Market

Hindari Potensi Resesi 2023, Ekonom Ungkap Sejumlah PR Jokowi

Kemungkinan resesi Indonesia pada 2023 ditengarai tidak terlalu besar. Namun, terdapat sejumlah PR alias pekerjaan rumah Pemerintahan Jokowi yang dapat dilakukan untuk menghadapi potensi krisis ekonomi tahun depan.

Pengamat Ekonomi Ninasapti Triaswati mengatakan, resesi menunjukkan kondisi pertumbuhan ekonomi nasional yang bernilai negatif dalam dua kuartal beruntun.

“Meski begitu, resesi bisa dihindari jika sejumlah upaya pencegahan dilakukan. Kalau resesi, negatif. Dua kuartal (pertumbuhan ekonomi) year on year negatif. Mungkin kita tidak seburuk itu kalau PR-PR-nya dikerjain,” kata Nina dalam sebuah diskusi di Menteng, Jakarta Pusat, Minggu (18/12/2022).

Adapun upaya yang paling mungkin dilakukan, kata dia, ialah usaha dari sisi internal. Salah satunya, pemerintah tetap melakukan belanja, mendngkrak produksi, dan mendorong usaha mikro kecil dan menengah (UMKM).

Nina menjelaskan, faktor resesi dari eksternal sangat mungkin terjadi dan tidak bisa terkontrol. Ia mencontohkan perang Rusia dan Ukraina atau konflik Laut China Selatan antara China dan Taiwan.

Sebab, kata dia, peperangan akan menimbulkan kekhawatiran bagi keamanan Indonesia sehingga pemerintah perlu menyiapkan anggaran untuk membeli senjata. Dengan begitu, negara yang menjual senjata akan mendapatkan keuntungan besar dari peperangan.

Namun, Indonesia justru berpotensi mengalami krisis ekonomi karena mengalokasikan anggaran yang seharusnya untuk kepentingan rakyat lainnya, menjadi dana pembelian senjata.

“Kalau faktor eksternal, itu di luar kontrol kita. Itu yang bisa menyebabkan resesi karena kita harus belanja di luar efektivitas belanja kita,” tegas dia.

Penyebab krisis yang lebih parah, kata dia, adalah faktor infrastruktur yang pengeluannya memang besar. “Ibu kota baru, bandara, dan pelabuhan,” ucapnya.

Untuk itu, Nina menyebut pemerintah perlu mengorbankan anggaran pembangunan infrastruktur yang dinilai kurang memiliki urgensi tetapi perlu menghabiskan uang banyak.

Dalam menghadapi potensi kenaikan harga pada 2023, Indonesia dinilai perlu mendorong upaya ekspor. Sayangnya, pertumbuhan mitra dagang terbesar Indonesia, yaitu China dan Uni Eropa diprediksi mengalami pelemahan ekonomi.

Artinya, kata dia, daya beli mereka terhadap produk Indonesia juga akan menurun. “Pengeluaran naik pendapatan turun. Pilihan terakhir ya utang. Tapi, itu bisa diatasi kalau pemerintah mau memotong anggaran belanja untuk pembangunan yang tidak urgent,” imbuhnya.

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button