Kanal

Di Beranda Istana Alhambra (14 – Nonton Bola di Stadion Santiago Bernabeu)

Malam itu udara terasa dingin sekali,kuperhatikan penunjuk temperatur menunjukkan angka sebelas derajat Celsius, sehingga memaksaku untuk menggunakan jaket tebal yang dilengkapi dengan pelindung kepala, untuk mengantisipasi kemungkinan hujan turun sesuai prakiraan cuaca, apalagi siangnya mata hari sama sekali tidak menampakkan diri.

Aku juga menutupi kepalaku dengan pembungkus elastis yang dapat ditarik ke bawah sehingga telinga juga ikut terlindungi, karena sekali-sekali angin bertiup cukup kencang. Begitu juga sarung tangan segera aku pakai saat meninggalkan rumah.

Aku ditemani Iqbal melangkah mantap menuju Stadion Santiago Bernabeu yang menjadi markaz Real Madrid idolaku.
Aku tak mengetahui berapa harga tiket yang aku gunakan bersama Iqbal.

Tiket itu Aku peroleh dari Bu Nany Sekretaris Dubes. Setelah kunjunganku ke KBRI, Bu Nany sering menghubungiku melalui pesan WA. Biasanya terkait dengan program Interfait Dialogue dan pembentukan DMI. Tapi dua hari lalu isi WAnya menayakan apakah aku suka sepakbola?

Karena aku tidak tahu kemana arah pertanyaannya, maka dengan diplomatis Aku jawab: “Tergantung klub mana yang bertanding”.

Ia kemudian merespon: “Bapak Dubes menerima hadiah tiket dari sahabtnya untuk menyaksikan pertandingan bergengsi antara tuan rumah Real Madrid melawan tamunya Inter Milan asal Italia, dalam rangkaian pertandingan Liga Champion.”

“Wah menarik tuh”, jawabku.
“Pak Dubes menawarkan kepada anda, karena beliau lebih memilih menghadiri jamuan Dubes Tunisia dibanding nonton bola”, katanya.

“Wah mimpipun saya tak pernah, apalagi Real Madrid merupakan klub idola saya”, jawabku jelas dan lugas tanpa basa-basi.

Mulai dari jarak sekitar dua ratus meter dari Stadion sudah dipasang barikade penutup jalan. Kendaraan dialihkan agar para pejalan kaki leluasa bergerak. Polisi dan panitia yang menggunakan kostum berwarna hijau pupus nampak berjaga dan membantu para calon penonton, memberikan informasi yang diperlukan.
Iqbal menunjukkan tiket yang dipegangnya untuk mengetahui dari pintu mana Kami harus masuk.

- inilah.com

Sejumlah Polisi berkuda mengawasi dari sejumlah posisi. Aku baru pertama kali melihat kuda sebesar itu. Mobil Polisi bertulis Policia dengan lampu yang terus menyala dan berputar, berjajar memecah aliran orang yang bergerak menuju Stadion.

Lampu-lampu perempatan jalan terus berganti antara merah, hujau, dan kuning, tetapi malam itu kehilangan fungsinya karena yang lewat hanya gerombolan manusia yang bengalir bagai air bah, semakin lama semakin besar.

Dari rumah Kami berangkat dengan kendraan umum, sehingga harus turun di halte terdekat dari Stadion. Bus-bus besar yang digunakan para penonton yang berasal dari luar kota diparkir mengular di sejumlah jalan raya di sekitar Stadion. Sejumlah tenda penjual atribut Real Madrid di sejumlah posisi yang tidak jauh dari pintu-pintu masuk, dikerumuni para calon penonton dan sporter. Rumah makan besar dan kecil ramai didatangi penonton yang ingin makan atau sekedar minum sambil menuggu pertandingan dimulai.

1641174082 Picsay - inilah.com

Laki-laki, perempuan, orang tua dan anak-anak nampak diantara gelombang manusia yang bergerak dari semua arah dengan bersemangat mendekati Stadion. Semua berwajah cerah dan tidak sedikitpun nampak tegang. Setiap penonton yang melewati pintu masuk harus menunjukkan tiket yang di-scan oleh petugas.

Di belakangnya petugas lain memeriksa seluruh tubuh calon penonton satu-persatu, yang laki-laki diperiksa oleh petugas laii-laki, begitu juga yang perempuan oleh petugas perempuan, dengan cara meraba seluruh tubuh dari bahu hingga ujung kaki. Hanya minuman yang boleh lewat, itupun dengan syarat tutupnya harus dilepas dan harus dibuang di tempat sampah yang disediakan.

Saat memasuki Stadion, aku lihat jam menunjukkan pukul sembilan kurang sepuluh menit. Nampak kedua kesebelasan sudah di lapangan sedang melakukan pemanasan.

Aku perhatikan ke seluruh sisi Stadion yang dipadati oleh penonton yang sekali-sekali meneriakan yel untuk menyemangati kesebelasan yang didukungnya. Stadion ini kokoh dan megah sekali kataku dalam hati dengan perasaan kagum, walau diberbagai sisinya nampak sedang direnovasi. Aku kemudian meminta Iqbal mengambilkan foto dengan menggunakan HPku dalam posisi membelakangi lapangan.

“Apakah setiap pertandingan penonton berjubel seperti malam ini?”, Aku bertanya pada Iqbal.

“Tergantung, jika lawannya berat biasanya ramai. Inter Milan kini juara Liga Italia. Pertandingan malam ini merupakan pertandingan memperebutkan juara Group di Liga Champion, karena keduanya sudah lolos”, jawabnya.

Masing-masing pemain kemudian membuka jaket yang dikenakan, lalu membentuk formasi. Dua orang pemain depan Real Madrid mengawal bola dengan posisi siap tempur. Terdengar dari pengeras suara dengan pengantar Bahasa Spanyol membacakan nama-nama pemain kedua Kesebelasan yang akan bertanding. Nama-nama tertentu ketika dibacakan mendapatkan sambutan lebih yang diiringi dengan tepuk tangan. Luka Modric menjadi kapten Real Madrid yang menggunakan kostum kebesarannya putih-putih. Sementara lawannya menggunakan kostum hitam-hitam dengan Kapten Samir Handanovic. Pluit dibunyikan oleh wasit sebagai tanda dimulainya pertandingan.

Pertandingan berlangsung dengan tempo tinggi, bola mendekati gawang secara bergantian sebagai pertanda keduanya memiliki kemampuan seimbang, sampai waktu pertandingan menunjukkan menit ke-17, Real Madrid berhasil menjebol gawang lawan. Berkali-kali kedua kesebelasan secara bergantian mendekati gawang lawan kemudian melepaskan tembakkan, namun selalu meleset sampai waktu turun minum, skor 1-0 untuk Real Madrid.

Setelah istirahat tiga puluh menit, pertandingan dilanjutkan. Gaya permainan Inter Milan nampak monoton tidak berkembang. Satu tembakkan pasukan Real Madrid kembali berhasil disarangkan ke gawang lawan. Skor berubah 2-0 untuk Real Madrid.

Pertandingan semakin keras mebuahkan sejumlah kartu kuning. Satu kartu merah kemudian dikeluarkan Wasit untuk pemain Inter Milan. Pluit Panjang tanda berakhirnya pertandingan berbunyi.
Sebagai ilmuwan politik, di mata Ku pertandingan sepak bola tidak ubahnya dengan pertarungan politik.

Antara keduanya memerlukan sejumlah syarat untuk memenangkannya, seperti: Strategi yang benar, taktik yang jitu yang belum tentu sama dalam menghadapi lawan yang berbeda, indurensi dalam stamina sehingga tidak menurun kualitas permainannya dalam rentang waktu yang panjang, dan terakhir tidak lengah atau melakukan kecerobohan yang bisa dimanfaatkan oleh lawan yang bukan mustahil menimbulkan petaka.

Bedanya, jika pertandingan speak bola memperebutkan piala sebagai simbol prestasi yang membanggakan klub, pendukung, atau bangsanya, sementara pertarungan politik memperebutkan kekuasaan.

Juara olahraga menimbulkan motifasi masyarakat yang diwakilinya untuk ikut berolahraga, sementara kemenangan politik menimbulkan dampak luas bagi kelompok politik pendukungnya, maupun kelompok lawan politik yang dikalahkannya. Kalau dalam olahraga dampaknya cendrung positif, sementara dalam politik bisa positif bisa pula negatif.

Di sinilah kearifan para pemenang dituntut agar kemenangan berbuah atau bermuara pada kebaikan bangsa dan negara secara keseluruhan.

Aku memperhatikan olahraga di Spanyol sesuai dengan nama dan fungsinya. Dalam Bahasa Inggris olahraga disebut “sport” yang memiliki akar kata yang sama dengan “sportif”.

Karena itu, sportifitas dalam olah raga menjadi ruh dari permainan, yang dibuat untuk menyalurkan naluri berkompetisi dan saling menaklukan yang ada pada diri manusia sejak Adam. Olahraga menjadi pengganti perang antar suku-suku primitif, atau perang antar bangsa yang kurang beradab yang masih berlangsung di era modern sampai sekarang.

Di Indonesia dunia speak bola dikuasai oleh mafia yang dikendalikan oleh para penjudi. Akibatnya bukan saja sulit berprestasi, lebih dari itu, mereka sekalgus telah merusak karakter para pemain, menipu para penonton dan pencinta bola, serta mengorbankan para sporter yang fanatik sampai rela bentrok fisik demi membela kesebelasannya, bahkan tidak jarang sampai kehilangan nyawa. Beruntung bulu tangkis kita belum dimasuki mafia dan penjudi, mungkin karena sulit atau mungkin juga mereka tidak tertarik bermain di olahraga yang satu ini, wallahua´lam.

Melihat fakta dan realitas olahraga yang dikenal dengan istilah “game” di dalam Bahasa Inggris, maka tidak berlebihan jika olahraga dapat digunakan sebagai salah satu indikator kemajuan sebuah bangsa atau sebuah negara. Setiap peristiwa politik seperti Pileg atau Pilpres bisa juga dilihat sebagai sebuah “game”.

(Bersambung)

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Dr. Muhammad Najib

Duta Besar Republik Indonesia untuk Kerajaan Spanyol dan UNWTO. Penulis Buku "Mengapa Umat Islam Tertinggal?" info pemesanan buku
Back to top button