News

Jokowi Ngaku Belum Tonton Film ‘Dirty Vote’


Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengaku belum menonton film dokumenter Dirty Vote yang sempat viral belakangan ini. Film itu menceritakan skenario dugaan kecurangan pemilu yang melibatkan Presiden Joko Widodo (Jokowi) hingga menjadikan anaknya Gibran Rakabuming Raka sebagai cawapres.

“Belum,” ujar Jokowi kepada awak media usai mencoblos, di Tempat Pemungutan Suara (TPS) 10 Kelurahan Gambir (di depan Kantor Lembaga Administrasi Negara (LAN), Jakarta Pusat, Rabu (14/2/2024).

Sebelum  pencoblosan, Jokowi mengaku belum berkomunikasi  atau menyampaikan doa restu kepada Cawapres nomor urut 02. “Belum ya,” ucap Jokowi.

Berdasarkan pantuan inilah.com, Jokowi dan Iriana tiba di lokasi TPS pukul 8.48 WIB. Jokowi mengenakan kemeja putih dengan celana hitam dasar. Sedangkan, Iriana mengenakan kebaya bewarna hijau.

“Ini yang ditunggu-tunggu awak media, Bapak Jokowi dan Ibu Iriana kita panggil ke depan untuk mengambil surat suara,” ujar Ketua KPPS TPS 10 Kelurahan Gambir, Hamdy Basjar.

Jokowi dan Iriana pun sempat menunjukkan surat suara kepada awak media. Lalu, keduanya masuk ke bilik suara mencoblos capres-cawapres maupun calon legislatif. Tampak ekspresi semringah yang ditunjuk Jokowi dan Iriana saat memasukkan surat suara yang telah tercoblos ke dalam kotak suara Capres-cawapres yang berwarna abu-abu itu. Ketika disinggung awak media, kedua merahasiakan pilihannya.

Setelah mencoblos, ayah dan ibu Cawapres nomor urut 2, Gibran Rakabuming Raka ini menunjukkan jari kelingkingnya yang tercelup tinta ke pada awak media. Terhitung delapan menit proses pencoblosan yang dilakukan oleh Jokowi dan Iriana.

Usai melakukan sesi wawancara dengan awak media, Jokowi dan Iriana meninggal lokasi TPS pada pukul 09.02 WIB.

Sebagai informasi, “Dirty Vote” merupakan film dokumenter eksplanatori yang disampaikan tiga ahli hukum tata negara yakni Bivitri Susanti, Feri Amsari, dan Zainal Arifin Mochtar.

Dalam film tersebut, ketiganya mengungkap penggunaan instrumen kekuasaan yang diduga untuk tujuan memenangi pemilu dan dinilai merusak tatanan demokrasi.

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button