Market

Sukses Bangun Karawaci dan Cikarang, James Riady ‘Tergelincir’ di Meikarta

Konsumen properti mudah sekali tersihir nama besar Lippo Grup. Sukses membangun dua kota mandiri yakni Cikarang (Jawa Barat) dan Karawaci (Tangerang), Lippo gagal di Meikarta. Jangan mudah percaya nama besar.

Dalam sebuah diskusi virtual di awal Januari 2023, Head of Research Colliers Indonesia, Ferry Salanto menyebut kasus Meikarta bisa menjadi pelajaran berharga, bagi para pemburu properti.

Kasus Meikarta membuktikan bahwa nama besar bukan segala-galanya. Bukan jaminan bahwa produk yang dijanjikan, sesuai harapan. Iklan-iklan di media begitu megah dan menggiurkan. Ternyata jauh meleset dari kenyataan.

Meminjam bahasa iklan, Meikarta tak seindah warna aslinya. Untuk promosinya saja, Lippo Grup tak segan gelontorkan dana Rp1 triliun. Tentu saja, Lippo sudah berhitung. Pendapatannya bisa sepuluh atau bahkan ratusan kali lipat.

Reputasi developer yang bergelimang prestasi, pasti akan menunjukkan wujud aslinya. Tinggal kapan waktunya. “Meikarta menjadi pelajaran berharga. Pahamlah kalau calon pembeli akan melihat kepada reputasi developer. Itu penting. Nama besar. Ternyata, Itu bukan jaminan dalam kasus Meikarta,” kata Ferry.

Untuk itu, Ferry menyarankan konsumen properti khususnya apartemen untuk membeli produk yang sudah jadi. Harga agak mahal tak apa, yang penting sesuai keinginan. Ketimbang membeli apartemen yang belum ada wujudnya. Bak memilih kucing dalam karung.

Konsumen yang sudah bayar apartemen Meikarta hingga ratusan juta bahkan miliaran, jumlahnya banyak. Para korban Meikarta itu, bikin komunitas. Namanya Perkumpulan Komunitas Peduli Konsumen Meikarta (PKPKM). Mereka ingin uangnya kembali alias refund.

Namun, perjuangan PKPKM menuntut hak, agak terganggu. Lantaran digugat perdata senilai Rp56 miliar oleh PT Mahkota Sentosa Utama(MSU), anak usaha PT Lippo Cikarang Tbk.

Yang dihadapi PKPKM adalah gajah, karena MSU adalah bagian dari Lippo Grup yang didirikan konglomerat Mochtar Riady. Pria kelahiran Malang, Jawa Timur pada 9 Mei 1929, bernama asli Lie Mon Tie.

Kini, kendali perusahaan berada di tangan James Riady yang kelahiran Jakarta pada 1957. Oleh sang ayah, dia dikirim ke Macau untuk bersekolah selama empat tahun. Selanjutnya, James kuliah di University of Melbourne, Australia.

Tamat kuliah pada 1997, James terbang ke Amerika Serikat untuk belajar perbankan. Di negeri Paman Sam ini, relasi bisnis James melebar. Punya kedekatan dengan Bill Clinton, Presiden AS ke-42.

Pada 1984, James menjabat Presdir Worthen Bank tempat Hillary Clinton mengais rejeki sebagai pengacara. Pulang ke Indonesia, James Riady dipercaya sebagai Chief Executive Officer atau CEO Lippo Group. Jadi memang bukan orang sembarangan.

Oh iya, soal Meikarta. Ini memang proyek ambisius Lippo grup. Pada 4 Mei 2017, Meikarta pertama kalinya diperkenalkan kepada publik.

Nilai investasi super jumbo, yakni Rp278 triliun. Rencananya tak main-main, Lippo Grup akan membangun 100 gedung pencakar langit, terdiri dari 45-45 lantai.

Antar-gedung terkoneksi dengan jalan besar hingga beragam moda transportasi publik, termasuk dilalui kereta cepat buatan China yang proyeknya juga terkatung-katung hingga kini.

Sejatinya, proyek Meikarta yang menempati lahan 500 hektare di ujung timur Cikarang, Bekasi, Jawa Barat, dipersiapkan Lippo Grup sejak lama. Kebetulan, era 90’an, Lippo Grup sudah menguasai lahan tersebut.

Kini, semua janji di Meikarta naga-naganya meleset. Padahal, Meikarta punya makna mendalam. Karena, kata ‘Mei’ berasal dari nama ibu James Riady dan ‘Karta’ berasal dari Jakarta.

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button