Market

Ranking 3 Dunia, Kemendag Genjot Inovasi Produk Lada Bernilai Tambah

Indonesia menjadi negara produsen lada terbesar ketiga di dunia. Kementerian Perdagangan (Kemendag) pun terus mendorong pengembangan industri ini. Salah satunya, melalui program peningkatan produksi lada bernilai tambah tinggi.

“Inovasi adalah kunci terpenting untuk menciptakan produk lada yang bernilai tambah. Kami berharap dapat mencapai target harga lada yang remuneratif melalui produk lada yang bernilai tambah,” ujar Direktur Jenderal Perundingan Perdagangan Internasional Kemendag Djatmiko Bris Witjaksono melalui keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Minggu (16/4/2023).

Djatmiko menyampaikan, sebagai negara dengan perkebunan lada terbesar ketiga di dunia, Indonesia perlu menggenjot pengembangan lada untuk kembali menjadi pemain utama di kancah internasional. Ia pun menyoroti salah satu tantangan saat ini adalah rendahnya harga lada di tingkat petani.

Selain itu, Djatmiko menyatakan bahwa lada Indonesia dengan mutunya yang tinggi dikenal sebagai produk kelas atas dibandingkan produk negara produsen lainnya.

Manfaat ini harus dipromosikan dan dipertahankan secara nasional dan internasional melalui budidaya lada dan teknik pengolahan lada yang sesuai dengan praktik pertanian yang baik. Langkah strategis ini pun harus didukung dengan inovasi dan pemasaran baik di hulu dan maupun hilir.

“Lada Indonesia memiliki kandungan piperin yang tinggi hingga sepuluh persen dan rasa yang tajam. Beberapa lada Indonesia juga telah mempunyai sertifikat Indikasi Geografis seperti lada putih Muntok, lada hitam Lampung, lada Luwu Timur, dan lada malonan Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur. Indonesia juga memiliki beragam varietas tanaman lada unggulan hingga sepuluh jenis,” kata Djatmiko.

Lada merupakan komoditas yang memiliki peran penting dalam sejarah Indonesia. Sejak akhir abad ke-16, Indonesia telah menjadi pemasok penting bagi perdagangan lada dunia. Hingga saat ini, lada masih menjadi salah satu penyumbang devisa negara terbesar.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, nilai ekspor lada periode 2018-2022 menembus US$775 juta. Volume perdagangan rata-rata mencapai 45 ribu ton pada periode tersebut.

Sementara itu, pada Kamis (13/4/2023) dilaksanakan Hari Lada Internasional 2023 oleh International Pepper Community (IPC). Peringatan Hari Lada merupakan bentuk dukungan Pemerintah Indonesia terhadap program pengembangan sektor lada.

Hari Lada Internasional dimaksudkan sebagai kegiatan mempromosikan konsumsi lada global untuk membantu jutaan petani yang ekonominya bergantung pada lada.

“Merayakan Hari Lada Internasional juga bertujuan untuk meningkatkan kesadaran pemangku kepentingan akan pentingnya berbagai isu sektor lada,” ucap Djatmiko.

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button