News

Anies Jeblok, Bisakah sebagai Kuda Hitam Kembali Meruntuhkan Hasil Survei?

Hasil survei dari Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA teranyar menunjukkan bahwa elektabilitas bakal calon presiden (capres) dari Koalisi Perubahan Anies Baswedan kembali berada di posisi buncit. Bahkan mengalami penurunan setelah mendeklarasikan diri berpasangan dengan Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Muhaimin Iskandar atau Cak Imin (Anies-Muhaimin alias AMIN).

Sebaliknya, dalam enam kali survei nasional yang dilakukan LSI Denny JA sepanjang tahun 2023, tercatat tren kenaikan elektabilitas terhadap Prabowo Subianto dan Ganjar Pranowo.

Pada survei terbaru yang dilakukan pada rentang waktu 4 hingga 12 September 2023 dengan jumlah responden sebanyak 1.200 responden, menunjukkan Prabowo meraih 39,8 persen, Ganjar 37,9 persen, dan Anies 14,5 persen.

Jebloknya elektabilitas Anies dan Cak Imin itu dipaparkan Peneliti LSI Denny JA Adjie Alfaraby dalam tayangan rilis survei terbaru di Jakarta pada Senin (2/10/2023). Dari hasil survei tersebut bahkan duet Anies-Cak Imin keok dalam memperebutkan suara pemilih muslim dan dari sisi wilayah atau provinsi populasi terbesar yang selama ini diunggulkan, seperti Jawa Barat dan Banten.

Disebutkan Adjie, dukungan Prabowo di pemilih muslim sebesar 41,7 persen, dukungan Ganjar di kalangan muslim sebesar 34,6 persen, dan dukungan Anies di pemilih muslim sebesar 16,4 persen.

Adapun dari lima provinsi populasi terbesar, Prabowo unggul di tiga provinsi (Jawa Barat, Jawa Timur, dan Banten), Ganjar unggul di dua provinsi (Jawa Tengah dan Sumatera Utara). Di Jawa Barat Prabowo unggul dengan elektabilitas sebesar 37,4%. Sedangkan elektabilitas Ganjar sebesar 26,7%, dan elektabilitas Anies sebesar 23,3%. Begitupun di Banten, Prabowo unggul. Elektabilitas Prabowo sebesar 51,3%, elektabilitas Ganjar 13,3%, sedangkan elektabilitas Anies sebesar 30,0%.

“Pasangan Anies-Cak Imin masih di rangking tiga, selisih dua digit dibandingkan pasangan Ganjar-(Sandi/Mahfud), atau Prabowo-(Erick/Gibran/Airlangga/Khofifah),” kata Adjie.

Meski pasangan Anies-Cak Imin sebagai underdog, Adjie mengingatkan bahwa dalam Pilkada DKI Jakarta 2017, Anies juga selalu buncit, namun mesinnya memanas di babak akhir, bahkan menang. Anies masih tetap potensial melaju sebagai kuda hitam.

Sebelumnya, pada Mei 2023 lalu, Adjie pun mengingatkan sejarah Pilkada DKI 2017 saat Anies-Sandi maju melawan Ahok-Djarot dan AHY-Silvy. Ketika itu, Anies selalu di posisi ketiga di bawah AHY dan Ahok.

Bercermin dari sejarah itu, Adjie menyebut Anies sebagai underdog masih sangat berpotensi lolos ke putaran kedua Pemilu Presiden 2024. Sebab, sejarah mencatat Anies lolos putaran kedua dan pada akhirnya memenangi Pilkada DKI 2017.

Tak Ambil Pusing

Dengan sederet hasil lembaga-lembaga survei sepanjang tahun ini yang menunjukkan elektabilitas selalu terendah, Anies mengaku tidak mau ambil pusing. Bagi Anies, hasil survei bisa berganti-ganti. “Kami yang penting menjangkau, bertemu, silaturahmi, dan memberikan penjelasan soal tujuan pada semua masyarakat karena angka-angka itu bisa gonta-ganti,” kata Anies dalam keterangannya di Surabaya, Senin (2/10/2023).

Anies tak memungkiri acap kali mendapatkan pertanyaan soal perolehan elektabilitas pada tabel survei untuk Pilpres 2024. Kata Anies, hasil suatu survei merupakan kondisi atau potret angka yang terjadi sebelum berlangsungnya agenda konstelasi politik. “Sementara pemilu itu potret di tanggal 14 Februari, surveinya boleh naik turun.”

Perolehan elektabilitas pada hasil survei Pilpres 2024 disebutnya sama ketika dirinya mencalonkan sebagai Gubernur DKI Jakarta pada 2017. Berdasarkan pengalamannya ketika Pilkada DKI Jakarta, tidak ada satu survei pun yang pernah menempatkannya di nomor dua, apalagi nomor satu. Semuanya menempatkan nomor tiga. “Apakah benar hasilnya seperti itu? Ternyata tidak,” ujar Anies, menekankan.

Peluang Menang Besar

Direktur Eksekutif Indonesia Political Opinion (IPO) Dedi Kurnia Syah mencermati sangat mungkin Anies-Cak Imin lolos keputaran kedua dan bahkan memenangi Pilpres 2024.

“Penanda Anies bisa memenangi pertarungan misalnya, koalisi PDIP yang dominan, juga Gerindra yang obesitas, nyatanya mereka tidak cukup berani mengambil keputusan sendiri untuk menghadapi Anies, baik PDIP maupun Gerindra sama-sama terkesan memerlukan dukungan Jokowi untuk menghadapi rivalitas itu,” ujar Dedi saat dihubungi Inilah.com di Jakarta, Selasa (3/10/2023).

Ia menilai tekanan dan serangan propaganda yang diterima oleh Anies, serta cara Anies menghadapi tekanan itu cukup tenang dan tidak gelisah. Hal ini menandai kesiapan dan kepercayaan diri koalisi Anies dalam memahami peta kompetisi Pilpres 2024.

Menurut Dedi, kondisi tersebut berbeda dengan Prabowo di 2019 yang sejak awal sudah cukup kerepotan menghadapi propaganda, hingga membuat Prabowo harus memboikot beberapa media, akhirnya ia tidak cukup tangguh menghadapi Jokowi.

“Pilkada DKI lalu, Anies mendapat 75 persen keterpilihan karena faktor gagasan yang ia sampaikan di debat kandidat, bukan tidak mungkin itu kembali terjadi, jika kontestan yang berlaga nanti adalah Anies, Ganjar, dan Prabowo,” tutur Dedi.

Serupa dengan Dedi, Direktur Riset Trust Indonesia Ahmad Fadhli menyebut peluang Anies untuk memenangi Pilpres 2024 pasti ada. Sebab, Anies maju pilpres bukan tanpa modal. Dia punya popularitas, punya gagasan, dan memiliki rekam jejak sebagai pejabat pemerintahan (Gubernur DKI dan Menteri).

post-cover
Direktur Riset Trust Indonesia Ahmad Fadhli

Anies juga punya dukungan dari partai pendukung dengan seluruh anggotanya. Hitung-hitungan kasar, NasDem punya 12,6 juta suara, PKB punya 13,5 juta suara, dan PKS memiliki 11,4 juta suara. “Jika dihitung secara akumulatif, maka Anies berpotensi memiliki modal awal 37,5 juta suara atau ekuivalen dengan 18,3 persen suara nasional DPT,” kata Fadhli saat dihubungi Inilah.com di Jakarta, Selasa (3/10/2023).

Kedua, Fadhli melanjutkan, peluang akan muncul dari gagasan perubahan yang diusung Anies. Bagi segmen pemilih yang tidak puas dengan pemerintahan Presiden Jokowi, gagasan ini bernilai dan potensial mendapat dukungan suara yang luas.

Ketiga, Anies dan Muhaimin memiliki modal persepsi ke-Islaman yang kuat. “Ceruk suara ini rasa-rasanya akan sulit didapat oleh dua bakal capres lainnya. Sebab, hingga saat ini publik tidak sulit menilai siapa yang lebih ‘Islami’ di antara para capres ini.”

Dengan tiga social capital tadi, ujar Fadhli menekankan, partai dan kader pendukung, gagasan perubahan dan Islam, Anies justru sangat berpeluang memenangkan pilpres kali ini.

Berdasarkan hasil survei Nasional Trust Indonesia yang berlangsung Februari lalu, Anies unggul di 19 provinsi, yang mayoritas penduduknya beragama Islam. Termasuk dalam temuan survei tersebut, mayoritas pemilih Muhammadiyah memilih Anies Baswedan dan sebanyak 22,5 persen pemilih Nadhliyin memberikan dukungan kepada mantan Gubenur Jakarta tersebut.

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button