Market

Derita Ekonomi Saudara Tua, Waspadai Ekspor Batu bara Anjlok


Di tengah ketidakpastian global, perekonomian Jepang semakin kembang kempis. Negeri berjuluk saudara tua itu, termasuk tujuan ekspor terbesar untuk Indonesia.

Ekonom Center of Economic and Law Studies (Celios), Bhima Yudhistira, mengatakan, ancaman resi Jepang, tidak main-main. Pastilah berdampak ke Indonesia, khususnya ekspor sejumlah komoditas diprediksikan anjlok.

“Jepang masuk mitra dagang utama Indonesia. Data Badan Pusat Statistik (BPS), menyebutkan ekspor RI ke Jepang, cukup tinggi,” kata Bhima, Jakarta, Sabtu (17/2/2024).

Misalnya pada Januari 2024, nilai ekspor Indonesia ke Jepang mencapai US$1,46 miliar, atau setara Rp22 triliun dengan kurs Rp15.000/US$. “Jadi situasi resesi yang ada di Jepang bisa berpengaruh cukup besar bagi kinerja ekspor Indonesia, karena Jepang adalah negara mitra dagang tradisional,” ujar Bhima.

Masih dari data BPS, nilai ekspor Indonesia ke Jepang sebenarnya telah turun signifikan pada Januari 2024 sebesar 22,73 persen dibandingkan Januari 2023 yang mencapai US$1,89 miliar atau setara Rp28,35 triliun.

Bhima memaparkan, sejumlah komoditas utama ekspor nasional yang bakal terdampak oleh resesi Jepang ialah batu bara, komponen elektrik, nikel, perhiasan, barang-barang dari kayu dan turunannya, karet, hingga perikanan.

“Ini daftar barang yang akan terdampak, karena nilainya sangat besar dan kondisi domestik di Jepang semakin diperburuk oleh demografi yang semakin besar usia non produk atau lansianya sehingga berpengaruh terhadap konsumsi,” tutur Bhima.

Menurut Bhima, pemerintah perlu segera mencari mitra dagang alternatif. Dengan demikian, komoditas yang tidak terserap oleh Jepang dapat dialihkan ke negara lain. “Tentu ini membutuhkan intelligence pasar untuk membaca peluang dan fasilitas pertemuan dengan calon buyer atau pembeli potensial di negara alternatif,” ucapnya.

Informasi saja, ekonomi Jepang masuk ke dalam resesi teknis. Data pemerintah Jepang menunjukkan, perekonomian Tokyo mengalami kontraksi tak terduga pada periode Oktober-Desember 2023.

Resesi teknis terjadi karena Jepang telah mencatat penurunan berturut-turut pada produk domestik bruto (PDB) secara kuartalan yang kedua.

Dengan begitu, Jepang dinyatakan terjerumus ke dalam resesi teknis. Untuk diketahui, salah satu pertanda masuknya suatu negara ke dalam resesi ialah adanya penurunan aktivitas perekonomian, sehingga dari sisi permintaan pun melemah.

Hal ini yang kemudian akan membuat pelemahan ekonomi Jepang berdampak ke Indonesia.

 

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button