Market

Sumpal Rakyat dengan BLT, Faisal: Siap-siap Brankas Negara Jebol

Ekonom Senior Faisal Basri mengkritik keras solusi Bantuan Langsung Tunai (BLT) untuk mengantisipasi mahalnya harga pangan.

Faisal bilang, Presiden Joko Widodo alias Jokowi seharusnya fokus memperbaiki distribusi dan rantai pasok. Janji Presiden Jokowi tentang tol laut dan infrastruktur untuk menekan biaya logistik, apa kabarnya?

Mungkin anda suka

Dalam sebuah dikusi virtual, Jumat (8/4/2022), Faisal menyebut banyak janji palsu Jokowi selama memerintah. “Saya ingat legacy Jokowi pertama kali dalam sejarah ialah menghadiahi rakyat Indonesia dengan inflasi yang rendah secara konsisten,” ujar Faisal dalam webinar bertajuk “Harga Kian Mahal, Recorvery Terganggu.

Fisal menilai, pemerintahan Jokowi bukan memperbaiki pasokan dan logistik, melainkan melakukan metode injak kaki melalui guyuran BLT. Obsesi Jokowi mengendalikan inflasi dengan hasil cepat malah mengakibatkan subsidi menggelembung. “Saya rasa, sebentar lagi pemerintah akan menyerah karena subsidinya luar biasa,” ungkap Faisal.

Kemudian, lanjut Faisal, konsumsi pangan yang masih tinggi menandakan sebagian besar rakyat Indonesia pendapatannya masih rendah.

Direktur Jenderal Anggaran Kementerian Keuangan, Isa Rachmatarwata mengatakan bahwa pemerintah menganggarkan dana Rp6,95 triliun untuk BLT minyak goreng. Program ini menyasar 23,15 juta Keluarga Penerima Manfaat (KPM).

Dia bilang, proses penganggaran tersebut bisa dilakukan lebih cepat karena program BLT minyak goreng sudah dimasukkan sebagai bagian dari program bantuan sosial (bansos) pangan dan menjadi satu dengan program Bantuan Tunai Pedagang Kaki Lima, Warung dan Nelayan (BT-PKLWN). “Dalam hal ini adalah tambahannya untuk penerima BT-PKLWN yang melakukan usaha di bidang makanan,” ucap Isa.

Untuk BLT minyak goreng yang diberikan melalui program bansos pangan, alokasi anggaran ditetapkan sebesar Rp6,2 triliun untuk 20,65 juta KPM yang pada tahun 2022 telah menerima bansos pangan.

 

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Iwan Purwantono

Mati dengan kenangan, bukan mimpi
Back to top button