Kanal

Profil Erdogan, Presiden Turki yang Menjabat Sejak 2014

Ditulis oleh: Amalia Fildzah

Recep Tayyip Erdogan resmi menjadi pemenang dalam Pilpres Turki putaran kedua yang diselenggarakan pada Minggu (28/5/2023). Dengan kemenangan ini, Erdogan Kembali menjadi Presiden untuk ketiga kalinya.

Mungkin anda suka

Dengan 99,43 persen suara yang telah dihitung, hasil resmi yang diumumkan oleh Dewan Pemilihan Tertinggi Turki (YSK), menunjukkan Erdogan unggul 52,14 persen perolehan suara atas rivalnya Kemal Kilicdaroglu yang meraih 47,86 persen.

Ucapan selamat dari pemimpin dunia mengalir deras, salah satunya dari Raja Arab Saudi Salman bin Abdulaziz al-Saud dan Presiden Rusia Vladimir Putin.

Lalu siapakah sosok Erdogan? Kenapa bisa menjabat menjadi Presiden selama tiga dekade? Simak profil lengkapnya!

Janjikan Persatuan

Sebagaimana dikutip dari Reuters, dalam pidato kemenangan di Ankara, Erdogan berjanji untuk meninggalkan semua perselisihan dan bersatu di belakang nilai-nilai dan impian nasional. Tetapi, dia kemudian menyerang oposisi dan menuduh Kilicdaroglu berpihak pada teroris tanpa memberikan bukti.

Dia mengatakan, pembebasan mantan pemimpin partai pro-Kurdi Selahattin Demirtas, yang dia cap sebagai “teroris,” tidak akan mungkin dilakukan di bawah pemerintahannya. Erdogan mengatakan inflasi adalah masalah paling mendesak di Turki.

Sementara itu, Kemal Kilicdaroglu menyebut Pilpres kali ini sebagai Pemilu yang paling tidak adil dalam beberapa tahun terakhir.

Namun, dia tidak membantah hasilnya. Kekalahan Kilicdaroglu kemungkinan akan diratapi oleh sekutu Turki di NATO yang khawatir dengan hubungan Erdogan dengan Presiden Rusia Vladimir Putin.

Putin sendiri dilaporkan telah mengucapkan selamat kepada “sahabatnya” itu atas kemenangan di Pilpres Turkiye 2023.

Bernama lengkap Recep Tayyip Erdogan, lahir 26 Februari 1954 adalah seorang politikus Turki. Erdogan lahir di Istanbul tetapi dibesarkan di Rize pesisir Laut Hitam dan Kembali ke Istanbul pada usia sekitar 13 tahun. 

Ia belajar di sekolah agama, Sekolah Imam Hatip dan melanjutkan ke Universitas Marmara untuk belajar ekonomi dan bisnis.

Erdogan sempat menjadi pemain sepak bola semi profesional pada usia 16 tahun dan bekerja di perusahaan angkutan kota di Istanbul.

Erdogan terjun ke dalam politik bersama Partai Keselamatan Nasional yang Islamis, dibawah Pimpinan Necmettin Erbakan dan kini telah dibubarkan, Setelah kudeta militer pada 12 September 1980, ia meninggalkan sepak bola dan bekerja di sector swasta. Lalu pada 1982, ia menjalani wajib militer sebagai seorang perwira dengan tugas khusus.

Selain itu, Erdogan seorang pendiri sekaligus pimpinan Partai Keadilan dan Pembangunan (AKP) yang didirikannya pada 14 Agustus 2001. Sejak berdiri, AKP menjadi gerakan politik terbesar yang didukung publik di Turki.

Sebelum menjabat jadi Presiden, ia pernah menjabat menjadi Perdana Menteri Turki sejak 14 Maret 2003 hingga 28 Agustus 2014. Ia kemudian resmi dilantik menjadi Presiden Turki ke-12 pada 28 Agustus 2014.

Awal Memasuki Politik

Dikutip dari Tempo, Erdogan Kembali ke kegiatan politik dengan Partai Kesejahteraan yang didirikan pada 1983 dan terpilih menjadi Kepala Distrik Beyolu pada 1984. Kemudian pada 1985, dia terpilih sebagai Kepala Partai Kesejahteraan Provinsi Istanbul dan di tahun yang sama, ia terpili menjadi anggota Dewan Pimpinan Pusat Partai Kesejahteraan.

Erdogan terpilih sebagai Walikota Istanbul lewat pemilihan lokal yang diadakan pada 27 Maret 1994. Selama masa jabatannya sebagai Kepala Provinsi Istanbul, Erdogan melaksanakan proyek yang bertujuan untuk mendorong partisipasi perempuan dan pemuda dalam politik. 

Selain itu, ia menghasilkan diagnosis dan solusi yang tepat untuk masalah kronis Istanbul, ia melekat pada kerja tim dan manajemen yang sukses dalam masalah sumber daya manusia serta keuangan. Meskipun berprestasi, Erdogan dipenjara pada 12 Desember 1997 karena puisinya yang kontroversial.

Kebangkitan Umat Muslim

Partai yang dipimpin Erdogan juga mencabut larangan perempuan mengenakan jilbab di kampus-kampus dan tempat umum setelah kudeta militer pada 1990. Larangan tersebut akhirnya dicabut untuk para perempuan khusus di institusi kepolisian, militer dan peradilan.

Meski religius, Erdogan selalu membantah bahwa dia hanya memasukkan nilai-nilai Islam dan bersikeras hanya mendukung hak-hak orang Turki dalam mengekspresikan keyakinan mereka.

Erdogan telah lama memperjuangkan Islam dan Islam Politik, kelompok-kelompok yang secara ideologis dekat dengan Ihkwanul Muslimin yang tertindas di Mesir.

Pada Juli 2020, dia mengonversi Hagia Sophia yang bersejarah di Istanbul menjadi masjid dan memancing kemarahan banyak orang Kristen dan Muslim sekuler di Turki.

Hagia Sophia dibangun 1.500 tahun lalu sebagai katedral dan dijadikan masjid oleh rezim Ottoman. Namun, Ataturk mengubahnya menjadi museum, simbol dari negara sekuler baru.

Disclaimer: Kanal Penulis Lepas disediakan untuk tujuan informasi umum dan hiburan. Isi dari blog ini hanya mencerminkan pandangan pribadi penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi Inilah.com.

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button