Founder sekaligus Peneliti Utama Indikator Politik Burhanuddin Muhtadi memaparkan beberapa alasan, mengapa Pilkada Jawa Timur (Jatim) cukup menarik untuk dikulik.
“Alasan politik dan sosiologis yang perlu diangkat dan diapresiasi dari Pilkada Jatim kali ini adalah ketiga cagub, tiga-tiganya perempuan dan ini terjadi di provinsi yang mayoritas Muslim,” ucap Burhanuddin, Minggu (29/7/2024).
Banyak studi yang mengatakan bahwa sebuah daerah dengan penduduk mayoritas Muslim, umumnya representasi politik perempuannya rendah.
“Ini di wilayah mayoritas Muslim tiga-tiganya calonnya perempuan, ini sejarah. Jadi kalau yang ditanya siapa yang menang Pilkada (Jatim) 2024, siapapun tidak ada yang bisa memastikan sekarang,” ungkap dia.
“Jatim menurut saya anomali dari tren umum yang berkembang di Indonesia, yang menunjukkan wilayah mayoritas Muslim kurang ramah dengan perempuan. Nah Jatim ini outlayer in a good way, bisa menjadi contoh buat yang lain,” sambungnya.
Selain itu, lanjut Burhanuddin, secara politik Pilkada Jatim juga menarik mengingat tidak ada parpol yang dominan.
“Memang dari tahun 1999-2024 ada dua partai besar, PKB dan PDIP tetapi keduanya tidak pernah mencapai (kemenangan di Pilkada) 50 persen plus,” tuturnya.
Ia mengingatkan, Partai Demokrat pernah unggul suaranya di Jatim, kemudian Partai Gerindra juga tidak dapat dikatakan kecil suaranya di Jatim. Begitu juga dengan PKS yang masih memiliki basis kekuatan di kota-kota.
“Kemudian partai-partai yang lain, PPP minimal beberapa pemilu sebelumnya cukup kuat di wilayah Madura dan Tapal Kuda. Jadi tidak ada semacam pemilih tunggal di Jatim, berbeda dengan Jateng yang hampir pasti setiap pemilu PDIP menjadi pemenang,” kata dia.
Tak hanya itu, Burhanuddin juga mengungkapkan secara statistik, Jatim merupakan wilayah dengan pemilih kedua terbesar jumlahnya setelah Jawa Barat (Jabar).
Jadi siapapun yang akan bertarung di tingkat lokal di Jatim akan mendapatkan perhatian secara nasional. Karena selain secara statistik besar jumlahnya, juga karena basisnya Nahdlatul Ulama (NU).
“NU adalah ormas Islam bukan hanya besar se-Indonesia, tapi juga sedunia, jadi punya keseksian secara politik di Jatim,” tandasnya.