Market

Era Krisis Pangan, FAO Catat 3,1 Miliar Orang Terancam Mati Kelaparan

Ancaman krisis pangan dunia, sudah melanda dunia. Sedikitnya, 3,1 miliar manusia di dunia tak mampu memenuhi kebutuhan hidupnya. Harga makanan mahal lantaran harga pupuk mahal.

Tak sedang bercanda, lembaga pangan dan pertanian dunia atau Food and Agriculture Organization (FAO) menyebut adanya 3,1 miliar penduduk di dunia, sudah tidak mampu lagi membeli makanan. Karena, harga pangan yang melonjak sebagai dampak krisis pangan.

Perwakilan FAO untuk Indonesia dan Timor Leste, Rajendra Aryal mengatakan, akibat mahalnya harga pangan itu, angka kelaparan di dunia, melonjak menjadi 150 juta orang sejak 2019. “Kenaikan harga pangan mempengaruhi kita semua, tetapi dampaknya paling dirasakan oleh mereka yang rentan dan oleh negara-negara yang sudah mengalami krisis pangan,” kata Rajendra Aryal, dikutip Sabtu (15/10/2022).

Ia mengatakan, kelaparan terus meningkat dan berdampak pada 828 juta orang pada 2021. Hanya dalam dua tahun, jumlah orang yang rawan pangan, meningkat dari 135 juta (2019) menjadi 193 juta (2021), dan diprediksi akan lebih buruk pada 2022.

FAO menyebut sekitar 970 ribu orang diperkirakan akan hidup dalam kondisi kelaparan di lima negara yaitu Afghanistan, Ethiopia, Somalia, Sudan Selatan dan Yaman. Jumlah ini sepuluh kali lebih banyak dari enam tahun lalu ketika hanya dua negara yang masyarakatnya menghadapi kondisi serupa.

Hal ini dikarenakan dunia menghadapi tantangan ketahanan pangan yang besar akibat dari konflik, krisis ekonomi, darurat iklim, degradasi lingkungan, dan dampak lanjutan dari COVID-19. Beberapa hal yang menyebabkan kerawanan pangan dikarenakan harga pangan telah melonjak ke rekor tertinggi.

Harga pupuk menjadi terlalu mahal bagi banyak petani, dan jumlah orang yang menghadapi kerawanan pangan terus meningkat. Sebab itu, dalam peringatan Hari Pangan Sedunia yang jatuh pada 16 Oktober, FAO menyerukan pentingnya petani kecil dan nelayan untuk transformasi sistem pertanian pangan global.

“Petani kecil dan nelayan harus menjadi pusat transformasi sistem pertanian pangan global. Kita membutuhkan pekerjaan dan layanan pedesaan yang layak, serta mengakhiri pekerja anak dan mendorong kesetaraan gender untuk mendukung masyarakat pedesaan, yang merupakan penjaga sebagian besar keanekaragaman hayati bumi,” kata Aryal.

Dia mendorong untuk mengubah sistem pertanian-pangan menjadi lebih efisien, lebih inklusif, lebih tangguh, dan lebih berkelanjutan untuk produksi yang lebih baik, nutrisi yang lebih baik, lingkungan yang lebih baik, dan kehidupan yang lebih baik untuk semua. “Pertanian adalah salah satu intervensi kemanusiaan yang paling hemat biaya,” kata Aryal.

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button