Militer Israel menyebut tujuan perang mereka untuk memberantas kelompok Hamas di Gaza tampaknya sudah tidak mungkin tercapai.
Pernyataan tersebut disampaikan oleh juru bicara militer Israel (IDF) Daniel Hagari, hanya berselang beberapa hari setelah Perdana Menteri Benjamin Netanyahu membubarkan Kabinet Perang.
“Urusan menghancurkan Hamas, membuat Hamas menghilang, ini bak membuang pasir ke mata publik. Hamas adalah sebuah gagasan, sebuah partai. Hal ini berakar di masyarakat. Siapa pun yang berpikir kita bisa melenyapkan Hamas adalah salah,” kata Hagari sepertti dikutip Times of Israel, Jumat (21/6/2024).
Hagari juga memperingatkan jika pemerintah Israel tidak menemukan alternatif untuk memusnahkan Hamas, maka kelompok perlawanan itu akan tetap ada.
Beberapa waktu lalu, kantor PM Netanyahu mengatakan bahwa kabinet keamanan telah menetapkan ‘penghancuran kemampuan militer dan pemerintahan Hamas’ sebagai salah satu tujuan perang.
“Pasukan Pertahanan Israel tentu saja berkomitmen terhadap hal ini,” tambah pernyataan itu.
Mei lalu, Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant mendesak Netanyahu untuk merancang tata kelola wilayah Gaza pasca agresi.
Gallant mengatakan jika Netanyahu gagal menemukan pengganti Hamas di Gaza, justru akan melemahkan pencapaian militer Israel. Sebab kelompok berpotensi akan kembali dan mengontrol Gaza.
Baru-baru ini, Kepala Staf IDF Herzi Halevi dan Kepala Shin Bet Ronen Bar juga berselisih dengan Netanyahu perihal perencanaan strategis pascaperang.
Sementara itu pekan lalu Benny Gantz juga mengundurkan diri dari Kabinet Perang, karena Netanyahu disebut menolak membeberkan rencana pascaperang, sesuai batas waktu yang ditetapkan.
“Untuk mencapai tujuan menghancurkan Hamas, saya harus membuat keputusan yang tidak selalu diterima oleh pimpinan militer,” kata Netanyahu dalam rapat kabinet pekan lalu.
Hingga kini agresi Israel di Gaza juga terus berlanjut, di tengah kecaman dunia internasional yang terus meluas. Jumlah korban sipil yang tewas di Gaza juga bertambah menjadi lebih dari 37.000 orang, di mana sebagian besar korban adalah perempuan anak-anak.