Kanal

Mudik 2023, Jangan Sampai Mengulang Tragedi ‘Brexit’!

mudik-2023,-jangan-sampai-mengulang-tragedi-‘brexit’!

Mudik tahun ini butuh persiapan ekstra mengingat angka pemudik akan melonjak jauh lebih banyak. Belajar dari peristiwa mudik pada 2016, dikenal sebagai Tragedi Brebes Exit Toll (Brexit) yang menewaskan 17 orang, antisipasi menjadi keharusan. Tak boleh ada lagi peristiwa seperti ini.

Kasus Brexit ini menjadi perhatian Presiden Joko Widodo (Jokowi). Presiden mengklaim pemerintah sudah menyiapkan sejumlah skema mudik Lebaran demi mengantisipasi kasus kematian pemudik seperti yang pernah terjadi di pintu keluar tol Brebes atau ‘Brexit’ pada 2016. Menurutnya, perencanaan skema mudik Lebaran saat ini sudah lebih baik.

“Nanti akan disiapkan SAR-nya, semuanya. Ini saya kira, saya melihat desain perencanaannya lebih baik. Jangan mengandai-andai, semuanya sudah diantisipasi,” kata Jokowi saat ditanya wartawan soal tragedi ‘Brexit usai kunjungan di Pelabuhan Merak, Banten, Selasa (11/4/2023).

Jokowi mengatakan pemerintah telah menghitung kapasitas transportasi umum yang disesuaikan dengan jumlah pemudik saat momen Lebaran 2023. Ia pun mewanti-wanti masyarakat tetap waspada lantaran jumlah pemudik tahun ini diprediksi mengalami peningkatan dibanding sebelumnya.

“Saya ingatkan semuanya yang ingin mudik, hati-hati, ada lompatan yang besar jumlah masyarakat yang mudik. Dari 86 juta, dari survei ini ke 123 juta, artinya ada kenaikan kurang lebih 45 persen. Ini yang semuanya harus dihitung dan dikalkulasi,” ujarnya.

Jokowi juga memastikan Polri akan menerjunkan aparat keamanan di sepanjang titik mudik yang dinilai sebagai wilayah rawan kejahatan. Selain itu, kata dia, pemerintah telah menambah sejumlah titik peristirahatan agar tidak terjadi penumpukan di jalan tol.

Tragedi kelam di pintu tol Brebes

Tragedi Brebes Exit Toll (Brexit) merupakan kejadian kemacetan arus mudik yang fenomenal yang terjadi di pintu keluar tol Brebes Timur. Tol yang digadang-gadang akan mempersingkat waktu tempuh dari Jakarta menuju Brebes tersebut justru menimbulkan tragedi macet yang parah.

Puncak tragedi kelam arus mudik pada kemacetan di Brexit terjadi pada 3-5 Juli 2016. Ketika itu, pemerintah membangun tol Trans-Jawa. Ketika itu, jalur tol yang sudah rampung baru dan bisa dilalui sampai gerbang Tol Brebes. Pintu tol tersebut diresmikan di tahun yang sama, yaitu pada 2016.

Brexit berada di Kilometer 268 dari Jakarta dan saat itu masih menjadi ujung dari jalan tol Trans-Jawa. Maka dari itu, para pemudik yang hendak melanjutkan perjalanan ke Jawa Tengah, Jawa Tengah dan Jawa Timur harus keluar dari pintu tol Brexit ini kemudian melanjutkan perjalanan lewat jalan biasa.

Banyak faktor yang menjadi penyebab kemacetan di Brexit, tetapi penyebab yang pasti adalah tidak mampu menampung jumlah kendaraan. Hampir semua pemudik menggunakan jalan tol agar waktu tempuh menjadi lebih cepat. Apalagi waktu itu pemerintah ‘mempromosikan’ bahwa Jakarta-Brebes ditempuh hanya dengan waktu 4 jam dengan melewati tol itu.

Saat itu, semua orang seperti mengalami euphoria untuk mencoba mudik melewati jalan tol baru tersebut. Hal inilah yang mengundang banyak pemudik untuk menggunakan jalur tol. Padahal banyak aspek pendukung yang belum siap untuk menampung gerombolan pemudik itu. Pemerintah pun juga dinilai abai memperhatikan jalan arteri lainnya yang seharusnya bisa menjadi alternatif.

Akibat penumpukkan kendaraan di pintu tol Brebes timur ini, terjadi kemacetan total sepanjang 31 kilometer. Para pemudik terjebak macet lebih dari 30 jam. Jarak Cirebon-Semarang yang biasanya dapat ditempuh dalam waktu 3 jam saat itu membutuhkan waktu hingga 35 jam. Bayangkan jika Anda mengalaminya kendaraan tak bisa bergerak, sulit mencari makan dan minum bahkan bahan bakar pun habis.

Dalam peristiwa ini, terlihat pemerintah seperti kaget dan bingung melihat kemacetan yang luar biasa ini. Terlihat koordinasi lintas sektoral masih kurang tertata dengan baik. Penanganannya pun memakan waktu lama lebih dari 24 jam sehingga menimbulkan banyak korban jiwa.

Korban meninggal 17 orang

Dalam kemacetan itu, ada 17 orang yang meninggal dunia dan puluhan orang lainnya harus dilarikan ke rumah sakit. Jumlah tersebut diperoleh dari data resmi Dinas Kesehatan dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Brebes. Korban meninggal disebabkan oleh beberapa faktor. Di antaranya mengalami kelelahan, dehidrasi, keracunan karbondioksida, kecelakaan, dan ada pula yang terkena serangan jantung dalam perjalanan.

Banyaknya kendaraan yang kehabisan bahan bakar di Brexit menambah parah kemacetan di sana, ketika itu. Penjual bahan bakar dadakan juga berseliweran, mereka mematok harga mulai Rp50.000 per liter. Harga tersebut enam kali lipat dari harga bahan bakar resmi kala itu. Selain itu, adanya pasar tumpah dan lampu lalu lintas yang berdekatan dengan pintu keluar tol menambah parah kemacetan di Brexit.

Pengendara yang mengantre dan menyerobot di SPBU juga kian memperparah kemacetan. Warga sekitar membuat toilet dadakan untuk para pengendara. Kemacetan panjang juga membuat banyak pemudik memilih untuk salat di bahu jalan.

Kemacetan di Brexit itu bisa terurai setelah petugas memberlakukan one way di jalur Pantura dan menutup jalan tol tiap ekor antrean mencapai 3 kilometer, dan mengalihkan kendaraan yang berada di jalan tol dengan membuka semua pintu gerbang tol, mulai Palimanan hingga Brexit.

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button