Market

Geopolitik Tak Stabil, Barito Pacific Kempit Pendapatan Rp36,49 Triliun

PT Barito Pacific Tbk (BRPT) menggapai pendapatan sebesar US$2,337 miliar pada sembilan bulan pertama tahun 2022. Capaian tersebut setara Rp36,49 triliun mengacu pada kurs rupiah Rp15.614 per dolar AS. Angka itu naik 3% dari posisi US$2,313 miliar di periode yang sama tahun 2021.

Naik tipisnya pendapatan membuat posisi laba bersih perseroan hanya sebesar US$39 juta atau setara Rp608,9 miliar dari porsi laba bersih US$272 juta pada sembilan bulan 2022.

“Berlanjutnya ketidakstabilan geopolitik dan kebijakan COVID-19 yang ketat di China menjadi faktor utama yang mempengaruhi kinerja perusahaan di sembilan bulan pertama 2022,” kata Presiden Direktur Barito Pacific, Agus Pangestu dalam keterangannya di Jakarta, akhir pekan ini.

Tekanan pada margin petrokimia terjadi dikarenakan meningkatnya harga bahan baku yang tidak diikuti dengan kenaikan sebanding harga produk petrokimia.

“Hal ini bukan berarti belum pernah terjadi sebelumnya, dimana kami telah bertahan dengan baik melewati volatilitas yang tinggi pada sektor petrokimia, dan saat ini memiliki ketahanan konsolidasi pilar yang jauh lebih kuat seiring dengan kinerja yang stabil pada segmen energi,” kata dia.

Adapun posisi EBITDA perseroan sebesar 360 juta dolar AS pada sembilan bulan pertama tahun 2022, dari porsi 639 juta dolar AS di periode yang sama tahun 2021.

Bisnis panas bumi milik perusahaan (Star Energy), kata dia, terus memberikan kinerja positif terhadap Barito Pacific, dengan pendapatan pada sembilan bulan pertama tahun 2022 yang tumbuh 6,8% menjadi 424 juta dolar AS dan EBITDA naik 7,2 persen secara year on year (YoY) menjadi US$354 juta juta.

“Tingkat operasi rata-rata pada ketiga aset tetap terjaga di atas 90%, dengan faktor intermitensi yang rendah menegaskan profil keandalan energi panas bumi yang tinggi,” ucap dia.

Perusahaan, sambung dia, juga berhasil menjaga neraca keuangan, dengan debt to capital sebesar 44% dan net debt to equity sebesar 0,42 kali pada sembilan bulan pertama tahun 2022.

Bisnis petrokimia milik perusahaan, yakni Chandra Asri mempertahankan kebijakan keuangan yang hati-hati dengan likuiditas yang kuat dan terus menerima dukungan dari pasar modal atas keberhasilan penyelesaian penerbitan obligasi senilai Rp2 triliun.

“Lalu stock split yang sukses 1:4 untuk meningkatkan likuiditas saham,” imbuhnya.

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button