Market

Indonesia Negeri Biaya Tinggi, Sudhamek Pilih Bikin Pabrik Permen di China

Di kalangan pebisnis, siapa tak kenal Sudhamek AWS, pemilik kerajaan bisnis cemilan Garudafood Group. Ternyata, dia memilih membangun pabrik permen kacang di China ketimbang Indonesia. Karena Indonesia biaya tinggi.

Hal itu disampaikan Ekonom Senior UI, Faisal Basri dalam Podcast Novel Baswedan (NBW), Jakarta, dikutip Sabtu (17/6/2023). “Kalau tahu permen ting-ting diproduksi perusahaan Indonesia, mudah-mudahan pemiliknya tidak marah, Pak Sudhamek, Garuda Food, sahabat saya. Dia produksi ting-ting di China karena banyak insentif. Saya dikasih perbandingan. Kalau produksi di Indonesia, ongkosnya begini-begini. Kalau di China ongkosnya begini,” papar Faisal.

Dijelaskan Faisal, usaha belum jalan saja, pengusaha harus menyiapkan duit gede. Itu hukum berbisnis di Indonesia. Karena, banyak sekali yang harus dibayar. Mulai dari bea masuk bahan baku, PPn Impor, PPh 2,5 persen.

“Bahan permen kan gula ya, kena bea masuk 10 persen. Kenapa pula PPn impor. Dan PPh atau pajak keuntungan 2,5 persen. Kalau ada kelebihan, namanya restitusi, mengurusnya duit lagi. Artinya, belum produksi saja, pengusaha harus keluar duit yang cukup besar. Itu Indonesia,” ungkapnya.

Setelah dihitung-hitun, papar Faisal, ongkos produksi permen di Indonesia lebih mahal 30 persen ketimbang produksi di China. “Karena, pajak impor bahan baku di China nol, PPh tidak bayar di muka. Kalau ekspor maka bebas PPn. Bahkan diberikan insentif,” imbuhnya.

Anehnya, lanjut Faisal, ketika permen tersebut masuk ke Indonesia, bebas bea masuk. Tentu saja ingin mengejutkan karena bisa membunuh industri permen di dalam negeri. Seolah Pemerintah Indonesia menyarankan pengusaha atau investor tak perlu membangun pabrik di Indonesia karena biayanya tinggi. Lebih baik membangun pabrik di negara yang murah, namun menjualnya ke Indonesia.

“Ini bagaimana, menkeunya kan ekonom. Banyak kawan-kawan saya duduk di pemerintahan, sudah sekian lama di sana kok sekarang semakin dalam tanda kutip bloon. udah lupa ilmu dasar ekonomi,” tuturnya.

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button