Temuan Ladang Ganja di Bromo, DPR Minta Menhut Evaluasi Pengawasan Hutan hingga Taman Nasional


Anggota Komisi IV DPR RI dari Fraksi Partai NasDem, Cindy Monica Salsabila Setiawan turut menyoroti penemuan 59 titik ladang ganja di kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS), Jawa Timur. Ia meminta agar Kementerian Kehutanan (Kemenhut) dapat memperketat pengawasan di seluruh kawasan konservasi, agar kejadian serupa tidak terulang.

“Kita tidak boleh kecolongan lagi. Kawasan taman nasional seharusnya menjadi area konservasi yang terlindungi, bukan justru dimanfaatkan untuk aktivitas ilegal seperti ini. Kementerian Kehutanan harus segera bertindak dengan memperkuat pengawasan dan koordinasi dengan aparat penegak hukum,” tegas Cindy dalam keterangan di Jakarta, Kamis (20/3/2025).

Keberadaan ladang ganja di TNBTS menunjukkan adanya kelemahan dalam sistem pemantauan kawasan konservasi. Ia menyebut, pemerintah harus mampu memastikan kawasan konservasi ini terbebas dari praktik ilegal. Jika tidak, maka tentu akan menjadi preseden buruk kedepannya.

“Ke depan, kita perlu evaluasi sistem pengawasan hutan, termasuk pemanfaatan teknologi untuk deteksi dini agar kejadian seperti ini tidak terulang,” tandasnya.

Sebelumnya, Temuan ladang ganja di Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS) menimbulkan isu liar di media sosial soal sempat ditutupnya kawasan wisata unggulan di Jawa Timur tersebut.

Selain itu, syarat penerbangan drone swasta dengan biaya hingga Rp2 juta, semakin menambah tebal dugaan bahwa ketentuan itu sengaja dibuat untuk menutupi lokasi ladang ganja berhektar-hektar di kawasan taman nasional.

Menteri Kehutanan (Menhut) Raja Juli Antoni membantah alasan penutupan TNBTS lantaran “melindungi” ladang ganja. “Bahwa ladang ganja itu bukan hasil karya teman-teman Taman Nasional di sana. Tapi itu bekerja sama dengan kepolisian untuk menemukan ladangnya,” ujar Menhut Raja Juli Antoni dalam pernyataan terkonfirmasi di Jakarta, Selasa (18/3).

Menhut menyampaikan penemuan area ladang ganja dilakukan dengan menggunakan drone dan pemetaan bersama pihak Kepolisian serta Polisi Hutan. Ia mengatakan hal ini sekaligus membantah isu yang mengaitkan penutupan TNBTS lantaran dengan adanya lahan ganja.

“Pakai drone segala macam, dan itu tidak terkait dengan penutupan taman nasional. Kan isunya ‘oh ditutup supaya ganjanya tidak ketahuan, justru dengan drone, dan teman-teman di Taman Nasional yang menemukan titiknya bersama Polhut, itu kita cabut dan menjadi barang bukti yang kita bawa ke polisi,” ujar Menhut.

“Insya Allah staf kami tidak ada yang begitu, ada juga paling nanam singkong,” tambahnya.