapat Anda lakukan yang dapat membuat lebih mudah untuk memahami dan mengatasi perilaku mereka. Yang paling penting adalah belajarlah untuk mengenali perilaku narsistik.

Orang dengan NPD mungkin terlibat dalam tindakan kasar seperti gaslighting yang dimaksudkan untuk memanipulasi perasaan dan tindakan orang lain. Mengetahui bagaimana mengenali perilaku ini adalah langkah pertama untuk menghadapinya dengan lebih efektif.

Cobalah menetapkan batasan hubungan Anda dengan pengidap NPD. Jangan biarkan ia mengarahkan perilaku marah, kasar, atau ekstrem kepada Anda. Tetapkan batasan dan konsisten menjalankannya, bahkan jika perlu akhiri hubungan Anda dengan orang itu.

Bicaralah dengan orang lain. Terkadang, sulit untuk mengenali perilaku yang kasar ketika mereka telah menjadi normal dalam hubungan Anda. Memiliki teman, anggota keluarga, atau terapis untuk membantu Anda memahami dinamika hubungan dapat membantu belajar lebih baik untuk mengidentifikasi ketika orang dengan NPD telah melewati batas.

Dorong orang yang memiliki NPD untuk mencari perawatan untuk kondisinya. Banyak orang dengan NPD tidak pernah ingin mendapatkan pengobatan. Jika ia menolak untuk mendapatkan bantuan, pertimbangkan untuk berbicara sendiri dengan dokter atau profesional kesehatan mental.

Narsistik disorder adalah kepribadian toxic yang harus kita hindari. Hal ini karena gangguan kepribadian narsistik dapat merusak orang sekitar dan membuat lingkungan menjadi toxic.

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button