Market

Sumpah Pemuda ke-94, Jejak Pengusaha Muda Indonesia Menembus Dunia

Memperingati Sumpah Pemuda ke-94, Indonesia pantas berbangga lantaran banyak anak mudanya yang berprestasi.

Tak hanya mandiri secara ekonomi. Banyak pula yang bertangan dingin, membuka lapangan kerja. Dan, pemerintah terbantu karena pengangguran bisa diredam.

Mungkin anda suka

Beberapa nama ini, hanya contoh kecil dari ratusan atau bahkan ribuan anak muda Indonesia yang sukses menjadi pelaku usaha. Sempat merasakan jatuh bangun dalam berusaha. Bahkan pahitnya ekonomi saat pandemi COVID-19 mulai 2020, membuat mereka menjadi semakin tangguh.

Saat melalui masa-masa pahit saat pandemi COVID-19, membuat mereka menjadi insan-insan tangguh. Bisnisnya pun semakin berkembang. Bahkan masuk dalam jajaran pengusaha muda yang diakui dunia.

1. James Prananto, Pendiri Kopi Kenangan

Pada 2021, publik tersentak dengan ‘tendangan’ bisnis James Prananto, pemilik Kopi Kenangan yang langsung bikin gol. Lantaran, Tybourne Capital Management menguyur dana segar Rp1,38 triliun untuk modal tambahan.

Kontan saja, bisnis kopi yang digagas James itu, menjelma menjadi unicorn bidang makanan dan minuman yang pertama di Asia Tenggara. Kini, Kopi Kenangan memiliki 600 gerai yang tersebar di berbagai kota besar di Indonesia.

Saat membangun Kopi Kenangan pada 2017, sejatinya, dia tak sendiri. Ada dua nama lain yakni Edward Tirtanata dan Cynthia Chaerunnisa. Diawali dengan pertemanan James dengan Edward saat kuliah University of South California (USC), Amerika Serikat.

Pulang kampung, duet James-Edward mendirikan kedai teh premium di Jakarta. Namanya Lewis & Carrol (L&C). Kedai ini menyasar kalangan menengah ke atas. Untuk bisa menyeruput teh L&C, perlu rogoh kocek Rp40 ribu-Rp60 ribu.

Untuk secangkir teh L&C, harga itu bisa jadi terlalu mahal untuk kantong orang Indonesia. Alhasil, kedai teh L&C sepi. Keduanya bersama Cyntia, lantas banting setir jualan kopi khas anak muda yang harganya lebih terjangkau, ditetapkan Rp18 ribu hingga Rp42 ribu.

Agar berbau kekinian, mereknya dipilih Kopi Kenangan. Kedai Kopi Kenangan pertama berdiri di Menara Standard Chartered, Kuningan, Jakarta Selatan. Target penjualan awal dipatok 700 gelas, dengan mudah dicapai.

Seiring waktu, Kopi Kenangan semakin berkibar. Kedainya melonjak hingga 60 kedai. Target penjualan dikerek menjadi 3 juta gelas. Lagi-lagi, seperti membalik tangan.

Rupanya, kabar melesatnya bisnis Kopi Kenangan sampai ke telinga para perusahaan modal ventura. Salah satunya, Alpha JWC Ventures berani suntik modal US$8 juta, atau sekitar Rp114,8 miliar pada 2018.

Setahun kemudian, Sequoia India guyur modal Rp 288 miliar. Disusul Arrive dan Serena Ventures gelontorkan Rp 280 miliar. Suntikan dana bertubi-tubi itu, membuat Kopi Kenangan leluasa mengembangkan bisnisnya.

Puncaknya pada Desember 2021, Tybourne Capital Management guyur modal Rp1,38 triliun untuk Kopi Kenangan. Karier sukses James semakin terbuka. Sejak itu, dia masuk 40 tokoh Indonesia di bawah 40 tahun yang mampu menjadi agen perubahan versi Majalah Fortune Indonesia.

Siasat Saat Pandemi

Ketika pandemi COVID-19 masuk Indonesia pada awal 2020, seketika perekonomian lesu. Kondisi ini, tentu saja merembet ke anjloknya penjualan Kopi Kenangan.

Namun, James Cs selaku pendiri sekaligus pemilik Kopi Kenangan, sepakat untuk tak ada Pemutusan Hubungan kerja (PHK). Bagaimana solusinya? Untuk mengurangi beban keuangan, lantaran penjualan seret, James bersama seluruh manajemen sepakat untuk memotong gaji. Mereka rela terima gaji hanya Rp1 juta per bulan.

Jurus yang dipilih James Cs untuk mempertahankan 600-an gerai dengan 4.300 karyawan, membuahkan hasil. Gerai kopi non-franchise yang bekonsep Grab-and-Go itu, tetap eksis.

Kini, Kopi Kenangan tak hanya sekedar menyediakan kopi saja. Kenangan Group melahikan cerita Roti, Chigo, dan Rumah Kenangan sebagai kafe yang melayani pelanggan di tempat. Untuk menjaga kualitas dan orisinal rasa, James sengaja tidak membuka frenchise.

2. Hamzah Izzulhaq, Pendiri PT Hamasa Indonesia

Ada yang menyebut, Hamzah Izzulhaq, pemuda kelahiran Jakarta, 26 April 1993 itu, beda-beda tipis dengan Mark Zuckerberg, pendiri Facebook. Mungkin karena sama-sama sukses di usia muda.

Pria yang akrab disapa Hamzah ini, tercatat sebagai Direktur Utama PT Hamasa Indonesia. Perusahaan ini omzetnya ratusan juta per bulan, produknya adalah sofa bed.

Dilahirkan dari keluarga pendidik, ayahnya dosen dan ibunya guru SMP, Hamzah sejak kecil sudah diajari prihatin. Namun, buahnya cukup manis. Otaknya berputar keras. Bagaimana bisa menghasilkan duit.

Kebetulan, Hamzah punya darah bisnis yang cukup oke. Terlihat sejak dia duduk di kelas 5 SD, Hamzah berdagang kelereng dan petasan. Sesekali jualan koran. Tatkala musim hujan, dia pun menjadi ojek payung. Sesekali mengamen bersama teman-temannya.

Hal ini terus berlanjut hingga Hamzah duduk di bangku SMP. Tapi, semuanya dilakukan diam-diam. Alias orang tua tidak tahu. Hobi main game online, Hamzah pun sering jual akun. Maklumlah, dia memang jago, sehingga mudah tembus ke level tertinggi. Dari satu akun, dia pernah meraup penghasilan Rp1,2 juta.

Masuk SMA, bakat bisnisnya menguat. Ia mulai tertarik berdagang buku dan pulsa. Hamzah mendapatkan stok buku sekolah dari pamannya yang bekerja di toko buku besar di Jakarta.

Dari toko buku ini Hamzah mendapat diskon 30 persen, kemudian buku dijual ke teman-teman dan kakak kelas dengan harga diskon 10 persen. Sehingga keuntungan yang didapat per buku sebesar 20 persen. Penghasilannya sekitar Rp 950 ribu per semester.

Keuntungan itu dijadikan modal untuk dagang pulsa. Ternyata tak seindah harapan. Bisnis pulsa tak bertahan lama. Hamzah pun sempat down, namun kembali bangkit saat membaca buku bisnis dan pengembangan diri.

Hamzah sempat down, dan kembali bangkit setelah membaca buku-buku tentang bisnis dan pengembangan diri. Di kelas 2 SMA, Hamzah kembali bangkit memulai usaha dengan memproduksi pin, namun keberuntungan belum berpihak karena Hamzah belum menguasai teknik dalam membuat pin tersebut.

Di sini Hamzah mengalami kegagalan untuk kedua kalinya, tetapi dia tetap semangat dan terus belajar dengan membaca biografi pengusaha-pengusaha sukses baik di dalam maupun luar negeri.

Tak pantang menyerah, Hamzah mencoba menjual cemilan atau snack. Bisnisnya ini mampu memperoleh keuntungan Rp5 juta sebulan. Namun bisnis ini tak berlangsung lama, lantaran Hamzah bertemu mitra bisnis franchise bimbingan belajar (bimbel) yang menawarkan lokasi seharga Rp 175 juta.

Kala itu, Hamzah belum punya modal gede sesuai tawaran mitranya itu. Alhasil, Hamzah nekat pinjam duit ke ayahnya sebesar Rp70 juta. Dditambah tabungan, modal Hamzah menjadi Rp75 juta. Kekurangan Rp25 juta dibayarnya dengan cara dicicil.

Benar saja, bisnis bimbel milik Hamzah, berkembang pesat hingga memiliki 3 lisensi bimbel. Setiap 6 bulan Hamzah mampu meraup omzet Rp360 juta. Bisnismnya pun terus berkembang, Hamzah mulai melirik bisnisnya sofa bed. Lagi-lagi, intuisi bisnisnya cespleng. Penghasilan Hamzah naik pesat menjadi Rp160 juta per bulan.

Pada 2015, bisnis sofa bed Hamzah naik kelas, dari CV Hamasa menjadi PT Hamasa Indonesia. Meskipun terbilang sukses di bisnis, Hamzah tak lupa sekolah. Dia pun melanjutkan pendidikannya dengan berkuliah di Universitas Darma Persada.

Semuanya tak terlepas dari saran sang Ibu yang menginginkan Hamzah memperoleh ilmu lebih banyak lagi. Dan apa yang dibilang ibunda, terbukti benar. Hamzah mengaku banyak belajar soal manajemen usaha dari bangku kuliah.

Berkah ibu memang tiada tara. Kuliah lancar, penghasilan pun mengalir semakin deras. Di usia 30 tahun, Hamzah berhasil meraup cuan hingga Rp520 juta sebulan. Kini, Hamzah tengah melirik bisnis properti di Jawa Barat. Yang jelas, Hamzah terus berinovasi. Karena itu tadi, darah bisnisnya tak pernah berhenti mengalir.

3. Amanda Cole, Pendiri Sayurbox

Ikuti kata pepatah: sekali dayung dua pulau terlampaui, Amanda Cole menciptakan Sayurbox. Membantu petani sekaligus menjadikan bisnis demi meraup keuntungan.

Ya, Sayurbox adalah sebuah platform yang membantu petani memasarkan produknya langsung ke konsumen. Tak perlu lagi jual ke tengkulak yang harganya mencekik.

Terinspirasi dari sang paman, lulusan management dan finance dari The University of Manchester, Inggris tertarik membangun Sayurbox. Selaras dengan hobinya, berkebun.

Pulang dari Inggris, Amanda sempat bekerja di perusahaan swasta selama dua tahun. Dan, Amanda ketularan pamannya yang hobi tanaman organik di Bengkulu.

Amanda sempat memanfaatkan lahan kosong milik keluarga di Sukabumi, Jawa Barat, untuk menyalurkan hobi berkebun. Suatu hari, dia bertemu petani singkong bernama Misto. Dia mengeluhkan murahnya harga singkong. Harga di tengkulak atau pengepul hanya Rp600/kg. Sementara harga di pasaran mencapai Rp6.000/kg.

Sejak itulah, dia bertekad untuk membantu petani bisa menjual produknya langsung ke pasar. Agar Misto dan petani-petani lainnya bisa hidup layak.

Bersama Meta dan Rahma, Amanda coba-coba bikin aplikasi. Intinya, petani harus bisa menemukan pasar. Kemudian, lahirlah Sayurbox pada 2017.

Nama Sayurbox tercipta dari sayur, dan box sebagai kotak pengirimannya. “Jadi memang awalnya kita mulainya dengan sayur dan kita kirimnya pakai box, jadi disitulah mulai dengan namanya Sayurbox” kata Amanda dikutip dari akun Youtube Sayurbox.

Seiring waktu, Sayurbox terus meluaskan produknya hingga buah dan daging. Fokus dari Sayurbox sendiri adalah memberikan bahan yang segar dan sehat. Sayurbox memenangkan kompetisi dalam startup Seedstarts Jakarta, dan mendapatkan pendanaan lebih dari US$2 juta atau sekitar Rp28 miliar.

Sayurbox telah memiliki sebanyak 70-80 petani dan 300 mitra. Pasar Sayurbox masih berada di Jabodetabek yang melayani 50.000 pelanggan, dan masih di dominasi oleh konsumen rumah tangga.

Dilansir dari Forbes, Sayurbox juga melakukan 1.000 pengiriman dalam sehari. Selain itu, berkat inisiatif Amanda, dirinya masuk ke dalam daftar 30 Under 30 Forbes pada 2019, dalam kategori Industry, manufacturing and Energy.

Kini, kerja keras perempuan blasteran Indonesia-Inggris kelahiran 22 Juni 1990 yang bernama lengkap Amanda Susanti Cole itu, tak sia-sia. Memilih membantu petani ketimbang bekerja di perusahaan swasta dengan gaji lumayan.

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button