Market

BPS: Belum Resesi, Minyak Sawit Anjlok 23 Persen, Hati-hati Neraca Dagang

Belum resesi ekonomi saja, harga sejumlah komoditas anjlok di pasar global. Apalagi, kalau benar resesi ekonomi mengggelayuti banyak negara di tahun depan.

Tak sedang bercanda, Deputi bidang Statistik Distribusi dan Jasa Badan Pusat Statistik (BPS), Setianto menyebut adanya penurunan harga atas sejumlah komoditas di pasar global, dibandingkan tahun lalu.

“Harga komoditas minyak kelapa sawit dan bijih besi September 2022, misalnya, terlihat lebih rendah ketimbang September 2021. Minyak kelapa sawit turun 23,03 persen. Sementara bijih besi, lebih rendah 19,85 persen,” kata Setianto di Jakarta, Senin (17/10/2022).

Namun untuk sejumlah komoditas lainnya, kata Setianto, terjadi kenaikan harga pada September 2022 dibanding 2021. Sebut saja, komoditas nikel yang mengalami kenaikan harga 17,96 persen. Selain itu terdapat minyak mentah yang harganya lebih tinggi 21,18 persen dibandingkan September 2021. Sementara, harga batu bara mengalami kenaikan signifikan yakni 120,11 persen, serta gas alam meningkat 51,88 persen.

Setianto juga menyampaikan, berdasarkan pengamatan BPS dari Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia, rupiah terdepresiasi sekitar 5.000 dalam beberapa hari terakhir. “Hal ini karena penguatan nilai dolar AS didukung oleh dampak kenaikan suku bunga di AS yang lebih cepat dan lebih tinggi dibandingkan negara lain,” ujar Setianto.

Adapun keputusan bank sentral AS, Federal Reserve (Fed), dalam menaikkan suku bunga yang dikombinasikan dengan tekanan eksternal, akan memengaruhi pasar negara berkembang, salah satunya Indonesia.

Menurut Setianto, pantauan peristiwa terkini secara global tersebut, menjadi bekal bagi Indonesia dalam menyusun statistik perdagangannya pada September 2022.

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button