News

Meski Mayoritas Non-Muslim, Mengapa Irlandia Berani Jadi Pendukung Palestina di Eropa?

Republik Irlandia, sebuah negara dengan populasi mayoritas agama adalah Kekristenan, dengan Gereja Katolik sebagai denominasi terbesarnya, tampaknya berani menyuarakan dukungan tegasnya untuk Palestina. Meskipun jarak antara Dublin ke Yerusalem ribuan kilometer, dalam hubungan politik antara Palestina dan Irlandia sangat dekat. Kedua negara itu dianggap bersama melawan kolonialisme dan penindasan.

Hal Ini cukup mengherankan, terutama di era di mana banyak negara Eropa cenderung netral atau bahkan mendukung Israel. Mengapa demikian? 

Kementerian Luar Negeri Irlandia telah konsisten merumuskan pendekatan tiga poin terhadap situasi di Gaza dan konflik Israel-Palestina secara umum:

1. Irlandia meminta adanya gencatan senjata yang berkelanjutan untuk memutus siklus kekerasan.

2. Negara ini menekankan pentingnya mengakhiri blokade terhadap Gaza sebagai salah satu akar masalah konflik yang menghancurkan ini.

3. Irlandia mendukung pembentukan solusi dua negara berdasarkan perbatasan tahun 1967.

Irlandia menunjukkan komitmen yang kokoh. Sementara banyak negara lain hati-hati memilih kata-kata, Irlandia secara terang-terangan mendukung rakyat Palestina. Meskipun begitu, negara ini juga mengutuk peluncuran roket dari Gaza ke Israel oleh Hamas dan kelompok militan lainnya.

Sejarah Hubungan Irlandia-Palestina

Irlandia memiliki sejarah panjang simpati terhadap perjuangan Palestina. Hal ini melebihi agama, etnis, atau batas geografis. Pada dasarnya, ada pengalaman bersama tentang penjajahan, penindasan, dan perjuangan untuk kebebasan. Dukungan Irlandia untuk Palestina diakarinya dalam kesadaran sejarah, yang membuat isu ini mendapat perhatian lebih dari sekadar pertimbangan geografis, ekonomis, atau politik.

Pada awalnya, pada 1920-an dan 1930-an, simpati Irlandia cenderung mendukung gerakan Zionis. Namun, persepsi ini mulai berubah seiring dengan perjuangan anti-Britania sendiri dan perang saudara yang traumatis di Irlandia. Adanya okupasi ilegal tanah Palestina oleh Israel mengingatkan banyak orang Irlandia tentang sejarah penindasan mereka sendiri oleh Inggris.

Mengutip Aljazeera, parlemen Irlandia pada 2021 memberikan suara bulat untuk mengutuk “aneksasi de facto” Israel terhadap tanah Palestina di wilayah yang diduduki. Ini membuatnya menjadi negara anggota Uni Eropa pertama yang mengambil sikap seperti itu.

Irlandia adalah anggota pertama dari komunitas Eropa yang mengakui Organisasi Pembebasan Palestina pada tahun 1980 dan menjadi pendukung kuat untuk solusi dua negara. Bahkan, Irlandia pernah menjadi tuan rumah dan bertemu dengan Yasser Arafat pada beberapa kesempatan.

Para pemimpin politik Irlandia secara tajam mengkritik pemukiman Israel, pelanggaran hak asasi manusia, dan merusak proses perdamaian. Kritik mereka hanya berkembang ketika solusi dua negara tampaknya semakin hancur dan karena UE terlalu sibuk dengan masalah kebijakan luar negeri lainnya. Hasilnya adalah hubungan diplomatik yang sering retak dengan Israel.

Irlandia menunjukkan keberanian luar biasa dalam mendukung Palestina, meski merupakan negara dengan populasi mayoritas non-Muslim. Hal ini mencerminkan komitmen dan kesadaran sejarah yang mendalam, serta keinginan untuk melihat penyelesaian adil dan berkelanjutan bagi rakyat Palestina.

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button