Tempat Paling Mematikan bagi Perempuan adalah Rumah


Laporan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) tentang kekerasan gender mengungkapkan, rata-rata 140 perempuan dan anak perempuan dibunuh setiap hari pada 2023 oleh pasangan dekat atau kerabat dekatnya di tempat yang selama ini dianggap paling aman yakni rumah. 

Dalam laporan setebal 36 halaman oleh Kantor PBB untuk Narkoba dan Kejahatan (UNODC) juga terungkap, sekitar 60 persen dari 85.000 perempuan dan anak perempuan yang terbunuh di seluruh dunia pada 2023 terjadi di tangan pasangan intim atau anggota keluarga. Laporan ini diterbitkan pada Senin (25/11/2024) menandai Hari Internasional untuk Penghapusan Kekerasan terhadap Perempuan.

“Perempuan dan anak perempuan di mana pun terus menjadi korban kekerasan berbasis gender yang ekstrem ini dan tidak ada wilayah yang dikecualikan. Anehnya rumah adalah tempat paling berbahaya bagi perempuan dan anak perempuan,” tambah PBB.

Afrika merupakan kawasan dengan jumlah korban tertinggi, dengan perkiraan 21.700 perempuan dan anak perempuan dibunuh oleh pasangan intim atau anggota keluarga pada tahun 2023. Benua ini juga terus menjadi kawasan dengan jumlah korban tertinggi jika dibandingkan dengan jumlah penduduknya yakni 2,9 korban per 100.000 penduduk.

Angka-angka tinggi juga terjadi tahun lalu di Amerika Serikat (AS) dengan 1,6 korban perempuan per 100.000 dan di Oseania dengan 1,5 per 100.000, katanya. Angka-angka tersebut jauh lebih rendah di Asia dengan 0,8 korban per 100.000 dan Eropa dengan 0,6 per 100.000.

Menurut laporan tersebut, pembunuhan yang disengaja terhadap perempuan di ranah privat di Eropa dan Amerika sebagian besar dilakukan pasangan intim. Sebaliknya, sebagian besar pembunuhan oleh laki-laki terjadi di luar rumah dan keluarga.

“Meskipun laki-laki dan anak laki-laki merupakan korban pembunuhan terbanyak, perempuan dan anak perempuan masih menjadi pihak yang paling banyak terdampak oleh kekerasan mematikan di ranah pribadi,” tambahnya.

“Diperkirakan 80 persen dari semua korban pembunuhan pada 2023 adalah laki-laki sementara 20 persen adalah perempuan. Tetapi kekerasan yang mematikan dalam keluarga memakan korban yang jauh lebih besar pada perempuan daripada laki-laki, dengan hampir 60 persen dari semua perempuan yang dibunuh dengan sengaja pada 2023 menjadi korban pembunuhan pasangan intim/anggota keluarga,” jelasnya, mengutip Al Jazeera.

Laporan tersebut menyatakan meskipun ada upaya untuk mencegah pembunuhan terhadap perempuan dan anak perempuan oleh negara-negara, pembunuhan terhadap mereka masih pada tingkat yang sangat tinggi. Sering kali, peristiwa ini merupakan puncak dari episode kekerasan berbasis gender yang berulang, yang berarti bahwa hal tersebut dapat dicegah melalui intervensi yang tepat waktu dan efektif.