Skandal Seks Guncang CIA, Sepertiga Pegawai Mengalaminya


Hampir sepertiga pegawai Central Intelligence Agency (CIA) mengalami perilaku seksual yang tidak pantas di tempat kerja mereka. Hal ini terungkap dari sebuah survei internal yang dilakukan oleh badan intelijen pusat AS itu.

Dalam sebuah laporan yang dikutip CNN, secara rinci ada seperempat pegawai CIA yang berpartisipasi dalam survei sukarela itu. Dari mereka yang berpartisipasi, 28 persen mengatakan bahwa mereka pernah mengalami ‘setidaknya satu kejadian lingkungan kerja’ selama mereka bekerja. Sementara 9 persen mengaku pernah mengalami setidaknya ‘satu kejadian seperti itu hanya dalam setahun terakhir’.

Seorang petugas yang ditempatkan di Eropa misalnya, diduga juga telah secara sadar menularkan setidaknya lima wanita dengan penyakit menular seksual. Ia masih bekerja di lembaga tersebut, bekerja di kantor pusat, sambil menunggu hasil penyelidikan internal.

Seorang kontraktor wanita juga menuduh seorang petugas senior CIA menekannya untuk melakukan hubungan seksual. Pelaku bahkan mengunjungi rumahnya dengan senjata api dan mengancamnya dengan pisau saat berada di situs-situs milik CIA.

Bulan lalu, pengadilan federal di Virginia AS, juga menjatuhkan hukuman 30 tahun penjara kepada seorang mantan petugas CIA, Brian Jeffrey Raymond. Ia terbukti melakukan pelecehan seksual, kontak seksual yang kasar, pemaksaan dan bujukan, serta pengiriman materi cabul.

Data-data ini muncul saat CIA disibukkan dengan kampanye gerakan #MeToo di internal kantor tersebut. Ini merujuk pada kampanye publik melawan pelecehan seksual yang pertama kali diperkenalkan di 2017 di industri hiburan AS, yang berujung pada vonis dan penahanan maestro film Harvey Weinstein.

“Kita belum berada di tempat yang seharusnya, dan saya tidak memerlukan survei untuk memberi tahu saya hal itu,” kata Kepala Operasional CIA Maura Burns.

Ia mengaku pihaknya telah mendirikan Kantor Tanggapan dan Pencegahan Pelecehan/Penyerangan Seksual (SHARP) di CIA. Dalam sebuah rapat umum, Burns dan Kepala SHARP Taleta Jackson, memberi saran kepada petugas tentang cara melaporkan pelecehan seksual tanpa membahayakan penyamaran mereka.

“Telepon polisi. Masalah penyamaran, kami akan memperbaikinya, jangan khawatir tentang itu,” kata Burns kepada rapat umum.

Meski demikian, fakta lain juga ditemukan. Menurut pengaduan yang diajukan oleh salah satu korban yang diduga pada bulan Juni, seorang karyawan CIA mengeklaim dia diminta manajemen untuk berbohong kepada polisi tentang afiliasi dirinya dan penyerangnya dengan lembaga tersebut.

“Jika dia melakukannya, dia akan bersalah karena salah menangani informasi rahasia,” klaim seseorang yang menamakan dirinya sebagai ‘Danielle Sparks’.