News

Polri Beli Senjata Pepper Projectile Launcher, Apa Efeknya Bagi Tubuh?

Kepolisian Republik Indonesia (Polri) telah membeli senjata laras pendek yang disebut dengan Pepper Projectile Launcher. Senjata yang ditujukan untuk menangani aksi unjuk rasa yang anarkis ini memiliki amunisi berbahan dasar bubuk lada. Berbahayakah senjata ini dan apa efeknya bagi tubuh?

Kepala Biro Penerangan Masyarakat (Karopenmas) Divisi Humas Polri Brigjen Pol. Ahmad Ramadhan mengatakan senjata ini merupakan alat penunjang anggota kepolisian dalam menangani aksi unjuk rasa yang anarkis. “Pertimbangannya, dalam tindakan penanganan hukum, Polri dituntut harus juga memperhatikan nilai Hak Asasi Manusia, sehingga penggunaan paper projectile sangat dibutuhkan,” kata Ramadhan, Jumat (14/7/2023).

Rencananya, senjata yang dibeli sebanyak 1.857 unit dengan harga satuan Rp9 juta-an. Anggaran untuk pengadaan tersebut sebesar Rp17 miliar. Sementara itu untuk perlengkapan pendukung sebesar Rp32 miliar dengan perincian mulai dari magazine pistol, gas pendorong hingga barang terkait lainnya sehingga totalnya Rp49 miliar.

“Rinciannya pepper ini terdiri dua varian, kemudian ada magazine cadangan, C02 gas sebagai pendorong projectile, keempat oiler minyak senjata, kelima holder chest atau sarung daripada pistol tersebut,” katanya.

Senjata ini diklaim tidak mematikan dan hanya bersifat melumpuhkan dan hanya digunakan untuk penanganan unjuk rasa agar tidak terjadi korban di masyarakat. Amunisi dalam pistol ini dibekali dua jenis mulai dari bubuk lada dan bubuk lada yang ditambah gas air mata.

Apakah senjata berbahan bubuk merica?

Mengutip Medical News, bubuk merica bersifat lakrimator, artinya merangsang mata untuk menghasilkan air mata. Yang banyak tersedia di masyarakat berupa aerosol atau botol semprot, sementara yang berbentuk senjata banyak digunakan oleh polisi di berbagai negara. Komponen utama semprotan merica adalah minyak yang dikenal sebagai oleoresin capsicum. Minyak ini berasal dari tumbuhan dalam genus Capsicum, yang meliputi cabai.

Bahan aktif dalam bubuk merica adalah capsaicin, bahan kimia yang sama yang menambahkan panas khas pada cabai. Semprotan merica mengandung konsentrasi capsaicin yang jauh lebih tinggi daripada cabai. Semprotan merica memiliki skor yang sangat tinggi pada skala satuan panas Scoville (SHU), yang mengukur “panas” cabai.

Semprotan bubuk merica yang digunakan petugas penegak hukum antara 500.000 dan 2 juta SHU, dengan beberapa merek berukuran 5,3 juta SHU. Konsentrasi capsaicin dari sebagian besar senjata bubuk merica yang digunakan aparat penegak hukum adalah 5–10%. Konsentrasi yang lebih tinggi menghasilkan efek yang lebih tahan lama.

Penggunaan semprotan merica kontroversial, terutama ketika anggota unit penegak hukum menggunakannya untuk melawan pengunjuk rasa sipil. Konvensi Senjata Kimia melarang penggunaan tindakan pengendalian kerusuhan seperti semprotan merica dan gas air mata dalam peperangan.

Namun, petugas penegak hukum menggunakan semprotan merica dan gas air mata untuk membubarkan massa dan menekan protes. Di Amerika, warga sipil dapat membeli semprotan merica tanpa resep untuk pertahanan diri, meskipun beberapa negara bagian AS membatasi penjualannya.

Efek fisik

Ketika bubuk merica bersentuhan dengan mata seseorang, itu menyebabkan mata tertutup segera, sakit mata akut, dan kebutaan sementara. Beberapa orang menggambarkan sensasi menggelegak atau mendidih dan ketidaknyamanan yang parah.

Semprotan merica juga dapat memiliki efek batuk kering atau mengi, sesak napas atau ketidakmampuan untuk bernapas dengan benar, tenggorokan terbakar, nyeri dada, tersedak, pilek, terengah-engah, panik, ketidakmampuan untuk berbicara, pusing, penurunan kesadaran, ruam, lecet, atau luka bakar saat bersentuhan dengan kulit. Banyak orang melaporkan goresan pada bola mata, atau lecet kornea, pada sekitar 10% kasus. Goresan tersebut bersifat sementara dan dapat terjadi akibat seseorang menggosok matanya.

Meski menyakitkan, gejalanya sembuh sendiri dalam banyak kasus dalam waktu 30 menit dan biasanya tidak memerlukan perawatan medis. Sementara batuk atau sesak napas dapat menetap, terutama pada penderita gangguan paru-paru. Orang dengan kondisi seperti asma atau penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) mungkin mengalami efek pernapasan yang lebih parah.

Dalam kasus yang jarang terjadi, semprotan bubuk merica dapat menyebabkan sianosis, perubahan warna kebiruan pada kulit yang menandakan kurangnya aliran darah dan oksigen. Sementara komplikasi jarang terjadi, tetapi paparan serius dapat menyebabkan luka yang lebih parah pada mata, kulit, dan saluran pernapasan.

Jika seseorang terpapar senjata dengan amunisi bubuk merica ini, sebaiknya membawanya ke rumah sakit apabila gejalanya bertahan lebih dari 45 menit. Bahkan direkomendasikan untuk menghubungi layanan darurat jika menunjukkan tanda-tanda keparahan setelah terpapar semprotan merica. Seperti, hilangnya kesadaran, sulit bernafas, dan nyeri dada. Kematian jarang terjadi, tetapi beberapa laporan menyebutkan semprotan merica menyebabkan kematian pada penderita asma.

Bagaimana jika terkena senjata bubuk merica?

Tidak ada obat langsung untuk paparan senjata berbahan bubuk merica, tetapi orang sering dapat mengurangi durasi dan intensitas gejala dengan berpindah ke area dengan udara segar, jika memungkinkan. Sebaiknya segera membilas area yang terkena dengan banyak air untuk membersihkan kontaminan. Hindari pula penggunaan sabun di sekitar mata karena dapat menyebabkan iritasi.

Orang yang terpapar senjata bubuk merica juga disarankan melepas pakaian yang mungkin bersentuhan dengan bubuk merica untuk mendekontaminasi dan mencegah kontaminasi ulang. Sebaiknya hindari menyentuh area yang terkena, karena mudah untuk menyebarkan larutan berbahan dasar minyak ke area lain di tubuh. Orang yang terkena bisa juga mengedip-ngedipkan mata dengan cepat untuk membantu mengeluarkan bahan kimia.

Strategi populer untuk menghilangkan semprotan merica adalah sampo bayi, susu, antasida, dan lidokain. Namun, sebuah studi tahun 2008 yang membandingkan strategi ini tidak menemukan bukti bahwa mereka lebih efektif daripada kucuran air. Orang juga dapat menggunakan tisu dan larutan garam untuk membantu meringankan gejala paparan semprotan merica.

Larutan garam yang disebut diphoterine adalah pengobatan darurat yang efektif untuk berbagai bahan kimia yang bersentuhan dengan mata atau kulit, meskipun penelitian belum menunjukkan dapat menghilangkan efek bubuk merica secara efektif.

Penggunaan di Amerika Serikat

Sejak awal 1980-an, agen penegak hukum di AS telah menggunakan semprotan berbahan merica dalam kepolisian dan pengendalian massa. Ketika bubuk merica mengenai wajah seseorang, itu membutakan mereka untuk sementara dan menyebabkan rasa sakit dan ketidaknyamanan yang parah. Ini memungkinkan polisi untuk menaklukkan dan menangkap orang, membubarkan pengunjuk rasa, dan menekan demonstrasi.

Penggunaan bubuk merica oleh polisi masih kontroversial. Selama protes Black Lives Matter 2020, Amnesty International mengemukakan keprihatinan serius bahwa penegakan hukum telah melanggar hak asasi manusia pengunjuk rasa melalui kekuatan yang tidak perlu dan terkadang berlebihan, termasuk penggunaan tembakan berbahan bubuk merica.

Laporan Amnesty International mendokumentasikan 21 contoh penggunaan semprotan merica yang melanggar hukum oleh polisi di 15 negara bagian dan di Distrik Columbia antara Mei dan Juni, bersama dengan 89 penggunaan gas air mata.

Penelitian telah melihat manfaat relatif dan risiko penggunaan semprotan merica untuk pengendalian massa. Sebuah laporan di 2017 melihat efek kesehatan dari penggunaan iritasi kimia dalam konteks ini dalam 31 penelitian di 11 negara. Para peneliti menyimpulkan bahwa, meskipun semprotan merica dapat digunakan secara terbatas dalam pengendalian massa, ada “potensi penyalahgunaan yang signifikan, yang menyebabkan morbiditas dan mortalitas yang tidak perlu.”

Bisakah semprotan merica mematikan?

Semprotan merica dikenal sebagai “senjata tidak mematikan”, atau senjata yang tidak bisa membunuh orang. Meskipun kematian jarang terjadi, beberapa laporan telah mengaitkan beberapa kematian dengan penggunaan semprotan merica.

Pada tahun 2003, laporan Departemen Kehakiman tentang penyelidikan atas 63 kematian orang dalam tahanan menemukan bahwa semprotan merica berkontribusi langsung pada kematian dua orang di antaranya. Polisi telah menggunakan semprotan berbahan bubuk merica dalam penangkapan semua individu itu.

Laporan tersebut mengaitkan penyebab kematian ini dengan semprotan merica, mengutip asma yang sudah ada sebelumnya sebagai faktor penyebabnya. Penyebab kematian subjek penelitian lainnya adalah penggunaan narkoba, penyakit, asfiksia posisional, atau kombinasi dari berbagai faktor.

Meskipun senjata ini tidak mematikan secara langsung, tapi efeknya juga harus menjadi perhatian siapapun. Mudahan-mudahan saja senjata Pepper Projectile Launcher yang dibeli Polri ini tidak sempat digunakan kepada para pengunjuk rasa. Polri bisa lebih mengedepankan pendekatan yang humanis, lebih professional sehingga tidak perlu bertindak keras terhadap masyarakat.

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button