News

Kawasan Al Ula, Situs Berhantu di Arab Saudi yang Kini Digandrungi Pengunjung


Anda berniat berumroh sekaligus berwisata di Arab Saudi? Ada salah satu kawasan arkeologi yang kini sedang digandrungi yakni Al Ula. Di lokasi yang pernah dihindari oleh Rasulullah terkait kaum Tsamud ini banyak menyimpan bukti peradaban masyarakat Arab tempo dulu. Uniknya daerah ini juga dikenal berhantu.

Al Ula, daerah di utara yang terpencil di Arab Saudi ini menyimpan banyak peninggalan peradaban kuno. Kini Kerajaan mengubahnya menjadi tujuan wisata global seiring upayanya membuka diri terhadap dunia dan mendiversifikasi perekonomiannya dari sektor minyak sesuai visi dari Putra Mahkota Mohammed bin Salman.

Tempat magis ini merupakan tempat bertemunya lanskap luar biasa. Wilayah Al Ula adalah pemandangan yang sangat indah, mulai dari hijau tua oasis hingga pasir berwarna oker, dari merahnya ngarai batu pasir hingga warna hitam bebatuan vulkanik. Lokasi ini adalah lembah paling subur di Semenanjung Arab, selama lebih dari 7000 tahun.

Latar mempesona bakal terpatri dalam ingatan semua orang yang pernah mengunjunginya, juga menyimpan banyak jejak spektakuler yang terukir dari generasi ke generasi. Di Al Ula, banyak masyarakat dan peradaban yakni Masyarakat Neolitik, Kerajaan Dadan dan Lihyan, peradaban Nabataean, kekaisaran Romawi, kekhalifahan Umayyah dan Abbasiyah, Ottoman. Sisa-sisa peradaban mereka telah dilestarikan secara ajaib hingga mencapai kondisi konservasi yang luar biasa.

Di lokasi ini menawarkan perjumpaan sejarah yang menarik serta keindahan alamnya. Peninggalan yang masih berada di tempat ini merupakan karya arkeologi terpenting yang dilakukan selama dua puluh tahun terakhir dipimpin oleh dua kurator, arkeolog dan ahli epigrafi Prancis Laïla Nehmé serta arkeolog Saudi Abdulrahman Alsuhaibani. Penelitian mereka telah mengungkap sisa-sisa yang luar biasa, beberapa di antaranya telah dipamerkan.

Didukung oleh investasi negara senilai miliaran dolar dan kemitraan budaya Prancis, pihak berwenang Kerajaan Arab Saudi berharap Al-Ula dan makam Madain Saleh yang megah pada akhirnya dapat menarik jutaan pengunjung, baik lokal maupun asing.

Pembangunan kawasan Al-Ula adalah bagian dari upaya untuk melestarikan situs warisan pra-Islam untuk menarik wisatawan non-Muslim, memperkuat identitas nasional dan meredam aliran Islam Sunni yang telah mendominasi Arab Saudi selama beberapa dekade.

Madain Saleh, sebuah situs Warisan Dunia UNESCO yang terletak di sana, adalah kota berusia 2.000 tahun yang diukir di bebatuan gurun oleh orang Nabatean, orang Arab pra-Islam yang juga membangun Petra di negara tetangga Yordania. Fasad bertingkat yang diukir secara rumit dengan prasasti yang diukir di batu pasir merah memberi jalan ke ruang internal tempat jenazah pernah dikuburkan. Di malam hari, bintang berkelap-kelip di langit gurun yang luas.

post-cover
Kota Al Ula menjadi tujuan wisata di Arab Saudi. (Foto: Reuters)

Banyak Peradaban di Al Ula

Mengutip Alfaula, pendudukan pertama yang dikonfirmasi di wilayah tersebut dimulai pada periode Neolitikum, ketika orang-orang menetap di lembah dan membangun bangunan pemakaman, termasuk makam yang luar biasa. Gambar yang terukir di bebatuan menjadi saksi sistem politik dan ekonomi kuno serta fauna yang melimpah seperti unta, ibex, dan burung unta.

Sejak abad ke-8 SM, Al Ula menjadi tempat penting di jalan dupa terkenal yang menghubungkan selatan ke utara Arabia. Banyak peninggalan kuno yang membuktikan periode mewah di wilayah tersebut. Selama lebih dari seribu tahun, karavan yang membawa dupa dan mur dari kerajaan Selatan berhenti di oasis Dadan dan Hegra dan menjalin hubungan dagang yang langgeng dengan kerajaan-kerajaan saat ini.

Antara abad ke-8 dan ke-2 SM, kerajaan Dadan dan Lihyan menetap di jantung lembah. Mereka mengendalikan perdagangan karavan, membangun tempat perlindungan dan membuat patung manusia dan hewan yang spektakuler.

Sekitar tiga puluh kilometer sebelah utara Al Ula, Kota Hegra didirikan pada abad ke-1 SM oleh peradaban kuat Nabataean, yang datang dari Yordania saat ini dan terkenal di seluruh dunia karena telah membangun Petra yang megah. Dari Hegra, suku Nabataean mengendalikan karavan menuju Petra, ibu kota mereka. Mereka memiliki 94 makam batu monumental dengan fasad berhias yang digali ke dalam batu. Kompleks unik ini merupakan salah satu harta karun kawasan Al Ula yang ditetapkan sebagai Situs Warisan Dunia UNESCO pada tahun 2008. 

Pada tahun 106 M, Hegra menjadi bagian dari Kekaisaran Romawi dan membentuk perbatasan selatannya. Peninggalan benteng dan prasasti latin menjadi saksi kehadiran Romawi di Arab yang masih sedikit diketahui masyarakat.

post-cover
Al Ula atau Madain Saleh di Arab Saudi. (Foto: Euronews.com)

Ribuan prasasti batu yang ditinggalkan penduduk memberikan informasi tentang organisasi politik dan sosial Dadan dan Hegra antara abad ke-5 SM serta penaklukan Arab. Prasasti-prasasti ini, yang ditulis dalam bahasa Dadanite, Minaeran, Aram, Yunani atau Latin, memberikan informasi yang sangat berharga tentang abjad pra-Islam yang digunakan dalam sejarah kuno. Penelitian yang dilakukan di Al Ula menemukan bahwa tulisan Nabataean telah memunculkan tulisan Arab.

Setelah masuknya Islam pada abad ke-7, dan hingga awal abad ke-20, jalur dupa menjadi salah satu jalur ziarah menuju tempat-tempat suci: jalur Suriah yang menghubungkan Damaskus dengan Mekkah. Al Ula memiliki tempat khusus dalam hal ini. Para peziarah memanfaatkan persinggahan ini, tempat terakhir dengan sumber daya yang melimpah, untuk memperoleh air dan kurma, dan meninggalkan kesaksian perjalanan mereka di bebatuan.

Dua kota baru dibangun di lembah tersebut: al-Mâbiyât dan kota tua Al Ula. Mereka menjamin keselamatan para peziarah dan disebutkan dalam tulisan para pelancong dan sejarawan Arab, termasuk karya Ibnu Batutah yang terkenal pada abad ke-14. Pada abad ke-16, jalur ziarah dikembangkan lebih lanjut dengan dibangunnya benteng di Hegra untuk melindungi para peziarah.

Pada tahun 1900, jalur Kereta Api Hijaz dibangun di sepanjang rute tersebut, sebuah proyek ambisius yang berhasil meningkatkan perjalanan jamaah haji. Pada tahun 1907, dua dari dua belas stasiun diresmikan di Hegra dan Al Ula, yang masih menjadi titik penyeberangan penting bagi para peziarah yang kini melakukan perjalanan ke Madinah dengan kereta api.

Situs Berhantu, Rasulullah Enggan Berkunjung

Takhayul tentang situs ini dapat ditelusuri kembali ke sebuah hadits, atau pepatah yang dikaitkan dengan Nabi Muhammad, yang memperingatkan umat Islam untuk tidak masuk ‘kecuali Anda menangis … jangan sampai Anda menderita’. Penduduknya, dikatakan telah binasa karena dosa-dosa mereka.

Meskipun interpretasi atas ayat tersebut saat ini masih diperdebatkan, para ulama yang didukung negara Saudi telah merujuknya selama bertahun-tahun. Pada tahun 2012, salah satu dari mereka memutuskan bahwa Al Ula harus dibuka untuk umum, namun bertahun-tahun kemudian sebuah sekolah di daerah tersebut ditutup sementara setelah siswa melihat jin, media lokal melaporkan.

Menurut Pengamat Timur Tengah dari Universitas Muhammadiyah Riau (UMRI) Fahmi Salsabila, Al Ula dan Mada’in Saleh disebut ‘berhantu.’ Bahkan, ia menuturkan Nabi Muhammad enggan berkunjung ke tempat tersebut.

Cerita tentang tempat berhantu ini dikatakan berkaitan dengan kisah kaum Tsamud yang terkena azab karena menentang larangan Allah SWT dan Rasul-Nya menyembelih unta betina mukjizat Nabi Saleh AS, seperti disebutkan ulama sekaligus sejarawan Ibnu Katsir dalam Qashash Al Anbiyaa.

Dalam buku Situs-Situs dalam Al-Qur’an, dari Banjir Nabi Nuh hingga Bukit Thursina karya Syahruddin El-Fikri, kaum Tsamud adalah kaum yang pandai dalam hal pertukangan seperti memahat dan mengukir.

Menargetkan 1 Juta Pengunjung di 2025

Kawasan Al Ula yang dibuka sejak 2019 ini punya berbagai spot menarik untuk dikunjungi. Mulai dari Kota Tua Al Ula, Oasis Al Ula, Jabar ikmah, Batu Gajah, Dadan, dan Herga, dengan situs-situsnya yang bersejarah. Al Ula menerima penghargaan Proyek Pariwisata Budaya Terkemuka Timur Tengah 2023 di Middle East World Travel Awards pada Oktober dan dinobatkan sebagai desa wisata terbaik 2022 oleh The United Nation World Tourism Organization (UNWTO).

post-cover
Vidi Aldiano bersama istri saat mengunjungi Al Ula (Foto: Instagram @vidialdiano)

Penyanyi Vidi Aldiano dan istri Sheila Dara pernah mengunjungi Al Ula setelah melaksanakan umroh. Melalui Insta Story-nya, Vidi memperlihatkan keindahan Kota Al Ula yng dikelilingi oleh bukti bebatuan yang begitu indah dan memanjakan mata.

Cristiano Ronaldo juga turut mempromosikan Al Ula sebuah kota tua yang dulu dihuni kaum Tsamud. Lewat Instagramnya, Ronaldo dan pacarnya Georgina Rodriguez membagikan perjalanannya di kawasan Al Ula yang dipenuhi bangunan dari batu.”Terpesona deengan warisan manusia dan alam Al Ula yang luar biasa di Arab Saudi,” tulis Ronaldo dalam caption Instagramnya.

Mengutip Arab News, kota bersejarah Al Ula menerima lebih dari 250.000 pengunjung dalam 12 bulan terakhir, jauh melebihi perkiraan, kata seorang pejabat senior pemerintah. Para pengembang kota telah melakukan banyak hal, mengingat kota ini berencana menarik satu juta pengunjung pada tahun 2025.

“Rencananya tetap melestarikan alam. Kami tidak ingin membuat destinasi lalu menghancurkannya dengan mendatangkan terlalu banyak orang,” kata John Northen, direktur eksekutif – kepala hotel dan resor di Royal Commission of AlUla, atau RCU, mengutip Arab News.

Salah satu karyanya adalah Banyan Tree Hotel, sebuah destinasi luas dengan 79 vila yang dibuka Oktober. Rencananya adalah untuk menjaga kelestarian alam. Hotel ini juga merupakan tetangga Maraya Hall, bangunan cermin terbesar di dunia dan pusat lanskap budaya kota yang berkembang. 

RCU juga sedang mengembangkan kota tua Al Ula, di mana mereka meresmikan Hotel Butik dengan 30 kamar. “Ini akan menjadi sangat berbeda; Anda akan merasa seperti melakukan perjalanan kembali ke masa lalu dan mengalami sesuatu yang sangat tidak biasa,” ujarnya.

Kota ini juga telah meregenerasi Cagar Alam Sharaan seluas 2.000 kilometer persegi, yang merupakan tempat perlindungan bagi macan tutul Arab. “Di sini, sedang dikembangkan dua hotel menarik, salah satunya dirancang oleh arsitek Perancis Jean Nouvel, yang akan dibangun di dalam gunung,” kata Northen.

Destinasi ini juga merupakan rumah bagi restoran mewah internasional. “Makanan dan minuman sudah menjadi kekuatan besar bagi Al Ula,” imbuhnya. Sebagian besar restoran di kota ini bersifat musiman berdasarkan lalu lintas pariwisata. Namun RCU akan mengoperasikannya sepanjang tahun mulai tahun depan.

Bagian dari strategi RCU adalah melibatkan masyarakat lokal dan menawarkan program pelatihan. “Jumlah penduduk Al Ula 42.000 jiwa. Kami berusaha merekrut sebanyak mungkin orang dan memberikan kesempatan pendidikan,” kata Northen, seraya menambahkan bahwa mereka telah membuka sekolah bahasa dan akan segera mendirikan sekolah manajemen hotel.

Selain menyaksikan sejarah salah satu peradaban di Timur Tengah, pengunjung juga disuguhi warisan budaya tak benda seperti tari, musik, dan dongeng, yang juga dilestarikan dan disajikan melalui pertunjukan menarik.

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button