Tahanan Palestina Alami Penyiksaan Berat bahkan Diancam Dibunuh setelah Dibebaskan


Puluhan warga Palestina yang dibebaskan dari penjara Israel berdasarkan kesepakatan gencatan senjata telah menunjukkan tanda-tanda penganiayaan berat, termasuk penyiksaan, kelaparan, dan pengabaian medis. Bahkan ancaman pembunuhan jika ada pesta penyambutan keluarga setelah pembebasannya.

Sebagai bagian dari perjanjian gencatan senjata antara Hamas dan Israel, 183 warga Palestina dibebaskan dari penjara Israel. Mereka keluar dengan mengenakan pakaian tahanan abu-abu setelah ditahan selama bertahun-tahun.

Beberapa dari mereka tampak lelah dan lemah saat berjalan kaki sebentar dari bus ke Rumah Sakit Eropa di Khan Younis, Gaza, sebelum disambut sorak-sorai dari kerumunan dan dipertemukan kembali dengan keluarga mereka. “Setiap kali tahanan dibebaskan, kami menemukan tubuh tahanan yang mencerminkan tingkat kejahatan yang dilakukan terhadap mereka, termasuk penyiksaan yang belum pernah terjadi sebelumnya,” ungkap Masyarakat Tahanan Palestina, kemarin,

Dalam sebuah pernyataan, organisasi itu menggambarkan penganiayaan yang dialami oleh para tahanan, dengan mengatakan bahwa tubuh mereka mencerminkan “tingkat kejahatan yang dilakukan terhadap mereka”, khususnya setelah 7 Oktober 2023.

Masyarakat Tahanan Palestina merinci kasus-kasus penyiksaan yang belum pernah terjadi sebelumnya, kelaparan, kejahatan medis sistematis dan pemukulan parah yang dalam beberapa kasus, mengakibatkan tulang rusuk patah. Beberapa mantan tahanan juga dilaporkan terinfeksi kudis.

Israel juga mengancam para tahanan yang dibebaskan dan keluarga mereka, memperingatkan agar tidak mengadakan pertemuan publik untuk merayakan kepulangannya. “Praktik pendudukan tersebut mengorganisir terorisme terhadap para tahanan yang dibebaskan dan keluarga mereka,” tambah pernyataan itu.

Salah satu tahanan yang dibebaskan menggambarkan penderitaan atas “penyiksaan paling brutal” selama 15 bulan, seraya menambahkan: “Orang Israel memperlakukan kami dengan cara yang tidak manusiawi. Mereka memperlakukan hewan lebih baik daripada kami.”

Berbicara kepada Al Jazeera, staf Palang Merah menyatakan kemarahan atas cara Layanan Penjara Israel menangani para tahanan yang dibebaskan dari Penjara Ketziot pada Sabtu (1/2/2025). Menurut cerita mereka, tahanan Palestina dibebaskan dengan tangan diborgol di atas kepala dan diikat dengan pita bertuliskan: “Orang-orang keabadian tidak akan pernah lupa.”

Hamas mengutuk penyiksaan tersebut, dan mengatakan bahwa perlakuan terhadap tahanan Palestina “mempertegas keburukan yang mereka alami” di penjara-penjara Israel.

Sebaliknya, kelompok tersebut mengklaim bahwa sayap bersenjatanya, Brigade Qassam, memastikan kesejahteraan tawanan Israel meskipun kondisi di Gaza sangat buruk, tempat serangan Israel telah menewaskan lebih dari 47.000 orang sejak Oktober 2023.

“Kondisi fisik dan psikologis yang baik dari para tawanan musuh membuktikan nilai-nilai perlawanan kami dan komitmen moralnya terhadap para tawanan,” kata Hamas.

Berdasarkan ketentuan kesepakatan gencatan senjata, 33 tawanan yang ditahan Hamas di Gaza akan dibebaskan dalam enam minggu pertama gencatan senjata sebagai imbalan atas ratusan warga Palestina, banyak di antaranya telah menjalani hukuman seumur hidup di Israel.