Market

25 Tahun Reformasi, Faisal: Ekonomi Jokowi Kalah Jauh Ketimbang Soeharto

Ekonom senior Universitas Indonesia (UI), Faisal Basri menilai, penyaluran kredit perbankan di Indonesia selama 25 tahun reformasi, lebih buruk ketimbang era Soeharto.

Hal ini berdampak kepada rendahnya pertumbuhan ekonomi di era formasi. Lantaran itu tadi, keberpihakan perbankan nasional terhadap bertumbuhan sektor usaha, melalui kredit, justru terjun bebas.

“Yang jelas yang semakin buruk. Sebelum dan setelah reformasi penanganan (penyaluran kredit) bank kita,” kata Faisal dalam diskusi media Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia bertajuk Refleksi 25 Tahun Reformasi dalam Perspektif Ekonomi dan Pemberantasan Korupsi, Jakarta, Selasa (16/5/2023).

Faisal menerangkan, sepanjang 25 tahun reformasi, penyaluran kredit perbankan nasional berkutat di level 40 persen. Jauh di bawah era Orde Baru (Orba) atau Soeharto yang menembus 60 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB). “Kredit itu darahnya ekonomi. Makanya pertumbuhan ekonomi turun terus dari 8 (persen) ke 7, (turun lagi) ke 6. Bahkan, era Jokowi pertama itu (pertumbuhan ekonomi) 5. Lalu, periode kedua (Jokowi) paling tinggi hanya 4,5 (persen). Dengan mengenyampingkan pandemi COVID-19, ya,” jelas Faisal.

Dia menambahkan, ketika pertumbuhan ekonomi kian menurun maka industrialisasi ikut merosot. “Jadi sektor industri kita tinggal 18,3 persen dari PDB. Padahal pernah 31 persen pada 2002,” ungkap Faisal.

Satu hal yang membuat ekonom sekelas Faisal Basri bingung adalah turunnya angka harapan hidup di Indonesia padahal infrastruktur bertumbuh pesat. “Yang saya kaget adalah, saya belum ingat datanya, makin ke sini, manusia semakin tidak berarti. Jadi, yang tumbuh itu infrastruktur, manusianya enggak,” ujar dia

Faisal menyebutkan, saat ini, angka harapan hidup di turun menjadi 67 tahun. Jauh di bawah 2019 yang mencapai 70 tahun. “Untuk kawasan ASEAN, angka harapan hidup Indonesia cuma lebih tinggi dari Myanmar,” tutup Faisal.

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button