Hangout

Madu Hutan: Solusi Alamiah di Tengah Polusi dan Cuaca Panas

Di tengah cuaca panas dan polusi udara yang meningkat, madu hutan menjadi salah satu solusi alami yang dianjurkan oleh para ahli. 

Ketua Perkumpulan Dokter Pengembang Obat Tradisional dan Jamu Indonesia (PDPOTJI), Inggrid Tania, mengatakan madu hutan memiliki kandungan antioksidan yang lebih tinggi dibanding madu budidaya, sehingga efektif sebagai langkah pencegahan terhadap dampak buruk dari polusi.

Perbedaan utama antara madu hutan dan madu budidaya terletak pada jenis lebah dan sumber nektar yang dihasilkannya. Madu hutan dihasilkan oleh lebah jenis apis dorsata, yang tidak bisa diternak, dan sumber nektarnya berasal dari tanaman liar di hutan.

“Prinsipnya, tumbuhan liar biasanya lebih baik dibanding yang budidaya,” ujar Inggrid dalam keterangannya, Kamis (5/10/2023). 

“Mereka harus mampu bertahan melawan kerasnya lingkungan, jadi mereka memiliki metabolisme sekunder dan senyawa aktif yang lebih banyak.”

Salah satu keuntungan lain dari madu hutan adalah sumber nektar multinektar, yaitu berasal dari berbagai jenis tanaman liar, tidak seperti lebah budidaya yang biasanya mendapatkan nektar dari sumber dominan.

“Madu hutan 100 persen alamiah atau organik, tanpa ada campuran kimia sintetik,” tambah Inggrid.

Inggrid menekankan bahwa madu hutan sangat bagus untuk anak-anak, karena kandungan enzim dan senyawa aktif yang melimpah. “Madu hutan bisa meningkatkan daya tahan tubuh dan bahkan mengobati batuk pada anak. Di Inggris, madu ini dianjurkan bagi anak-anak yang menderita batuk akibat COVID-19,” kata dia.

Menurut Inggrid, penting untuk memastikan produk madu memiliki izin dari Badan Pengelola Obat dan Makanan (BPOM) dan label Standar Nasional Indonesia (SNI). “Label-label ini memastikan bahwa madu tersebut diproses sesuai standar mutu dan asli,” pungkasnya.

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button