Kanal

UAH: Mengapa Pemerintah Enggan Terlibat dalam Isu Palestina?

Sosok ulama muda dan intelektual Ustaz Adi Hidayat (UAH), secara terbuka mengecam sikap pemerintah dan komunitas internasional yang enggan terlibat dalam isu Palestina. Dalam unggahan video terbarunya, Rabu (23/10/2023) Ustaz Adi menggunakan pendekatan kritis untuk mempertanyakan inkonsistensi kebijakan internasional terkait konflik di Palestina.

“Pemerintah dan komunitas internasional seringkali menunjukkan kepedulian terhadap berbagai konflik global, seperti Rusia dan Ukraina. Tapi kenapa ketika masalahnya adalah Palestina, mereka cenderung mengabaikan?” tanya UAH di akun YouTube Officialnya, dikutip Jumat (27/10/2023). Menurutnya, sikap ini mencerminkan inkonsistensi dan kurangnya komitmen terhadap nilai-nilai kemanusiaan.

“Kenapa pemerintah harus repot-repot terlibat memediasi Rusia dan Ukraina, tetapi enggan terlibat dalam isu Palestina? Mengapa kita kirimkan pasukan perdamaian ke beberapa tempat, tetapi mengabaikan konflik yang terjadi di Palestina?” tanya Ustaz Adi yang jabat Wakil Ketua I Majelis Tabligh PP Muhammadiyah, menunjukkan inkonsistensi dalam kebijakan internasional dan penalaran global.

UAH juga mempertanyakan apakah kebijakan internasional benar-benar dijalankan berdasarkan nilai kemanusiaan. “Ketika rumah sakit dan tempat-tempat spiritual di Palestina mendapat serangan dan blokade, di mana peran pemerintah dan komunitas internasional?” Ustaz Adi menegaskan bahwa tindakan tersebut adalah pelanggaran berat terhadap hak asasi manusia.

Tidak hanya itu, lulusan International Islamic Call College, Tripoli, Libya tersebut juga menyinggung hubungan historis antara Indonesia dan Palestina, menekankan bahwa Palestina adalah salah satu negara pertama yang mengakui kemerdekaan Indonesia.  

“Setelah Indonesia memproklamirkan kemerdekaan, salah satu negara pertama yang mengakui adalah Palestina, bahkan pengakuan ini disiarkan melalui radio di Jerman oleh Syekh Muhammad Amin al-Husini, Mufti Yerusalem di Palestina,” jelas Ustaz Adi.

“Seharusnya kita merespons lebih proaktif terhadap isu ini, bukan malah mengabaikannya,” sambungnya.

Menurut UAH, publik perlu mendapatkan informasi yang lebih mendalam dan akurat tentang konflik ini. 

“Kita perlu melihat lebih jauh dari sekadar berita utama yang seringkali misleading,” ujar Ustaz Adi, mengajak semua pihak untuk lebih kritis dalam mengevaluasi informasi yang beredar.

Konflik Palestina-Israel diketahui meletus pada 7 Oktober ketika kelompok Palestina, Hamas, meluncurkan “Operasi Badai Al Aqsa”, serangan mendadak dari segala penjuru termasuk menembakkan roket dan menyusupkan anggotanya ke wilayah Israel lewat jalur darat, laut dan udara.

Hamas mengungkapkan bahwa operasi tersebut adalah balasan atas penyerbuan Israel terhadap Masjid Al Aqsa di wilayah pendudukan Yerusalem Timur dan peningkatan kekerasan oleh pemukim Israel terhadap warga Palestina.

Militer Israel kemudian melancarkan Operasi Pedang Besi untuk menargetkan Hamas di Jalur Gaza.

Hampir 7.200 orang tewas, termasuk sedikitnya 5.791 warga Palestina dan 1.400 orang Israel, dalam konflik tersebut.

Sebanyak 2,3 juta penduduk Gaza telah kehabisan makanan, air, obat-obatan, dan bahan bakar, dan konvoi bantuan yang baru-baru ini diizinkan masuk ke Gaza hanya membawa sebagian kecil dari apa yang dibutuhkan.

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button