News

Lempar Jumrah: Sejarah, Aturan, Tata Cara, hingga Doa

Ditulis oleh: Amalia Fildzah

Lempar Jumrah merupakan salah satu kegiatan yang dilakukan saat ibadah haji. Dalam pelaksanaan ibadah haji, lempar Jumrah dilakukan dengan cara melempar batu-batu kecil ke tiga tiang yang berada dalam kompleks Jembatan Jamrah, Kota Mina.

Menurut sejarah Islam, lempar jumrah pertama kali dilakukan oleh Nabi Ibrahim AS sebagai usahanya menghalau iblis yang berusaha mencelakakan dirinya serta keluarganya.

Jadi, filosofinya adalah tiang itu dianggap perumpamaan iblis dan hawa nafsu yang kerap menggoda hati manusia untuk melakukan perbuatan dosa dan tercela.

Dalam buku Sejarah Ibadah yang disusun oleh Syahruddin El-Fikri, dikatakan bahwa kegiatan melempar batu-batu kecil pada tiang jamarat dilakukan untuk mencontoh apa yang dilakukan oleh Nabi Ibrahim AS di masa lalu.

Dikisahkan pada masa itu, Nabi Ibrahim AS menerima perintah dari Allah SWT untuk menyembelih putranya, Nabi Ismail AS.

Di tengah-tengah usaha Nabi Ibrahim AS, datanglah iblis yang berusaha sekuat tenaga untuk menggoda dan mengganggu Nabi Ibrahim AS agar tidak jadi menyembelih putranya.

Nabi Ibrahim AS yang teguh dengan pendiriannya lantas mengetahui upaya iblis tersebut ditujukan agar dirinya tidak menaati perintah Allah SWT.

Saat iblis menggodanya lagi, Nabi Ibrahim AS pun lekas mengambil tujuh buah batu dan melemparkannya ke iblis. Lemparan pertama ini disebut dengan jumrah Ula (pertama).

Tidak menyerah sampai disitu, iblis lalu mencoba menggoda istri Nabi Ibrahim AS, Siti Hajar. Dengan tegas Siti Hajar menolak hasutan iblis untuk tidak menyembelih putranya dan melempari iblis dengan batu.

Lokasi tersebut merupakan tempat melontar jumrah Wustha (pertengahan).

Iblis tidak putus asa, sasaran selanjutnya adalah menggoda sang anak, Nabi Ismail AS yang saat itu dianggap masih lemah keimannya.

Namun, lagi-lagi usaha iblis gagal, sebab sejak awal Nabi Ismail AS telah berpendirian dan meyakini bahwa perintah langsung dari Allah SWT harus dilaksanakan.

Sama seperti kedua orang tuanya, Nabi Ismail AS kemudian melempari iblis dengan batu. Lemparan kali ini yang disebut sebagai jamrah Aqabah.

Oleh karenanya, Allah SWT menebus penyembelihan Nabi Ismail AS. Dengan segala kuasa-Nya, Allah SWT menukar Nabi Ismail AS dengan seekor domba.

Hal tersebut yang menjadikan lempar jumrah dilakukan turun-temurun ketika ibadah haji sebagai simbol kemenangan manusia terhadap godaan syaitan atau iblis yang terkutuk.

Ketentuan Melempar Jumrah

Melempar jumrah sebanyak tiga kali perlu dilakukan dengan menetap dua atau tiga hari di Mina dan waktu tepatnya adalah setelah matahari tergelincir.

Dinukil dari buku Sejarah Ka’bah yang ditulis oleh Prof. Dr. Ali Husni Al-Kharbuthli, tata cara melempar jamrah dimulai dari jamrah Ula yang jaraknya paling jauh dari Mekkah.

Selanjutnya, disusul jumrah Wustha dan jumrah Aqabah. Perlu dipahami bahwa pada setiap jumrah, jemaah perlu melempar tujuh batu kecil secara beruntun sembari bertakbir pada setiap lemparannya.

Selain itu, dianjurkan untuk berhenti sejenak dan berdoa setelah jumral Ula dan jumrah Wustha. Keadaan tersebut merupakan salah satu waktu paling mustajab. Bagi siapa saja yang berdoa bersungguh-sungguh akan memperoleh ridho dari Allah SWT dan ijabah setiap doanya.

Adapun bagi jemaah yang sakit atau dalam keadaan lemah, boleh diwakilkan. Bagi yang mewakili orang lain diprioritaskan melempar jumrah untuk dirinya dahulu, barulah melemparkan untuk orang yang diwakili olehnya. Hal tersebut dapat dilakukan sekaligus dalam satu tempat jamrah.

Tata Cara Melempar Jumrah

Merangkum dari buku Tuntunan Manasik Haji dan Umrah 2023 terbitan Kementerian Agama, berikut tata cara melempar jumrah Ula, Wustha, dan Aqabah di Mina:

  • Kerikil mengenai marma (tempat lempar jumrah) dan masuk lubang.
  • Melontar dengan kerikil satu per satu. Melontar dengan tujuh kerikil sekaligus dihitung satu lontaran.
  • Melontar jumrah dengan urutan yang benar, mulai dari jamrah Ula (Sughra), Wustha, dan Aqabah (Kubra).

Pemerintah Arab Saudi telah mengatur jadwal waktu melempar jumrah bagi jemaah haji setiap negara. Jemaah haji harus mengikuti ketentuan tersebut dan menghindari waktu-waktu larangan.

Bagi jemaah lansia yang dibenarkan oleh syariat, diperbolehkan mengakhirkan melempar jumrah dengan cara melempar jumrah Ula, Wustha, dan Aqabah secara sempurna sebagai qadha lontaran untuk hari pertama.

Setelah itu, jemaah balik lagi menuju posisi jumrah Ula kemudian mulai melempar tiga jumrah yang sama secara berturut-turut sebagai qadha hari kedua. Selanjutnya, jemaah bisa menuntaskan lontaran hari ketiga.

Doa Melempar Jumrah

Penting bagi jemaah haji untuk membaca doa saat melempar jumrah. Imam Ghazali dalam Kitab Ihya Ulumuddin menyampaikan sebuah doa melontar jumrah yang dapat diamalkan. 

Berikut bacaan doa melontar jumroh menurut Imam Ghazali tersebut: 

‎بِسْمِ اللهِ وَاللهُ أَكْبَرُ رَجْمًا لِلشَّيَاطِينِ وَرِضًا لِلَّرْحْمَنِ اللَّهُمَّ اجْعَلْ حَجًّا مَبْرُورًا وَسَعْياً مَشْكُورًا

Bismillaahi wallahu akbar, rajman lisysyayaathiini wa ridhan lirrahmaani allhummaj’al hajjan mabruuran wa sa’yan masykuuran. 

Artinya: Dengan menyebut nama Allah, Allah Maha Besar. Laknat bagi setan dan keridhaan bagi Allah yang Maha Kasih. Ya Allah, jadikanlah hajiku ini diterima dan sa’iku ini disyukuri. Doa ini dibaca setiap melempar jumrah, baik jumrah Ula, Wustha, dan ‘Aqabah.

Disclaimer: Kanal Penulis Lepas disediakan untuk tujuan informasi umum dan hiburan. Isi dari blog ini hanya mencerminkan pandangan pribadi penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi Inilah.com.

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button