Market

The Fed Kerek Suku Bunga, Bhima: Hati-hati Kredit Macet di Indonesia

Ekonom milenial, Bhima Yudhistira mengingatkan potensi kredit macet, pasca keputusan The Fed menaikkan suku bunga 25 basis poins (bps) menjadi 0,5%.

“Kenaikan suku bunga The Fed berdampak kenaikan suku bunga global. Membuat beban masyarakat (Indonesia) meningkat. Bunga kredit rumah (KPR), kredit kendaraan bermotor dan pinjaman modal usaha bakalan naik. Ini potensi kredit macet juga,” ungkap Bhima yang juga Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) kepada Inilah.com, Jakarta, Kamis (17/3/2022).

Dia bilang, Bank Indonesia (BI) akan segera menyesuaikan suku bunga acuan. Tidak banyak opsi selain mengikuti arahan tren suku bunga dari bank sentra Amerika Serikat (The Fed). “Kalau tidak dinaikkan (suku bunga acuan/BI 7DRR), maka capital outflow bisa tinggi. Kalau terjadi akan menekan stabilitas nilai tukar rupiah,” paparnya.

Di sisi lain, kata Bhima, BI pastinya menghitung potensi tingginya inflasi pada April 2022. Karena ada momentum Ramadan karena penyesuaian tarif PPN menjadi 11%, serta naiknya harga pangan yang kontinu, salah satunya minyak goreng. “Sepanjang 2022. Padahal indeks keyakinan konsumen (IKK) per Februari 2022 justru mengalami pelemahan. Risiko pelemahan pertumbuhan ekonomi didalam negeri bisa kembali terjadi, dan proyeksi pertumbuhan sulit mencapai 5 persen,” paparnya.

Masih kata Bhima, The Fed mengerek suku bunga 25 bps, bukan karena perekonomian ekonomi sudah pulih. Namun untuk meredam inflasi tinggi. Proyeksi berbagai lembaga internasional justru saat ini sedang terjadi ancaman global economy slowdown akibat disrupsi pasokan dan risiko geopolitik. Ini merupakan kondisi yang dapat memicu terjadinya tekanan ekonomi baik di AS maupun di negara berkembang, karena konsumen sebenarnya belum siap hadapi kenaikan suku bunga.

“Imbal hasil surat utang Pemerintah Indonesia alami kenaikan bahkan sebelum adanya pengumuman dari Fed. Tercatat dari data ADB, imbal hasil SBN tenor 10 tahun naik 37.2 bps sejak awal tahun 2022 menjadi 6.75%. Naiknya imbal hasil mengindikasikan risiko surat utang dalam tren meningkat. Investor juga menekan pemerintah untuk segera naikkan kupon surat utang SBN sebagai kompensasi atas naiknya suku bunga secara global,” tuturnya.

 

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Iwan Purwantono

Mati dengan kenangan, bukan mimpi
Back to top button