Tanpa LG, Target 9 Juta Motor dan 600 Ribu Mobil Listrik RI Tetap Jalan!


 Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita menegaskan mundurnya LG Energy Solution dari proyek kendaraan listrik (EV) di Indonesia tidak perlu dikhawatirkan secara berlebihan. Menurut Agus, posisi LG akan segera digantikan mitra baru asal China, sehingga target pengembangan ekosistem kendaraan listrik tetap berjalan sesuai rencana.

“Dalam sebuah konsorsium bisnis atau proyek skala besar, pergantian investor merupakan hal yang lazim terjadi. Ini tidak mengganggu target program pengembangan EV di Indonesia,” kata Agus dalam keterangan resmi yang diterima di Jakarta, Minggu (28/4/2025).

Agus memastikan akselerasi pengembangan ekosistem EV nasional terus berlanjut. Ia mencatat bahwa saat ini sudah ada dua perusahaan yang memproduksi baterai untuk motor listrik di Indonesia, yakni PT Industri Ion Energisindo dengan kapasitas 10.000 baterai per tahun, dan PT Energi Selalu Baru dengan kapasitas 12.000 baterai per tahun.

Untuk sektor roda empat, industri sel baterai juga terus berkembang. PT HLI Green Power, konsorsium Hyundai Group dan LG, telah memiliki fasilitas produksi dengan kapasitas tahap awal 10 GWh melalui investasi sebesar 1,1 miliar dolar AS. Industri ini akan memasok 150.000 hingga 170.000 unit kendaraan listrik per tahun ke PT Hyundai Energy Indonesia yang memproduksi battery pack.

“Ekosistem kendaraan hijau di Indonesia berkembang pesat. Pada 2024 jumlah kendaraan listrik mencapai 207 ribu unit, meningkat 78 persen dari 116 ribu unit pada 2023,” ujar Agus.

Ia menambahkan, pemerintah tetap menargetkan produksi kendaraan listrik hingga 2030 sebanyak 9 juta unit untuk roda dua dan tiga, serta 600 ribu unit untuk mobil dan bus. Target ini diharapkan dapat mengurangi konsumsi BBM hingga 21,65 juta barel dan emisi karbon hingga 7,9 juta ton.

Berdasarkan data Kementerian Perindustrian, saat ini sudah ada 63 perusahaan yang memproduksi sepeda motor listrik dengan kapasitas total 2,28 juta unit per tahun. Untuk mobil listrik, ada sembilan perusahaan dengan kapasitas produksi 70.060 unit per tahun, serta tujuh perusahaan bus listrik dengan kapasitas 3.100 unit per tahun.

“Total investasi dari seluruh pengembangan kendaraan listrik ini mencapai Rp5,63 triliun, yang menciptakan multiplier effect besar terhadap perekonomian nasional dan penyerapan tenaga kerja,” tegas Agus.

Ia juga menekankan pentingnya menjaga iklim investasi, sekaligus memastikan program percepatan kendaraan listrik nasional tetap sejalan dengan roadmap industri otomotif berkelanjutan.