Ototekno

ATSI Soroti Tantangan Berat Operator Seluler: Biaya Regulasi Tinggi, Pendapatan Stagnan

Wakil Ketua Umum Asosiasi Penyelenggara Telekomunikasi Seluruh Indonesia (ATSI), Merza Fachys, menyatakan bahwa industri telekomunikasi Indonesia saat ini sedang menghadapi masa sulit. Pernyataan ini disampaikan dalam diskusi “Lelang Spektrum 700 Mhz dan 2,6 Ghz, Upaya Mendorong Penetrasi 5G” di Jakarta, Senin (13/11/2023).

Merza Fachys mengungkapkan bahwa pertumbuhan pendapatan operator seluler tidak sebanding dengan beban biaya regulasi yang meningkat. Saat ini, biaya regulasi atau regulatory charges mencapai 12% dari total pendapatan, sementara pertumbuhan pendapatan sendiri hanya mencatat angka 5,6%.

Mungkin anda suka

“Pertumbuhan pendapatan operator tidak lagi sebesar masa lalu, hanya sekitar 5,6%,” kata Merza.

Kondisi ini diperparah dengan kenyataan bahwa trafik data mengalami peningkatan hingga 80% dalam kurun waktu 2013-2022, namun tidak diikuti oleh peningkatan pendapatan yang proporsional. 

“Ini membuat pendapatan dan trafik data menjadi tidak seimbang, yang memperburuk kondisi keuangan operator,” tambahnya.

Merza juga menyoroti tantangan yang dihadapi operator seluler untuk beralih ke bisnis digital, sambil tetap menjaga infrastruktur jaringan. Dia mengkhawatirkan fokus pada bisnis digital dapat menyebabkan kelalaian terhadap infrastruktur telekomunikasi. “Kita tidak bisa hanya fokus pada satu aspek, baik digital maupun infrastruktur harus tumbuh bersama dan sehat bersama,” tegasnya.

Situasi ‘berdarah-darah’ yang dihadapi industri telekomunikasi ini menimbulkan kekhawatiran akan masa depan komunikasi digital di Indonesia, terutama dalam konteks transformasi menuju teknologi 5G.

post-cover

Dalam acara yang dihadiri oleh narasumber dari berbagai sektor telekomunikasi, termasuk Denny Setiawan dari Kementerian Kominfo, dibahas mengenai perlunya kebijakan yang mendukung industri seluler, termasuk dalam mekanisme lelang spektrum untuk 5G. 

CEO Selular Media Network, Uday Rayana, menegaskan pentingnya forum ini dalam membawa perubahan mekanisme lelang spektrum yang sesuai dengan kondisi saat ini.

Sementara itu, Denny Setiawan menyampaikan bahwa Kementerian Kominfo sedang menyiapkan sejumlah aturan untuk mendukung industri seluler tanpa mengurangi kualitas layanan. “Kami sedang berproses untuk menyiapkan aturan yang tidak memberatkan siapa pun dan tidak menurunkan kualitas layanan seluler maupun internet kita,” kata Setiawan.

Diskusi ini juga menyoroti potensi 5G dalam meningkatkan PDB manufaktur global dan peran penting operator seluler sebagai pilar, enabler, konstruktor, dan investor ekonomi digital. Mareta Pratiwi dari Pusat Industri Digital Indonesia (PIDI) Kementerian Perindustrian menyebutkan bahwa teknologi 5G memiliki potensi meningkatkan produk domestik bruto (PDB) manufaktur global hingga 4%.

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button