Market

Tarif Angkutan Kontainer Naik Tahun Depan, Industri Elektronik Semakin Terjepit

Sekretaris Jenderal Gabungan Pengusaha Elektronik (Gabel), Daniel Suhardiman berharap, tidak terjadi kenaikan tarif angkut kontainer pada tahun depan. Kalau naik, sektor industri bakal menjerit.

“Sebenarnya yang kita khawatirkan bukan hanya kenaikan tarif angkut kontainer, tetapi tarif kapal juga. Kalau tahun depan tetap naik, industri kena imbasnya. Bukan hanya elektronik, seluruh sektor industri kena,” papar Daniel kepada Inilah.com, Jakarta, Jumat (17/12/2021).

Saat ini, kata Daniel, bisnis elektronik masih dialnda kelesuan. Ketika terjadi lonjakan tarif kontainer, maka berdampak kepada performance perusahaan. “Oktober tahun ini kan sudah naik. Angkanya juga sudah besar yakni 30 persen sampai 50 persen. Kalau tahun depan naik, maka habislah,” ungkap Daniel.

Dalam hal ini, lanjutnya, Gabel menyoroti dua hal penting. Yakni, jaminan ketersediaan kapal dan penyesuaian harga jual di pasar. “Jaminan ada kapal dulu yang berat, terutama kapal internasional. Kami merasakan selalu bermasalah sampai sekarang. Kemudian, jika tarif freight semakin naik, apa boleh buat kami akan menyesuaikan harga jual di pasar,” terangnya.

Selain merasakan kenaikan ongkos logistik itu, kata Vice President Director PT Panasonic Manufacturing Indonesia (PT PMI) ini, industri elektronik harus menghadapi kenaikan harga bahan baku. Bisa dibayangkan beban industri elektronik kalau tarif kontainer naiknya signifikan. “Kalau pun harus naik, hitungan kami di kisaran 2 sampai 3 persen,” tuturnya.

Sebelumnya, Kepala Samudera Indonesia Research Initiative (SIRI), Ibrahim Kholilul Rohman menegaskan ihwal rencana kenaikan tarid angkutan kontainer pada 2022. Dia bilang, kondisi tarif angkutan (freight rate) sangat bergantung pada struktur pasar yang ada.

“Obat dari penyakit ini adalah kestabilan pada struktur pasarnya. Kalau pemainnya tidak mau menurunkan tarif, agak sulit diintervensi dalam bentuk apapun,” ungkap Ibrahim.

Informasi saja, pasar pelayaran global saat ini hanya dikuasai oleh beberapa pemain besar sehingga menimbulkan oligopoli. Artinya, hanya ada beberapa pemain saja yang bisa mempengaruhi kondisi pasar.

Biasanya, para operator yang tergabung dalam oligopoli ini cenderung berkolusi agar bisa menikmati dampak kenaikan freight rate. Terlebih lagi, tiap kali satu operator menaikkan freight rate, maka operator yang lain akan mengikuti kenaikan tarif tersebut.

Sejauh ini, ada 5 operator pelayaran besar global atau main line operator (MLO) seperti Maersk Line, Mediterranean Shipping Company, CMA CGM, COSCO, dan Hapag-Lloyd.

 

 

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Iwan Purwantono

Mati dengan kenangan, bukan mimpi
Back to top button