News

Temuan Survei LSI Bikin Cemas, Kemenag Ingatkan Publik Cermat Tanggapi Isu

Plt. Sekretaris Balitbang dan Diklat Kementerian Agama (Kemenag) Republik Indonesia, Arskal Salim merespons hasil survei Lembaga Survei Indonesia (LSI) yang menyebut 4 dari 10 orang setuju berperang di negara lain untuk membela agama.

Menurut Arskal hal itu cukup mengganggu dan membutuhkan diskusi mendalam. Ia khawatir jika hasil survei itu menjadi kenyataan dan semakin membesar. “Kok tinggi sekali misalnya kesediaan ikut perang bela umat agama di negara lain. Nah ini kan agak mengganggu nih kalau memang ini betul-betul nyata,” kata Arskal kepada wartawan di kawasan Thamrin, Jakarta Pusat, Kamis (4/5/2023).

Lebih lanjut, ia mengatakan tidak masalah jika angka tersebut hanya menunjukkan tingkat solidaritas secara lisan. Tapi lain ceritanya jika angka itu mewakili ideologi publik, ia khawatir dengan potensi kebangkitan ISIS seperti tahun 2010 silam.

“Karena itu yang muncul pada saat tahun 2010 ketika ISIS pecah ya, ISIS bangkit di wilayah Suriah itu kan jutaan orang-orang yang bersedia mau datang walaupun yang berangkat pasti enggak sampai jutaan, gitu kan,” tutur dia.

Dengan itu, Arska menilai indikator tersebut harus dijadikan lampu peringatan bagi masyarakat umum, harus lebih hati-hati dalam merespon berbagai macam isu yang beredar. Khususnya bagi anak muda.

“Anak muda ini kita perlu memberikan pendekatan-pendekatan khusus agar anak-anak muda ini paham betul. Bagaimana sebenarnya ajaran agama yang moderat ya yang mengajarkan kasih sayang hormat-menghormati, toleransi terhadap sesama manusia,” jelas Arskal.

Diberitakan sebelumnya, LSI merilis temuannya terkait sikap publik atas kekerasan ekstrem, toleransi dan kehidupan beragama di Indonesia. Salah satu temuannya, 4 dari 10 orang di Indonesia rela ikut berperang di negara lain demi membela umat beragama yang seagama.

“Sekitar 4 dari 10 orang setuju/sangat setuju ikut berperang di negara lain untuk membela umat agamanya yang dianiaya. Meski sebagian besar responden tidak setuju atau sangat tidak setuju dengan tindakan membalas kelompok lain yang menyerang agamanya,” kata Direktur Eksekutif LSI Djayadi Hanan dalam presentasinya di Hotel Sari Pacific, Jakarta Pusat, Kamis (4/5/2023).

“Dukungan pada kekerasan ekstrem diukur dengan empat pertanyaan dengan skala 1 sampai 5. Hasilnya menunjukkan nilai rata- rata sebesar 2.39 atau di bawah median,” jelas dia.

Lebih lanjut dia merincikan jumlah persentase sikap publik terkait keikutsertaan berperang di negara lain untuk membela umat ‘agama saya’ yang dianiaya. Djayadi mengatakan sebanyak 35 persen publik memilih untuk ikut.

Sementara sebanyak 15 persen publik memilih untuk melakukan pembalasan terhadap anggota kelompok yang menyerang ‘agama saya’. Kemudian,12 persen publik mendukung organisasi yang memperjuangkan ‘agama saya’ walaupun terkadang organisasi tersebut melanggar hukum.

“Terakhir, 7 persen publik mendukung organisasi yang memperjuangkan ‘agama saya’ meskipun organisasi tersebut terkadang menggunakan kekerasan,” tutup Djayadi.

Diketahui, survei dilakukan pada periode 16-29 Mei 2022. Meskipun tahun lalu, LSI menilai bahwa isu ini tengah terjadi saat ini. Survei menggunakan metode wawancara tatap muka dan dilakukan oversample di 4 wilayah yakni wilayah DKI Jakarta+Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. 1.550 responden dipilih secara random (multistage random sampling) sebagai sampel basis. Margin of error dari ukuran sampel tersebut sebesar +/- 2.5 persen dengan tingkat kepercayaan 95 persen (dengan asumsi simple random sampling).

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button