Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan penerimaan cukai sampai dengan Juli 2024 mencapai Rp116,1 triliun. Penerimaan ini tumbuh tipis 0,5 persen secara year-on-year (yoy).
“Untuk penerimaan cukai sedikit positif, setelah sebelumnya terus-menerus negatif,” kata Sri Mulyani dalam konferensi pers APBN Kita, Selasa (13/8/2024).
Ia mengatakan pertumbuhan penerimaan cukai ini salah satunya ditopang oleh cukai hasil tembakau (CHT). Dia mengatakan penerimaan CHT sampai Juli sebesar Rp111,3 triliun atau tumbuh tipis 0,1 persen (yoy).
Menurut Sri Mulyani, penerimaan CHT terutama datang dari rokok golongan II dan golongan III. Sementara untuk golongan I yang memiliki tarif cukai paling mahal, masih tertekan.
“Kita menaikkan cukai memang untuk menurunkan produksi rokok, tapi kita lihat ada kenaikan 0,1 persen,” kata dia.
Selain cukai tembakau, Sri Mulyani mengatakan penerimaan cukai Minuman Mengandung Etil Alkohol (MMEA) juga berkontribusi sebesar Rp4,6 triliun. Penerimaan ini tumbuh 10,6 persen didorong oleh kenaikan tarif dan produksi MMEA dalam negeri.
Sementara itu, cukai etil alkohol juga memberikan kontribusi sebesar Rp80,4 miliar atau tumbuh 21,8 persen sejalan dengan pertumbuhan produksi. Sebelumnya, pada masa pandemi COVID-19, penerimaan cukai untuk etil alkohol meningkat pesat lantaran kebutuhan pembuatan cairan pembersih tangan.