Ternyata Angin Duduk Bukan Serangan Jantung: Ini Perbedaannya dan Penanganannya


Belum lama ini di media social (medsos) beredar sebuah video seorang sopir taksi yang sedang membantu seseorang untuk Kembali sadar akibat mengalami sesak pada bagian dada. Dalam video itu dijelaskan jika seseorang yang hampir tak sadarkan diri tersebut terkena angin duduk.

Selama ini masyarakat selalu mengidentikan jika angin duduk itu merupakan serangan jantung. Pasalnya gejala keduanya sama yakni mengalami rasa nyeri pada bagian dada sebelah kiri.

Meski gejalanya sama, namun ternyata angin duduk berbeda dengan serangan jantung. Pada kenyataannya angin duduk memang masuk kategori penyakit pada jantung.

Seperti dikutip dari halodoc, angin duduk dan serangan jantung disebabkan oleh dua hal berbeda, sehingga penanganannya juga berbeda.

Bedanya Angin Duduk dan Serangan Jantung

Nyeri dada yang ditimbulkan oleh angin duduk dan serangan jantung disebabkan oleh dua hal yang berbeda. Untuk kasus angin duduk, nyeri dada terjadi akibat otot-otot jantung kurang mendapat pasokan darah.

Kurangnya pasokan darah ini disebabkan karena adanya penyempitan atau pengerasan pada pembuluh darah.

Sementara pada kasus serangan jantung, pasokan darah menuju ke jantung terhambat karena pembuluh darah utama yang memasok darah ke jantung (pembuluh koroner) tersumbat oleh timbunan kolesterol berupa plak.

Pasokan oksigen ke otot-otot jantung berkurang, sehingga terbentuklah asam laktat yang merangsang sistem syaraf di sekitar jantung. Kondisi inilah yang menyebabkan pengidap yang terkena serangan jantung merasakan nyeri di dada.

Selain itu, angin duduk dan serangan jantung memiliki perbedaan pada rasa nyeri yang terjadi di dada. Pengidap angin duduk bisa merasakan nyeri pada dada, seperti ditekan atau diremas. Bahkan, nyeri dada akibat angin duduk ini juga bisa menjalar sampai ke lengan kiri, leher, rahang, dan punggung.

Sedangkan nyeri dada yang ditimbulkan oleh serangan jantung, seringkali ringan, bahkan gejala ini belum tentu terjadi pada semua orang. Namun, serangan jantung tidak tergantung pada keparahan sakit dada yang dirasakan.

Meski begitu, ada baiknya seseorang berkonsultasi ke dokter jika masih ragu saat mengalami rasa nyeri pada bagian dada. Hal ini diperlukan untuk mengetahui penanganan yang tepat dari dokter.

Cara Mengobati Angin Duduk dan Serangan Jantung

Angin duduk memiliki beberapa gejala mulai dari ringan hingga berat. Untuk gejala ringan sampai menengah masih bisa diatasi tanpa obat-obatan.

Pengidap angin duduk yang mengalami gejala ringan hanya perlu menghentikan kebiasaan-kebiasaan buruk yang dapat memicu munculnya angin duduk serta menjalani pola hidup sehat, seperti memperbanyak mengonsumsi makanan bergizi dan kaya akan serat, mengurangi konsumsi makanan yang berlemak, berolahraga secara rutin dan istirahat yang cukup, hindari stres, dan berhenti merokok.

Namun untuk gejala angin duduk yang berat tidak bisa diatasi dengan perubahan gaya hidup. Penanganannya harus tetap berkonsultasi dengan dokter. Biasanya dokter akan meresepkan beberapa macam obat untuk mengatasi gejala sekaligus mencegah angin duduk kambuh lagi.

Obat-obatan yang biasa digunakan untuk mengatasi angin duduk, antara lain obat-obatan nitrat, obat pencegah pembekuan darah, obat pengencer darah, nicorandil, obat penghambat beta, ivabradine, dan ranolazine.

Bila gejala angin duduk sudah semakin parah dan obat-obatan tidak lagi mempan, maka tindakan operasi perlu dilakukan. Bila tidak, maka angin duduk berpotensi menyebabkan serangan jantung.

Sedangkan serangan jantung, adalah kondisi medis darurat yang perlu ditangani secepatnya. Pasalnya, serangan jantung berpotensi menyebabkan kematian mendadak hanya dalam waktu 15–30 menit saja.

Untuk pertolongan pertama, pengidap bisa mengonsumsi aspirin yang dapat membantu mengencerkan darah dan mengurangi risiko serangan jantung lebih jauh. Selanjutnya, pengidap akan diberikan obat-obatan untuk melarutkan gumpalan dan prosedur operasi juga bisa dilakukan untuk mengembalikan aliran darah ke jantung.