News

Mengenal Gempa Kerak Dangkal yang Terjadi di Jayapura, Punya Daya Hancur Lebih Tinggi

Gempa dengan magnitudo (M) 5,4 di Jayapura, Papua merupakan kategori gempa kerak dangkal. Pernyataan dari Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, menjelaskan bahwa gempa berkekuatan 5,4 magnitudo tersebut berpusat 10 km di bawah permukaan bumi. 

Kedalaman pusat gempa yang tergolong dangkal juga menjadi salah satu alasan mengapa gempa di Jayapura ini begitu berusak.

Mungkin anda suka

Sejak Januari 2023, 1.072 gempa susulan mengguncang wilayah Jayapura. Suko Prayitno Adi, Deputi Ahli Geofisika BMKG, mengatakan wilayah Jayapura memiliki aktivitas gempa yang sangat tinggi. Karakteristik ini menyebabkan banyaknya terjadi gempa susulan. 

Sementara itu, Daryono, Direktur Pusat Gempa dan Tsunami BMKG, mengatakan wilayah Jayapura merupakan wilayah seismik yang aktif dan kompleks. 

“Hal ini tercermin dari perbedaan mekanisme sumber gempa 2 Januari 2023 yang saat itu merupakan gempa bumi kerak dangkal dengan mekanisme turun atau sesar normal,” tutur Daryono dalam konferensi pers daring, Kamis (2/9/2023). 

Gempa bumi kerak dangkal memiliki sejumlah karakteristik yang harus dikenali dengan maksud mewaspadai dan meminimalisir terjadinya dampak gempa yang bersifat merusak. 

gempa kerak dangkal
Sejumlah polisi mencari korban di reruntuhan bangunan rumah makan yang tenggelam akibat gempa bumi di Jayapura, Papua, Kamis (9/2/2023). (Foto: Antara Foto/Gusti Tanati)

Karakteristik Gempa Kerak Dangkal

Gempa bumi kerak dangkal adalah gempa bumi yang hiposentrumnya (titik pusat gempa bumi) berada kurang dari 60 km dari permukaan bumi. Pusat gempa berada di kerak yang relatif tipis pada kedalaman dangkal di dekat permukaan bumi. Ini yang menyebabkan gempa bumi kerak dangkal relatif menimbulkan kerusakan yang besar. 

Gempa bumi di kerak dangkal dijelaskan oleh terjadinya pergerakan bongkahan batuan di lapisan kerak bumi dangkal akibat adanya akumulasi energi tegangan (stress), sehingga menyebabkan batuan tersebut bergerak ke arah horizontal. Arah gerakan ini disebut dengan mekanisme gerak geser (strike-slip). 

Sedangkan, pada kasus gempa kerak dangkal, amplitudo gelombang seismik dengan konten frekuemsi relatif tinggi tidak mengalami atenuasi atau pelemahan energi. Sebab, tidak mengalami pelemahan, energi gempa yang memancar dari sumbernya masih sangat tinggi saat mencapai permukaan bumi yang banyak terdapat pemukiman penduduk. Diketahui bahwa kedalaman gempa dangkal adalah sekitar 1-30 kilometer. 

Gempa jenis shear-fault dangkal dapat dideteksi dengan efek searah yang dominan, di mana lokasi yang sejajar dengan arah gerak celah seismik akan menimbulkan efek yang lebih merusak.

Dalam banyak kasus, gempa dengan mekanisme geser dapat bergerak sangat cepat, mendekati atau melebihi laju geser batuan, yang sering disebut sebagai gempa supershear

Gempa bumi kerak dangkal, yang merupakan bagian dari gempa alam lempeng (intraplate), biasanya dihasilkan oleh proses patahan di daerah yang relatif sempit. Proses rekahan ini menciptakan gempa bumi dengan penurunan tegangan (stress drop) yang besar untuk memancarkan gelombang seismik frekuensi tinggi yang bersifat merusak. 

Gempa bumi kerak dangkal berfrekuensi tinggi inilah yang menyebabkan kerusakan besar karena guncangan tanah yang dihasilkan sangat kuat. Oleh karena itu, tidak mengherankan jika gempa Jayapura yang kedalamannya dangkal, kaya akan frekuensi tinggi, menimbulkan getaran yang besar dan menimbulkan kerusakan yang parah. 

Peran Kedalaman Gempa

Gempa bumi kerak dangkal biasanya diikuti oleh serangkaian gempa susulan yang jumlahnya sangat banyak karena lapisan batuan kerak dangkal relatif heterogen dan relatif rapuh. Batu-batu seperti itu, ketika berubah bentuk atau pecah, dapat menyebabkan serangkaian gempa susulan.

Sumber gempa bumi kerak dangkal memang tidak sepopuler sumber gempa megathrust yang sering disebut-sebut oleh para ahli dan masyarakat. Namun, gempa bumi kerak dangkal yang berpusat di darat terbukti lebih sering terjadi dan merenggut banyak korban jiwa. 

Gempa bumi besar yang lebih dalam dari 50 km dapat menyebabkan kerusakan yang luas, namun intensitas guncangannya berkurang karena gelombang seismik menempuh jarak setidaknya 50 km sebelum mencapai permukaan yang dapat dirasakan manusia.

Gempa bumi seperti ini jarang menimbulkan korban jiwa yang besar. Misalnya, gempa Tasikmalaya 2017 berkekuatan 7,3 skala Richter melanda pada kedalaman 105 kilometer yang menewaskan empat orang serta merusak sekitar 4.826 rumah.

Meski gempa Jayapura baru-baru ini jauh lebih kecil dari gempa Tasikmalaya dengan 5,4 skala Richter, dengan energi delapan kali lebih sedikit, namun kerusakan yang ditimbulkan jauh lebih besar. 

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button