SpaceX berhasil meluncurkan tes penerbangan terbaru Starship, roket paling kuat yang pernah dibuat, pada Minggu (13/10) pagi waktu setempat. Roket ini diharapkan akan digunakan untuk membawa manusia ke Bulan dan Mars di masa depan.
Peluncuran Super Heavy, yang dilengkapi dengan pesawat luar angkasa Starship tanpa awak, terjadi pada pukul 08.25 ET (07.25 CT) dari fasilitas SpaceX di Starbase, Boca Chica. Ini adalah salah satu dari rangkaian peluncuran uji coba yang dilakukan SpaceX untuk mengembangkan sistem roket yang dapat digunakan kembali, dengan tujuan menekan biaya perjalanan ke luar angkasa.
Dalam uji coba ini, SpaceX melakukan manuver berani dengan mencoba mendaratkan kembali roket setinggi 71 meter tersebut ke sebuah struktur penangkap besar setelah roket tersebut terlepas dari pesawat Starship. Super Heavy berhasil ditangkap di udara menggunakan “chopsticks,” sepasang penjepit logam besar yang dirancang untuk menangkap roket saat kembali ke Bumi.
Sementara itu, pesawat luar angkasa Starship melanjutkan penerbangannya dengan menggunakan enam mesin onboard-nya, sebelum melakukan manuver pendaratan di atas Samudera Hindia. SpaceX tidak berencana untuk memulihkan pesawat ini.
Tujuan utama dari setiap langkah uji coba ini adalah untuk menyempurnakan proses pemulihan roket dan mempercepat penggunaannya kembali, yang dianggap sebagai kunci untuk mengurangi waktu dan biaya perjalanan ke orbit Bumi maupun ruang angkasa yang lebih dalam.
Misi Masa Depan untuk NASA dan Mars
Starship direncanakan akan menjadi kapsul pendaratan yang akan membawa astronot NASA ke permukaan Bulan dalam misi Artemis III yang dijadwalkan pada 2026. SpaceX juga memiliki kontrak dengan pemerintah senilai hampir $4 miliar untuk menyelesaikan tugas ini. Selain itu, Starship diharapkan menjadi kendaraan pertama yang membawa manusia ke Mars di masa depan.
Pengembangan Starship dimulai sejak 2019, dengan serangkaian penerbangan uji coba yang semakin kompleks. Peluncuran uji pertama Starship dan Super Heavy pada April 2023 berhasil mengangkat kendaraan setinggi 121 meter tersebut dari landasan peluncuran, meski akhirnya meledak beberapa menit setelah lepas landas di atas Teluk Meksiko.
SpaceX kerap menyebut kegagalan awal ini sebagai bagian dari proses belajar yang cepat untuk memperbaiki desain dan meningkatkan hasil di masa depan.
“Mechazilla” dan Masa Depan Penggunaan Kembali Roket
Pada uji coba terbaru, SpaceX mengambil langkah lebih jauh dengan mencoba memulihkan roket Super Heavy menggunakan struktur penangkap yang disebut “Mechazilla” oleh CEO Elon Musk, karena kemiripannya dengan monster logam. Struktur ini dilengkapi dengan “chopsticks,” yang memungkinkan roket ditangkap di udara dan kemudian ditempatkan kembali di landasan untuk digunakan lagi.
Musk berharap dengan sistem ini, proses pemulihan dan peluncuran ulang roket bisa dilakukan dalam waktu singkat, bahkan dalam waktu kurang dari 30 menit setelah mendarat.
Meski ambisius, Musk mengakui bahwa masih banyak tantangan yang harus dihadapi untuk mencapai visi ini. Salah satunya adalah masalah pada uji coba keempat di bulan Juni, di mana hilangnya ubin pelindung panas menyebabkan kerusakan pada pesawat Starship. SpaceX kemudian melakukan perombakan besar-besaran pada sistem pelindung termal untuk mengatasi masalah ini.
Keberhasilan tes ini akan membuka jalan bagi SpaceX untuk menangani proyek yang lebih ambisius, termasuk pengisian bahan bakar pesawat Starship saat berada di orbit, yang akan diperlukan untuk misi ke Bulan dan Mars.
NASA telah memperingatkan bahwa perkembangan Starship bisa mempengaruhi jadwal pendaratan berawak di Bulan pada 2026, tetapi dengan kemajuan terbaru ini, harapan semakin besar bahwa misi Artemis akan berjalan sesuai rencana.