Singapura menutup sejumlah lapangan golf karena keterbatasan lahannya. Dari tiga, kini hanya memiliki satu lapangan golf publik 9 lubang. Indonesia yang berjarak sepelemparan batu alias sangat dekat dengan negara Singa itu memiliki potensi untuk menggaet para golfer Singapura.
Mengutip Channel News Asia (CNA), sekitar seminggu yang lalu, lapangan golf publik 18 lubang terakhir di negara itu ditutup. Indonesia tengah berupaya meningkatkan wisata golf untuk mengisi kekosongan regional yang ditinggalkan oleh Singapura.
Kepulauan Riau memiliki peluang paling besar karena di sana sudah ada 10 lapangan golf, dan masih banyak lagi yang akan dibangun, kata Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno pada 1 Juli lalu. “Kami dorong pengembangan wisata golf karena di Singapura sudah semakin mahal dan tidak terjangkau lagi,” kata Sandiaga dalam pengarahan mingguan.
Membuka turnamen golf dua hari di country club Batam pada 29 Juni, Sandiaga menyatakan optimismenya bahwa acara – Batam Golf Challenge 2024 – akan menempatkan Kepulauan Riau sebagai tujuan wisata golf utama di Indonesia. Ia mencatat saat ini terdapat tiga lapangan golf di Kabupaten Bintan, dan satu lapangan lagi sedang dalam tahap pembangunan. Di Kota Batam, sudah terdapat tujuh lapangan golf dan rencananya akan ditambah di masa mendatang.
“Ini destinasi wisata golf yang sangat bagus di Indonesia,” kata Sandiaga. Menteri Pariwisata itu mencatat letak strategis Kepulauan Riau dengan Singapura, seraya menambahkan bahwa pegolf asal Singapura yang berminat dapat mengakses pulau-pulau tersebut dengan feri.
Sandiaga juga mencontohkan kemajuan yang telah dicapai di daerah lain, yakni Jakarta, Jawa Barat dan sekitarnya yang sudah memiliki banyak lapangan golf. “Kami sudah memetakan setiap destinasi wisata ‘super prioritas’ yang ingin kami promosikan juga,” imbuhnya, merujuk pada rencana yang telah diumumkan sebelumnya pada Maret 2022 untuk mengembangkan 25 lapangan golf baru di lima destinasi “super prioritas” pada tahun 2025.
Kelima destinasi tersebut adalah: Danau Toba di Sumatera Utara, Borobudur di Jawa Tengah, Mandalika di Lombok, Labuan Bajo di Nusa Tenggara Timur, dan Likupang di Sulawesi Utara. “Kita dorong minimal lima lapangan golf bertaraf internasional. Golf punya keunggulan komparatif dan kompetitif. Lapangan golf kita bagus, dan keramahtamahan serta pelayanan kita menjadi nilai tambah bagi wisatawan atau pegolf sendiri,” kata Sandiaga saat itu.
Kepala Hubungan Internasional Persatuan Golf Indonesia (PGI) Bernardino Moningka Vega mengatakan industri golf di tanah air diuntungkan oleh melonjaknya popularitas olahraga tersebut. Ia menunjukkan bahwa tingkat partisipasi masyarakat Indonesia telah melonjak sebesar 20 persen sejak pandemi COVID-19 pada tahun 2020.
Bernardino mencatat bahwa pembatasan kegiatan luar ruangan akibat pandemi secara tidak sengaja mendorong golf ke garis depan, karena golf tetap menjadi salah satu dari sedikit pilihan rekreasi yang tersedia saat itu.
Sementara itu, kantor berita Antara mengutip data pembelian toko golf melaporkan jumlah pegolf di Indonesia mencapai sekitar 170.000 orang, naik dari sekitar 50.000 orang sebelum pandemi. Meski begitu, data menunjukkan pariwisata golf di Indonesia masih jauh lebih rendah dibandingkan dengan negara-negara Asia Tenggara lainnya dan sekitarnya.
Laporan CNBC Indonesia awal bulan ini mengutip data dari laporan industri tahun 2022 menyatakan bahwa Indonesia akan memiliki 170 lapangan golf pada tahun 2022, tertinggal dari negara tetangga seperti Malaysia (244), Thailand (319), dan India (296).
Menurut Presiden Komisaris Intra GolfLink Resorts (IGR) Darma Mangkuluhur Hutomo, Indonesia menerima sekitar 250.000 wisatawan golf setiap tahunnya. Jumlah tersebut jauh lebih rendah dibandingkan dengan negara-negara tetangganya. Thailand biasanya menarik 6 juta, Vietnam 1,5 juta, dan Malaysia 500.000 wisatawan golf setiap tahun, kata Dharma.
Meskipun jumlah pemain terus bertambah setiap tahun, kelangkaan lahan di banyak kota di Asia membatasi pembukaan lebih banyak lapangan golf dan dengan demikian menaikkan harga. Ini memberikan “kesempatan emas” bagi Indonesia untuk mempromosikan lapangan golfnya, yang “masih terjangkau”, tambahnya.
Untuk menjembatani kesenjangan tersebut, Bernardino mengusulkan agar asosiasi golf Indonesia mengusulkan untuk berkolaborasi dengan mitra-mitranya di Asia Tenggara untuk mempromosikan wisata golf regional dan memfasilitasi wisata golf lintas alam. “Rencana saya mengarah ke sana,” katanya. “Kita juga bisa berkolaborasi dengan maskapai regional seperti AirAsia atau Singapore Airlines untuk menggabungkan jadwal penerbangan dengan wisata golf.”