News

Sindir Penguasa, AHY Singgung Proyek Mercusuar hingga Dalih Krisis Ekonomi Global

Ketua Umum (Ketum) Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) dalam pidato politiknya menyindir pemerintah dengan menyoroti berbagai persoalan ekonomi yang saat ini menjadi tekanan sendiri bagi keuangan Indonesia. Ia menyinggung beberapa proyek yang tak berdampak pada kehidupan masyarakat.

“Banyak yang berdalih krisis yang kita alami juga dihadapi negara-negara lain, bahkan mereka mengklaim kondisi kita lebih baik,” kta AHY saat memberikan pidato politik di kawasan Senayan, Jakarta, Selasa (14/3/2023).

“Faktanya daya beli masyarakat turun drastis, kemiskinan dan ketimpangan memburuk,” sambungnya.

Ia mengakui memang krisis yang terjadi di Tanah Air ini, tidak dapat dipisahkan dari krisis yang secara global juga dialami oleh negara-negara lain. Oleh karena itu, pada awal November lalu dirinya bersama 44 mantan pemimpin dunia, menyerukan berbagai persoalan.

“Kami menyerukan untuk dihentikannya tragedi kemanusiaan Ukraina dan perang yang mengakibatkan krisis energi, krisis pangan, dan krisis keuangan dunia,” tegasnya.

Menurutnya, yang terjadi di Indonesia saat ini bukan hanya krisis global saja, namun juga karena keuangan negara tidak dikelola dengan baik, sehingga persoalan ekonomi menjadi rumit.

“Anggaran terlalu banyak digunakan untuk membiayai proyek-proyek mercusuar, yang tidak banyak berdampak pada kehidupan wong cilik,” ujar AHY.

Ia juga menyinggung mengenai angka inflasi yang sudah melewati ambang batas lima persen. Tak hanya itu, kenaikan harga barang dan bahan pokok juga ia sebut tengah dirasakan masyarakat, imbas efek putaran kedua dari kenaikan harga BBM beberapa waktu lalu.

“Ibu Yanti seorang ibu rumah tangga yang saya temui di Sulawesi Tengah mengatakan harga beras sekarung 50 kilogram nyari Rp1 juta. Artinya harga per kilo mencapai Rp20 ribu,” ungkapnya.

“Ini jauh di atas harga eceran tertinggi di pasaran. Dia menjerit, dari mana kami bisa mendapatkan uang untuk membeli kebutuhan pokok tadi,” lanjutnya.

Tak hanya itu, ia juga menyoroti bagaimana para petani mengeluh karena harga pupuk yang mahal, sedagkan pupuk subsidi pun langka ketersediaannya. Belum lagi, harga jual hasil panen, justru dipermainkan oleh para tengkulak.

“Sementara itu nelayan kesulitan berlayar, karena mahal dan langkanya solar. Kesulitan ini dirasakan oleh para nelayan kita termasuk di Maluku, Papua, dan Indonesia Timur lainnya,” ungkap dia.

“Kemudian para pelaku UMKM juga masih kesulitan bangkit dari keterpurukan pasca pandemi, khususnya untuk mendapatkan akses dan bantuan modal usaha,” sambungnya.

Lalu AHY juga menyoroti persoalan guru honorer yang seakan menunggu kejelasan mengenai status mereka, kapan akan diangkat sebagai Aparatur Sipil Negara (ASN). “Belum lagi dana bantuan pendidikan untuk golongan kurang mampu masih sangat terbatas,” ungkapnya.

“Belum lagi gempuran digitalisasi dan automasi, sedangkan ketimpangan akses digital antara masyarakat di desa dan di kota masih cukup besar,” pungkas AHY.

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button