Market

Adu Banteng KA Turangga Vs KRL Bandung Raya, Menhub Budi Layak Dicopot


Terkait tubrukan KA Turangga dengan KRL Bandung Raya yang menghilangkan 4 nyawa, membuktikan jebloknya tata kelola sektor transportasi publik. Kegagalan Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi, harus mundur.

“Kalau Menteri Perhubungan punya malu, Pak Budi Karya mundur dong. Dia harus tanggung jawab. Jangan hanya minta maaf, masalah selesai. Menyangkut transportasi publik harus zero accident. Kalah gagal ya mundur. Atau Presiden Jokowi tunjuk Menhub baru,” terang Direktur Eksekutif Center for Budget Analisis (CBA), Uchok Sky Khadafi di Jakarta, Sabtu (6/1/2024).

Sayangnya, kata aktivis 98 ini, kebanyakan pejabat negara di era Jokowi saat ini, tidak memiliki sikap ksatria dan negarawan. Ketika memang berkinerja buruk atau gagal meraih target, seharusnya tahu diri dan mundur.

Tubrukan antara KA Turangga dengan KRL Bandung Raya di KM 181+700 petak jalan antara Stasiun Haurpugur-Stasiun Cicalengka, Bandung, pada Jumat (5/1/2024), sekitar pukul 06.03 WIB, sangat mengejutkan publik. Tragedi ini, merenggut 4 nyawa dan 28 orang mengalami luka-luka.

“Ada informasi bahwa KRL Bandung Raya seharusnya setop di persinggungan Haurpugur, menunggu KA Turangga melintas dari timur menuju barat. Tapi ternyata enggak. Nah, ini bener-enggak? Tapi yang jelas, memang ada masalah terkait tata kelola transportasi publik kita,” tandasnya.

“Mungkin karena banyak proyek-proyek kereta api yang nilainya triliunan, Kemenhub kecolongan. Sehingga terjadilah tubrukan ini. Sekali lagi, menhubnya memang harus diganti,” imbuh Uchok.

Atas kejadian tak mengenakkan di awal tahun, Komite Nasional Keselamatan Transportasi atau KNKT, masih melakukan investigasi.

Humas KNKT, Anggo Anurogo menerangkan bahwa proses investigasi masih tahap awal. Yakni pengumpulan data untuk menelisik musabab kecelakaan adu banteng KA Turangga dengan KRL Bandung Raya.

Sehingga, kata dia, KNKT belum dapat memberikan keterangan lebih lanjut mengenai penyebab kecelakaan ini. Menurutnya, perlu ada analisa lanjutan dari hasil temuan di lapangan. “Jadi mengenai penyebab tentunya masih perlu dianalisa lebih lanjut,” ujar Anggo.

 

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button