Pasukan Israel memaksa warga Palestina yang sakit untuk mengungsi dari Rumah Sakit Indonesia di Gaza utara. Banyak pasien, beberapa dari mereka terpaksa berjalan kaki, harus dipindahkan ke rumah sakit lain yang jaraknya bermil-mil jauhnya di Kota Gaza.
Rumah Sakit Indonesia merupakan salah satu dari sedikit layanan kesehatan di Jalur Gaza yang masih berfungsi sebagian, di tepi utara. Wilayah ini telah berada di bawah tekanan militer Israel yang intens selama hampir tiga bulan.
Israel mengatakan operasinya di sekitar tiga komunitas Gaza utara yang mengelilingi rumah sakit tersebut yakni Beit Lahiya, Beit Hanoun, dan Jabalia, menargetkan militan Hamas. Namun mereka juga mengatakan telah melenyapkan anggota kelompok itu di utara awal tahun ini.
Pernyataan militer Israel menyebutkan, Rumah Sakit Indonesia digunakan oleh para pejuang untuk melancarkan serangan terhadap pasukannya tetapi tidak memberikan bukti untuk mendukung klaim tersebut. Palestina menuduh Israel berusaha mengosongkan wilayah Gaza utara secara permanen untuk menciptakan zona penyangga.
Munir Al-Bursh, Direktur Kementerian Kesehatan di Jalur Gaza mengatakan tentara Israel telah memerintahkan pejabat rumah sakit untuk melakukan evakuasi sejak awal pekan ini sebelum menyerbunya pada Selasa (24/12/2024) dini hari dan memaksa mereka yang ada di dalamnya untuk pergi.
Dia mengatakan dua fasilitas medis lainnya di Gaza utara, Rumah Sakit Al-Awda dan Kamal Adwan, juga menjadi sasaran serangan pasukan Israel yang beroperasi di wilayah tersebut. “Pasukan pendudukan telah menghentikan layanan medis di tiga rumah sakit tersebut karena serangan berulang yang melemahkan dan menghancurkan sebagian dari rumah sakit tersebut,” kata Bursh dalam sebuah pernyataan, mengutip Reuters.
Pejabat di tiga rumah sakit tersebut sejauh ini menolak perintah Israel untuk mengevakuasi fasilitas mereka atau meninggalkan pasien tanpa pengawasan sejak serangan militer baru dimulai pada 5 Oktober.
Israel sendiri mengklaim telah memfasilitasi pengiriman pasokan medis, bahan bakar, dan pemindahan pasien ke rumah sakit lain di daerah kantong tersebut selama periode tersebut bekerja sama dengan badan-badan internasional seperti Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Namun banyak pihak di Gaza membantahnya.
Hussam Abu Safiya, Direktur Rumah Sakit Kamal Adwan, mengatakan mereka menolak perintah baru dari tentara Israel untuk mengevakuasi ratusan pasien, rekan dan stafnya. Ia menambahkan bahwa rumah sakit tersebut telah menjadi sasaran tembakan Israel terus-menerus yang merusak generator, pompa oksigen, dan bagian-bagian bangunan.
Serangan Baru
Sementara itu, pemboman Israel terus berlanjut di tempat lain di daerah kantong itu. Petugas medis mengatakan sedikitnya sembilan warga Palestina, termasuk seorang anggota layanan darurat sipil, tewas dalam empat serangan militer terpisah kemarin.
Kampanye Israel melawan Hamas yang diklaim sebagai aksi balasan setelah serangan 7 Oktober 2023 lalu telah menewaskan lebih dari 45.200 warga Palestina, menurut pejabat kesehatan di daerah kantong yang dikuasai Hamas itu. Sebagian besar dari populasi 2,3 juta telah mengungsi dan sebagian besar Gaza hancur.
Upaya baru mediator Mesir, Qatar dan Amerika Serikat untuk mengakhiri pertempuran serta membebaskan sandera Israel dan asing telah mendapatkan momentum bulan ini, meskipun belum ada terobosan yang dilaporkan.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan kemajuan telah dibuat dalam negosiasi penyanderaan dengan Hamas tetapi dia tidak tahu akan memakan waktu berapa lama lagi untuk melihat hasilnya.
Kesenjangan antara Israel dan Hamas mengenai kemungkinan gencatan senjata Gaza telah menyempit, menurut pernyataan pejabat Israel dan Palestina, meskipun perbedaan penting belum terselesaikan.