Tantowi Yahya mengungkapkan tren baru di industri perfilman yang sepenuhnya dibuat menggunakan kecerdasan buatan (AI). Dalam unggahan Instagramnya, pembawa acara, politisi, musisi, dan mantan Duta Besar Indonesia untuk Selandia Baru itu menyebut bahwa film tersebut tidak membutuhkan aktor, sutradara hanya perlu duduk di depan komputer, dan proses produksinya bisa selesai dalam 36 jam tanpa biaya miliaran rupiah.
“Ini film yang 100% dibuat pakai AI, gak perlu syuting, gak perlu aktor, sutradaranya duduk manis di depan komputer, satu judul bisa selesai dalam waktu 36 jam. Gak butuh modal produksi miliaran rupiah. Beginilah nanti nasib industri perfilman dunia,” tulis Tantowi dalam unggahan Instagramnya. Ia juga menambahkan bahwa adiknya, Helmy Yahya, bersama timnya tengah mempersiapkan film petualangan yang sepenuhnya dibuat oleh AI.
Unggahan ini pun menimbulkan perdebatan di kalangan warganet. Sebagian menilai penggunaan AI dalam industri film sebagai inovasi yang dapat menghemat biaya dan mempercepat produksi. Namun, ada juga yang khawatir hal ini bisa menggeser peran aktor, sutradara, dan pekerja kreatif lainnya di industri perfilman.
AI dan Masa Depan Perfilman
Penggunaan AI dalam industri film bukan lagi sekadar konsep futuristik. Beberapa rumah produksi dunia telah mulai mengadopsi teknologi ini, baik untuk pembuatan efek visual, penulisan naskah, hingga animasi. Film-film pendek yang dibuat oleh AI mulai bermunculan di berbagai festival film, menandai babak baru dalam dunia perfilman.
Menurut laporan The Guardian, perusahaan seperti Lionsgate telah bekerja sama dengan startup AI untuk mengintegrasikan teknologi ini dalam produksi mereka. Bahkan, beberapa studio besar mulai bereksperimen dengan AI untuk menciptakan trailer film yang otomatis menyesuaikan dengan preferensi audiens.
Di Indonesia, penggunaan AI dalam perfilman masih dalam tahap awal. Namun, tren ini diprediksi akan terus berkembang, terutama bagi sineas independen yang ingin memproduksi film dengan biaya lebih efisien. Meski demikian, sejumlah pakar perfilman menilai bahwa meskipun AI dapat membantu, unsur manusia dalam pembuatan film tetap penting dalam menjaga nilai artistik dan emosi dalam sebuah karya.
Dampak bagi Industri Film
Keuntungan utama dari penggunaan AI dalam film adalah efisiensi waktu dan biaya. AI dapat membantu menyusun skenario berdasarkan pola kesuksesan film sebelumnya, menghasilkan efek visual yang lebih murah, serta memungkinkan produksi film dengan lebih sedikit tenaga kerja.
Namun, tidak sedikit yang mengkhawatirkan dampaknya terhadap pekerja film. Penulis skenario, aktor, dan sineas tradisional bisa saja tergeser jika AI menjadi pilihan utama dalam produksi film. Selain itu, muncul pula perdebatan terkait hak cipta—siapa yang memiliki hak atas karya yang sepenuhnya dibuat oleh AI?
Meskipun begitu, banyak ahli menyarankan agar AI tidak dilihat sebagai ancaman, melainkan alat bantu yang dapat mendukung kreativitas manusia. “AI bisa menjadi alat yang membantu sineas dalam menciptakan efek visual lebih realistis, menyusun naskah dengan lebih cepat, tetapi tetap butuh sentuhan manusia agar film terasa lebih emosional dan hidup,” ujar seorang analis industri film kepada Hollywood Reporter.