Arena

Atlet Bola Basket Muslimah Prancis Menentang Larangan Jilbab di Olimpiade 2024 Paris

Atlet bola basket Muslimah asal Prancis, Salimata Sylla, mengekspresikan kekecewaannya terhadap keputusan pemerintah Prancis yang melarang penggunaan jilbab di Olimpiade Paris 2024. Sylla, yang dikenal sebagai “Sali,” mengkritik kebijakan ini sebagai bentuk diskriminasi terhadap wanita Muslim dan simbol-simbol agamanya.

Prancis, yang sejak 1905 mempertahankan prinsip pemisahan antara agama dan negara, telah memperluas larangan ini ke arena olahraga. Keputusan ini telah memicu perdebatan publik, dengan beberapa pihak mendukung larangan tersebut, sementara yang lainnya berpendapat bahwa ini akan mengecualikan wanita Muslim dari berpartisipasi dalam olahraga.

Sylla, yang telah menentang larangan ini sejak Januari, menyatakan bahwa keputusan ini tidak mengejutkannya. “Mereka memang tidak pernah menginginkan kami (Muslim) bermain sejak awal,” katanya mengutip laman TRT world, Sabtu (7/10/2023). Sylla juga menambahkan bahwa olahraga seharusnya inklusif dan tidak boleh menjadi ajang diskriminasi berdasarkan agama atau warna kulit.

Juru bicara Komisaris Tinggi PBB untuk Hak Asasi Manusia, Marta Hurtado,  juga telah mengkritik keputusan ini, menyatakan bahwa tidak ada yang harus mendikte apa yang harus dikenakan seorang wanita.

Dalam wawancara, Sylla mengungkapkan rasa senangnya mendapatkan dukungan dari PBB dan menegaskan pentingnya berjuang untuk hak-hak wanita Muslim untuk berpartisipasi dalam olahraga di negara mereka sendiri.

Untuk diketahui bulan lalu, Menteri Olahraga Prancis Amelie Oudea-Castera sebelumnya mengatakan, tidak ada anggota delegasi Prancis yang diizinkan mengenakan hijab dalam Olimpiade Paris. Dia menegaskan, sekularisme yang dianut Prancis harus turut diterapkan di bidang olahraga.

“Kami setuju dengan keputusan sistem peradilan baru-baru ini yang juga diungkapkan dengan jelas oleh Perdana Menteri, mendukung sekularisme yang ketat dalam olahraga. Artinya pelarangan segala bentuk dakwah dan netralitas sektor publik. Artinya, anggota delegasi kami, di tim olahraga kami, tidak akan mengenakan cadar,” kata Oudea-Castera.

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button