Market

Tertinggi dalam 41 Tahun, Inflasi AS Meroket Jadi 9,1 Persen

Inflasi AS Melejit jadi 9,1 Persen

Inflasi Amerika Serikat atau AS bulan Juni melonjak signifikan. Berdasarkan data dari Departemen Tenaga Kerja AS Indeks Harga Konsumen (CPI/IHK) mencapai 9,1 persen secara tahunan (year on year/yoy).

Inflasi ini menjadi yang tertinggi dalam sejarah negeri Paman Sam dalam 41 tahun terakhir. Angka inflasi ini juga meleset dari perkiraan sejumlah ekonom yang dikumpulkan media dan lembaga seperti Dow Jones yakni sebesar 8,8 persen.

“Pembeli membayar harga yang lebih tinggi secara tajam untuk berbagai barang pada bulan Juni karena inflasi terus menahan perlambatan ekonomi AS,” kata Biro Statistik Tenaga Kerja dalam pengumumannya.

Kepala investasi Cornerstone Financial Cliff Hodge mengatakan rilis data CPI Juni memiliki sentimen buruk. Selain itu, rilis ini juga membatasi pilihan kebijakan yang nantinya akan The Fed keluarkan.

“The Fed tidak punya pilihan selain mengikuti jalur yang lebih agresif, yang meningkatkan kemungkinan resesi tahun depan,” ungkap Hodge seperti dikutip Bloomberg, Rabu (13/7/2022).

Banyak faktor yang mendorong inflasi di AS ini, salah satunya dari kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) atau bensin dan bahan makanan.

Harga di pompa bensin nasional mencapai lebih dari US$5 per galon pada pertengahan Juni. Harga bensin ini berkontribusi setidaknya 0,5 poin persentase terhadap kenaikan CPI utama.

Angka inflasi AS yang melejit ini juga menegaskan bahwa tekanan harga kembali meluas di seluruh perekonomian. Hal ini terus melemahkan daya beli dan kepercayaan publik.

Dengan kondisi ini akan membuat The Fed mengeluarkan kebijakan agresif untuk bisa mengendalikan permintaan dan menambah tekanan kepada Presiden Joe Biden dan anggota Kongres Demokrat yang dukungannya telah merosot menjelang pemilihan paruh waktu.

Meskipun banyak ekonom telah memperkirakan data ini akan menjadi puncak dalam siklus inflasi saat ini, beberapa faktor seperti harga perumahan yang masih tinggi diperkirakan tetap menjaga tekanan harga tinggi lebih lama.

Selain itu, situasi geopolitik seperti penguncian wilayah di China akibat COVID-19 dan perang Rusia-Ukraina juga menjadi ancaman risiko dari inflasi tersebut.

The Fed telah mengisyaratkan kenaikan suku bunga 75 basis poin di bulan Juli pada pertemuan kebijakan yang lalu. Bahkan sebelum data dirilis, pelaku pasar telah sepenuhnya memperkirakan kenaikan 0,75 poin persentase untuk bulan Juli.

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button