Hingga Juli 2024, Kementerian Keuangan (Kemenkeu) hanya mampu mengumpulkan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) sebesar Rp338 triliun. Atau setara 68,7 persen dari target APBN 2024 sebesar Rp492 triliun.
Tapi jangan senang dulu, realisasi PNBP sebesar itu justru turun 5 persen dibandingkan Juli 2023 yang mencapai Rp355,7 triliun.
Menteri Keuangan (Menkeu), Sri Mulyani Indrawati dalam konferensi pers APBN KiTa Edisi Agustus 2024 di Jakarta, Selasa (13/8/2024), menjelaskan, anjloknya kinerja PNBP disebabkan anjloknya PNBP dari sumber daya alam (SDA) migas, maupun nonmigas.
Penerimaan SDA migas tercatat sebesar Rp64,5 triliun, terkontraksi 6,4 persen secara tahunan (year on year/yoy), akibat penurunan lifting minyak bumi.
Penurunan ini dipengaruhi oleh tertundanya onstream dan penyusutan produksi alamiah sumur migas yang tinggi, sejalan dengan fasilitas produksi migas utama yang telah menua.
Sementara itu, penerimaan SDA nonmigas juga mengalami kontraksi, yakni sebesar 21,8 persen (yoy) dengan realisasi Rp68,4 triliun.
Kontraksi SDA nonmigas utamanya dipengaruhi oleh moderasi harga serta penurunan volume produksi komoditas batu bara.
Realisasi PNBP lainnya juga terkontraksi sebesar 10,5 persen yoy dengan realisasi Rp86,2 triliun.
Melemahnya kinerja PNBP lainnya disebabkan oleh menurunnya pendapatan hasil tambang yang sejalan dengan moderasi harga dan volume produksi batu bara, serta penurunan setoran PNBP kementerian/lembaga (K/L) akibat tidak berulangnya sejumlah pendapatan di 2024.
Di sisi lain, kinerja kekayaan negara dipisahkan (KND) dan badan layanan umum (BLU) mengalami peningkatan.
Kinerja KND tumbuh 13,4 persen (yoy) menjadi Rp68,3 triliun, utamanya berasal dari setoran dividen BUMN perbankan atas peningkatan kinerja keuangan.
Sedangkan kinerja BLU tumbuh 18,2 persen (yoy), menjadi Rp50,7 triliun. Faktor utama pendorong kinerja komponen ini adalah PNBP BLU pendidikan dan kesehatan serta layanan perbankan BLU yang mengalami peningkatan.
Namun, pendapatan BLU pengelola dana, khususnya pendapatan pungutan ekspor sawit, mengalami perlambatan 11,2 persen (yoy).