Swiatek Tak Mau Santai untuk Roland Garros Meski Menangi Roma Master


Iga Swiatek menolak menganggap remeh French Open Roland Garros meski meraih gelar Roma ketiganya usai mengalahkan Aryna Sabalenka 6-2, 6-3 di final.

Petenis nomor satu dunia itu menjadi favorit untuk berhasil mempertahankan mahkota Roland Garros setelah menang dengan nyaman di lapangan tanah liat melawan peringkat kedua Sabalenka.

Di hadapan penonton lapangan tengah Swiatek menjadi petenis putri pertama sejak Serena Williams pada 2013 yang menang di lapangan tanah liat di Madrid dan Roma pada musim yang sama.

Dia bisa bergabung dengan Williams dalam hattrick di Paris jika dia memenangi gelar French Open keempatnya, dan ketiga berturut-turut, dengan Grand Slam lapangan tanah liat tersebut dimulai pada 26 Mei.

“Tentu saja saya percaya diri. Saya merasa seperti saya bermain tenis dengan hebat tapi itu tidak mengubah fakta bahwa saya hanya ingin tetap rendah hati,” kata Swiatek, seperti disiarkan AFP, Minggu.

“Grand Slam itu berbeda. Ada tekanan yang berbeda di dalam dan di luar lapangan. Tentu saja saya senang datang ke Paris dan berada di sana. Ini tempat yang luar biasa bagi saya dan saya sangat menikmati waktu saya di sana.”

“Tetapi ini adalah tujuh pertandingan sulit yang harus Anda menangi, jadi saya tidak menganggap remeh apa pun,” ujar petenis berusia 22 tahun itu.

Petenis Polandia itu meningkatkan rekor kemenangannya atas Sabalenka menjadi 8-3 dalam penampilan mengesankan lainnya dari turnamen yang hampir tanpa cela dengan tidak kehilangan satu set pun dalam perjalanannya menuju gelar.

Final di Roma tidak sedramatis pertandingan tiga set Madrid yang menegangkan karena Sabalenka, yang memenangi dua Australian Open terakhir, melakukan banyak kesalahan.

Swiatek merebut set pembuka hanya dalam waktu 36 menit. Setelah Swiatek mematahkan servis Sabalenka di gim ketujuh, tinggal menunggu waktu saja sebelum ia menutup pertandingan tersebut.