Beberapa komponen sistem pertahanan antibalistik Terminal High Altitude Area Defense (THAAD) telah tiba di Israel, sesuai janji Amerika Serikat (AS) untuk membantu sekutunya menghalau serangan Iran. Bagaimana sebenarnya kemampuan THAAD ini? Mampukah menghalau serangan rudal balistik hipersonik Iran?
Washinton Post, Selasa (15/10/2024) mengabarkan beberapa komponen sistem pertahanan yang canggih milik AS itu sudah tibanya di Israel. Beberapa gambar sempat beredar terlihat komponen THAAD diturunkan dari sebuah pesawat militer.
Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin mengizinkan pengerahan sistem THAAD ke Israel untuk membantu meningkatkan pertahanan udara negara itu. “Tindakan ini menggarisbawahi komitmen kuat Amerika Serikat untuk membela Israel … dari serangan rudal balistik lebih lanjut oleh Iran,” tambah pernyataan itu.
Apa itu Sistem THAAD?
THAAD adalah sistem pertahanan rudal canggih yang menggunakan kombinasi radar dan pencegat untuk menangkal rudal balistik jarak pendek, dan menengah. Rudalnya memiliki jangkauan 150 hingga 200 km (93 hingga 124 mil). Sistem ini dibuat oleh produsen pertahanan dan kedirgantaraan AS, Lockheed Martin.
Menurut Pusat Pengendalian Senjata dan Non-Proliferasi, THAAD dapat mencegat rudal di dalam dan luar atmosfer Bumi. Menurut laporan Congressional Research Service, April lalu, baterai THAAD biasanya terdiri dari 95 tentara, enam peluncur yang dipasang di truk, 48 pencegat – delapan untuk setiap peluncur – satu sistem radar, dan komponen pengendalian tembakan serta komunikasi. Jumlah peluncur dan pencegat dapat bervariasi.
THAAD tidak membawa hulu ledak, yang memungkinkannya mencapai ketinggian dengan cepat. Alih-alih meledak saat terkena rudal balistik untuk menetralisirnya, pencegat THAAD menggunakan energi kinetik yakni energi yang dihasilkan melalui massanya yang bergerak, untuk meledakkan rudal.
Mike Hanna dari Al Jazeera melaporkan dari Washington, DC, yang tidak dapat dilakukan THAAD adalah menangkis senjata lebih kecil dan lebih sederhana seperti pesawat nirawak yang digunakan kelompok-kelompok seperti Hamas dan Houthi Yaman. Hal ini karena pesawat nirawak tersebut berukuran kecil dan tidak dapat mendekat dari ketinggian.
Harganya berapa? Menurut Hanna, satu baterai THAAD berharga antara US$1 miliar hingga US$1,8 miliar (sekitar Rp15,5 hingga Rp28 triliun). Menurut laporan Congressional Research Service, tentara AS telah mengerahkan tujuh baterai THAAD, termasuk ke Korea Selatan dan Guam.
Apakah Israel sudah Memiliki THAAD?
Menurut pernyataan yang diterbitkan Departemen Pertahanan AS, Minggu (13/10/2024), pemerintahannya sebelumnya mengerahkan baterai THAAD ke Israel selatan pada 2019 untuk latihan pertahanan udara terpadu. Namun, baterai ini dibawa kembali ke AS setelah latihan.
Pernyataan itu menambahkan bahwa AS mengerahkan baterai THAAD di Timur Tengah “untuk mempertahankan pasukan dan kepentingan Amerika di kawasan tersebut” setelah serangan Hamas terhadap Israel pada 7 Oktober 2023, tanpa menyebutkan negara tempat penempatannya.
Pertahanan udara Israel saat ini menggunakan tiga sistem. Pertama adalah Iron Dome mencegat rudal jarak pendek dari jarak 4 hingga 70 km (2,5 hingga 43,5 mil). Kedua adalah David’s Sling mencegat rudal jarak menengah dari jarak 40 hingga 300 km (24,5 hingga 186 mil) dan ketiga, Sistem Arrow mencegat rudal jarak jauh hingga 2.400 km (1.491 mil).
Hanna mengatakan sistem THAAD dan Iron Dome dapat bekerja sama untuk melindungi dari ketinggian dan meminimalkan kerusakan dari jarak yang lebih jauh. Sistem THAAD sangat kompleks sehingga memerlukan 94 awak terlatih untuk mengoperasikannya dan mereka adalah tentara AS. Militer AS tidak memiliki waktu lagi untuk melatih tentara Israel.
Mengapa AS Baru Mengirim Sistem itu ke Israel?
“Dalam serangan terakhir, Iran melakukan sesuatu yang belum pernah kita lihat sebelumnya,” kata analis militer Elijah Magnier, mengacu pada serangan Iran terhadap Israel pada 1 Oktober ketika negara itu menembakkan hampir 200 rudal ke kota-kota besar dan kecil.
Iran meluncurkan rudal tersebut “ke tiga koridor, atau tiga lokasi, sehingga mustahil bagi pencegat mana pun untuk menghentikan semuanya”, kata Magnier.
Media pemerintah Iran mengatakan rudal balistik hipersonik Fattah digunakan untuk pertama kalinya, sebuah klaim yang tidak dapat diverifikasi secara independen oleh Al Jazeera. Fattah, yang diluncurkan pada 2023, adalah rudal yang belum pernah dihadapi AS, dan Washington ingin “menguji” apakah THAAD dapat mencegatnya, kata Magnier.
Mungkinkah Israel menerima lebih banyak baterai THAAD di masa mendatang? Itu tidak mungkin, kata Hanna. Hal ini karena THAAD mencakup wilayah yang luas dan satu baterai cukup untuk ukuran Israel, terutama dengan asumsi bahwa rudal tersebut akan menyerang Israel dari Iran saja, jelasnya.
Selain itu, THAAD merupakan sumber daya yang terbatas bagi AS. Pembuatan lebih banyak baterai memerlukan waktu, kata Hanna, menyamakan proses pembuatan yang rumit itu dengan pembuatan pesawat jet. Namun, rudal pencegat lebih mudah diisi ulang.